Tradisi Pengucapan Syukur dari Minahasa yang tak Sekadar untuk Foya-foya

Tradisi Pengucapan Syukur dari Minahasa yang tak Sekadar untuk Foya-foya
info gambar utama

Masyarakat Minahasa Selatan, Sulawesi Utara melaksanakan tradisi pengucapan syukur pada Minggu (9/7). Perayaan pengucapan syukur di Kabupaten Minahasa Selatan ini telah menjadi tradisi turun temurun.

Dimuat dari Tribun Manado, tradisi pengucapan syukur identik dengan berkunjung atau lebih umumnya dikenal dengan istilah silaturahmi yang dalam bahasa Manado adalah pasiar. Tradisi ini dilakukan ke rumah sanak saudara, sahabat, hingga rekan kerja.

Mengenal Burung Manguni, si Pembawa Kabar Baik Kebanggaan Masyarakat Minahasa

Tradisi ini berawal dari mata pencaharian masyarakat Minahasa pada masa lalu yakni petani. Sehabis panen dilakukan tradisi foso rumege um banua (pengucapan syukur) kepada Opo Empung Wailan Wangko atau roh nenek moyang.

“Tradisi ini menjadi sarana untuk bersama-sama bersyukur atas hasil panen yang melimpah, kesuburan tanah, cuaca yang baik, dan kesehatan yang baik sehingga mereka bisa menggarap sawah atau ladang,” tulis Sonya Indrarti Sondakh dan M Yoesoef dalam Tradisi Pengucapan Syukur Minahasa dan Pemertahanan Kuliner Tradisional.

Masuknya Kristen

Tradisi ini bertransformasi dalam segala zaman. Saat masuknya agama Kristen, tradisi tersebut mendapat bentuk yang baru. Kala itu berlangsung pemilihan, mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.

“Saat ini pengucapan bertransformasi lagi sesuai zaman, ada yang menyumbang di gereja sudah pakai rekening dan lainnya,” ucap budayawan dan akademisi Unsrat Dr. Ivan R.B Kaunang.

Meski bertransformasi, menurutnya hakikat pengucapan syukur masih sama yakni kepada Tuhan. Hal ini juga disertai berbagi melalui jamuan makanan. Budaya makan dalam pengucapan syukur selalu jadi sorotan.

Tinutuan, Bubur Khas Manado yang Penuh Sayuran dan Cerita di Balik Awal Terciptanya

Pasalnya banyak yang menyebut hal ini adalah budaya hedon dan boros. Tetapi bagi Ivan, budaya tersebut sebagai bentuk berbagi kepada sesama. Hal yang mendasari budaya Minahasa ini sangat menjunjung tinggi spiritualisme.

“Warga yang beroleh berkat Tuhan kemudian membaginya kepada sesama, itulah simbol kasih kepada sesama,” ucapnya.

Dilakukan sederhana

Pihak kepolisian menyatakan telah mempersiapkan pasukan pengamanan untuk perayaan pengucapan syukur di Minahasa Selatan. Imbauan ini dalam bentuk peringatan serta larangan bagi masyarakat.

“Rinciannya 198 dari personil Polri, dibantu dari kelompok masyarakat 100 lebih jadi total ada 300 orang,” kata AKBP Feri.

Dirinya pun menghimbau kepada masyarakat agar pengucapan syukur dilaksanakan dengan sederhana, tidak berlebihan tanpa pesta pora dan mabuk-mabukan serta tetap menjaga kamtibmas.

Torang Samua Basudara, Prinsip Hidup Rukun dan Penuh Toleransi di Sulawesi Utara

Kemudian ada larangan untuk menyediakan minuman keras, membawa senjata tajam. Kemudian adanya pelibatan tokoh masyarakat, agama, pemuda. Hal yang terakhir adalah memperhatikan tata tertib parkir kendaraan bermotor.

“Kami minta masyarakat untuk manaati semua aturan yang sudah ada,” jelas AKB Feri.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini