Ketersediaan Obat Antraks untuk Suspek di Gunungkidul Dipastikan Aman

Ketersediaan Obat Antraks untuk Suspek di Gunungkidul Dipastikan Aman
info gambar utama

Dilansir dari CNN Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim bahwa persedian obat antibiotik antraks, profilaksis, tersedia cukup untuk warga yang berstatus suspek, baik di Dinas DIY maupun di pusat. Karena itu, Kemenkes percaya persediaan obat itu cukup untuk mengatasi wabah antraks yang terjadi di Gunungkidul dan daerah luar DIY jika antraks sampai menyebar lebih jauh.

Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) telah mendistribusikan logistik berupa obat antibiotik, vitamin, dan cairan disinfektan ke dinas kesehatan setempat. Saat ini, Kementan sudah mengirimkan 96.000 dosis vaksin antraks ke Gunungkidul. Sejauh ini, vaksinasi massal sudah dilakukan kepada 78 sapi dan 286 kambing yang rawan terkena antraks. Selain melalui vaksinasi, Kementan juga melakukan strelisasi titik-titik diduga tempat bersarangnya virus antraks dengan disinfektan.

Menurut kronologi yang dipaparkan Kemenkes, wabah antraks berawal dari para warga Padukuhan Jati yang mengonsumsi daging sapi yang sebelumnya sudah mati. Ketika sapi itu mati, seorang warga menyembelihnya dan membagi-bagikannyanya kepada sesama warga. Kejadian itu terjadi pada 18 Mei lalu. Dua hari kemudian, kambing milik warga berinisial KR mati dan dagingnya disembelih untuk dibagikan ke para warga pula. Hal senada juga terjadi pada sapi milik SY yang disembelih setelah mati dan dagingnya berakhir dibagi-bagikan.

Pada 3 Juni, warga berinisial WP meninggal dunia setelah dilarikan ke Rumah Sakit Sardjito karena mengeluhkan gatal-gatal, bengkak, dan luka yang timbul ditubuhnya. Melalui penelitian, WP dikonfirmasi positif antraks karena kontak dengan tanah tempat ia menyembelih sapi.

Kasus Penyakit DBD di Bali Tertinggi Se-Indonesia, Apa Langkah Pemerintah?

Sebelumnya, dua orang warga dinyatakan meninggal, tetapi tidak terbukti positif antraks.

“Kalau dua orang yang meninggal dunia di Mei ini bukan karena antraks kalau menurut rumah sakit, tetapi memang salah satu yang meninggal dunia ini mengonsumsi daging sapi yang sama dengan korban positif antraks, sedangkan satu orang tidak mengonsumsi tetapi tinggalnya berdekatan dengan lokasi sapi yang mati itu,” Ucap Sugeng, Kepala Dusun Jati, sebagaimana dikutip oleh Harian Jogja.

Dilansir dari Liputan 6, tercatat 93 korban positif virus antraks di Gunungkidul. Para pasien positif maupun suspeks antraks telah mendapatkan perawatan intensif di berbagai fasilitas kesehatan di Gunungkidul maupun Sleman.

Di sisi lain, 11 sapi dan 4 kambing yang mati dinyatakan positif antraks.

"Seperti yang disampaikan Pak Bupati, di hewan memang sudah terkonfirmasi terkena bakteri antraks. Kalau hasil dari investigasi kami bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Gunungkidul) total kematian hewan itu ada 11 sapi dan 4 kambing," ucap Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul drh Retno Widyastuti sebagaimana dikutip pada Detik.com.

Untuk saat ini, isolasi diterapkan di Padukuhan Jati dan dusun lain yang menjadi pusat persebaran antraks. Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengawasi ketat lalu lintas hewan ternak untuk mencegah persebaran antraks.

Pengetatan lalu lintas hewan ternak juga dilakukan beberapa daerah di sekitar Gunungkidul, seperti Pemerintah Kabupaten Wonogiri memperketat keluar-masuknya hewan ternak dengan skrining suhu badan sapi dan pengecekan kelengkapan surat keterangan sehat hewan. Pada kabupaten yang lebih jauh, Pemerintah Kota Tangerang telah melarang masuknya hewan ternak dari Gunungkidul.

Kemenkes menghimbau warga untuk tidak mengonsumsi daging sapi maupun kambing yang sudah mati. Di sisi lain, warga yang mendapati hewan ternaknya mati mendadak karena sakit juga dianjurkan untuk melaporkan kasus itu ke pihak berwenang.

"Kalau ada ternak mati karena sakit atau mati mendadak kemudian disembelih itu sebaiknya jangan dilakukan dikonsumsi atau dibagikan ke masyarakat. Edukasi ini yang paling penting," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawaty, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Berbahan Baku Putri Malu, Petani Solok Kendalikan Hama dan Penyakit Cengkeh secara Alami

Referensi:

  • https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230707090644-20-970507/kemenkes-stok-obat-untuk-warga-suspek-antraks-aman
  • https://mediaindonesia.com/nusantara/594805/kementan-ambil-langkah-cepat-tangani-penyakit-antraks-di-gunungkidul
  • https://www.antaranews.com/berita/3621801/kemenkes-ungkap-kronologi-antraks-di-gunung-kidul
  • https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2023/07/05/513/1140856/kronologi-3-warga-semanu-meninggal-dunia-karena-antraks-berawal-dari-4-sapi-mati-mendadak
  • https://www.liputan6.com/health/read/5336475/kemenkes-93-orang-positif-antraks-di-gunung-kidul-yogyakarta
  • https://www.detik.com/jateng/jogja/d-5928912/jumlah-ternak-mati-terpapar-antraks-di-gunungkidul-bertambah
  • https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/07/06/cegah-penularan-antraks-pemkab-wonogiri-skrining-sapi-yang-masuki-pasar-hewan
  • https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/05/111500565/kronologi-puluhan-warga-di-gunungkidul-terkena-antraks?page=all
  • https://banten.genpi.co/hot-news/7701/gunung-kidul-terjangkit-antraks-pemkot-tangerang-tutup-pengiriman-ternak

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini