Mengatasi Tantangan Stunting di Cigugur, Kuningan

Mengatasi Tantangan Stunting di Cigugur, Kuningan
info gambar utama

Kecamatan Cigugur, yang terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menghadapi masalah serius terkait pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Masalah ini dalam dunia kesehatan dikenal dengan istilah "stunting" atau pertumbuhan terhambat.

Stunting merupakan kondisi saat anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari standar usianya, stunting bisa disebabkan dari banyak faktor, mulai dari gizi buruk dari bayinya sendiri akibat kurangnya asupan nutrisi penting seperti protein, zat besi, vitamin A, dan zat gizi lainnya, ibu yang kurang gizi, infeksi atau penyakit, hingga bisa juga karena sanitasi atau kebersihan yang buruk.

Apabila dibiarkan begitu saja, stunting memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada perkembangan fisik, kognitif, dan sosial anak. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung akan memiliki performa akademik yang lebih rendah, rentan terhadap penyakit, dan menghadapi risiko kesehatan dan ekonomi di masa depan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya yang terarah dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah stunting di Kecamatan Cigugur.

Berdasarkan data yang ada, menunjukan bahwa angka stunting pada tahun 2020 di Kabupaten Kuningan berada di angka 7,98%. Angka ini apabila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Barat, maka berada di posisi tengah.

KKN UGM Adakan Kelas Ibu Hamil Desa Sikunang: 1000 Hari Pertama Kelahiran itu penting

Meskipun standar dari WHO terkait prevalensi stunting berada di angka <20% yang menandakan bahwa Kuningan masih berada di batas bawah, namun pemerintah daerah tetap berkomitmen untuk terus menurunkan angkanya melalui berbagai program menanggulangi dan mencegah stunting.

Pada hari Senin, 4 Juli 2023 lalu, tim KKN PPM UGM Unit Cigugur membantu program “Rembug Stunting” yang diadakan oleh BKKBN Kuningan dan bekerjasama dengan perangkat Kelurahan Cigugur melakukan sosialisasi tentang stunting kepada kader-kader posyandu dan tenaga kesehatan tiap RW yang ada di setiap desa.

Kegiatan dilakukan di aula Kelurahan Cigugur. Kegiatan dibuat lebih interaktif dengan melakukan FGD atau Focus Group Discussion antara mahasiswa dan para kader. Topik FGD yang diangkat terdiri dari berbagai perspektif stunting meliputi remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, anak 0-59 bulan, serta keluarga berisiko stunting.

“Ada juga ibu-ibu yang punya anak stunting, tapi gak mau anaknya dimasukkan ke daftar stunting. Terus juga di (menyebutkan suatu wilayah), ada anak stunting padahal keadaan ekonomi keluarganya cukup mampu, jadi mungkin faktor ekonomi bukan penyebab utama” ungkap salah seorang kader dalam acara FGD.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebab stunting merupakan hal yang cukup kompleks. Tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, melainkan juga dari segi cara berpikir orang tua dan pengaruh lingkungan. Gizi buruk ini disebabkan oleh rendahnya pengetahuan orang tua tentang nutrisi yang seimbang, keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, dan kurangnya kepedulian terhadap pentingnya pola makan yang sehat.

Anak yang mengalami stunting sejak kecil, terutama pada anak perempuan dapat berlanjut hingga remaja. Sehingga pencegahan stunting juga perlu dilakukan pada remaja putri. Permasalahan yang banyak dialami remaja putri adalah anemia, terbatasnya pengetahuan mengenai seksualitas, kontrasepsi, risiko penyakit menular seksual (PMS), dan kehamilan.

Mengenal 4 Musisi Legendaris Indonesia di Era 90-an

“Terkadang ada remaja yang mendaftarkan nikah secara mendadak karena hamil di luar nikah, bahkan sebenarnya secara fisik dan mental belum siap menikah,” ujar salah satu peserta FGD pada tim remaja putri. Untuk mengatasi hal tersebut, stunting pada remaja putri dapat diatasi dengan diadakannya Posyandu Remaja yang dapat menunjang pengawasan konsumsi TTD (Tablet Tambah Darah), penyuluhan secara rutin terkait siklus menstruasi, ovulasi, kontrasepsi, kehamilan, dan penyakit menular seksual (PMS), serta bahaya seks bebas dan penggunaan narkoba.

Selain itu, peran masyarakat juga diperlukan untuk memantau aktivitas remaja baik putri maupun putra sehingga dapat terhindar dari pergaulan bebas.

Pencegahan stunting sebenarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan dimana memerlukan kerjasama dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, baik dari pemerintah daerah, lembaga kesehatan, organisasi masyarakat, maupun masyarakat itu sendiri. Kampanye penyuluhan tentang gizi seimbang, pemberian suplemen gizi, serta pendampingan terhadap ibu hamil dan bayi baru lahir sangat penting dilakukan.

Dengan edukasi yang tepat, akses yang memadai terhadap nutrisi dan sanitasi, serta program-program pemberdayaan masyarakat, diharapkan bahwa tingkat stunting khususnya di Kecamatan Cigugur dapat dikurangi bahkan dihapuskan secara signifikan. Ini akan memberikan dasar yang kuat bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, serta memberikan masa depan yang lebih baik bagi mereka dan komunitas secara keseluruhan.

Tradisi Pengucapan Syukur dari Minahasa yang tak Sekadar untuk Foya-foya

Selain sosialisasi, kampanye, dan penyuluhan. Pemerintah daerah juga perlu melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap upaya-upaya yang dilakukan. Data tentang prevalensi stunting, perkembangan gizi anak, dan pengetahuan masyarakat harus terus dipantau untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil efektif dan dapat mengatasi masalah stunting.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini