Kisah Patung Jenderal Sudirman yang Menjaga Nasionalisme di Kabupaten Alor

Kisah Patung Jenderal Sudirman yang Menjaga Nasionalisme di Kabupaten Alor
info gambar utama

Pada tahun 2012, pemerintah membangun patung Jenderal Sudirman di Maritaing, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Patung jenderal besar itu sengaja diarahkan menghadap ke Timor Leste sebagai upaya membangkitkan nasionalisme.

Sekarang patung setinggi 10 meter dari permukaan laut itu hanya dilengkapi prasasti berukuran 40 x 50 cm tanpa adanya informasi utama. Area patung itu juga tanpa pagar keliling dan listrik.

Jenderal Sudirman dan Perjalanan Singkat di Dunia Militer Indonesia

“Pada malam hari, kawasan itu gelap gulita,” tulis Kompas.

Kawasan ini merupakan salah satu wilayah daratan terluar atau terdepan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berbatasan dengan Timor Leste. Masyarakat di sana pun lebih memiliki ikatan emosional dengan Timor Leste.

Ikatan dengan Timor Leste

Kepala SMPN Maritaing Yefta Perang mengatakan, jarak Maritaing dengan Timor Leste cukup dekat. Agar bisa sampai Jarak terpendek yang ditempuh dari Maritaing adalah Distrik Liquica, Timor Leste.

“Nelayan-nelayan dari Timor Leste sering mendarat di Maritaing untuk mengisi bahan bakar minyak atau berjualan ikan kemudian kembali ke Timor Leste. Mereka datang tidak menggunakan pas lintas batas karena memiliki beberapa anggota keluarga yang tinggal di Maritaing,” kata Perang.

Jenderal Soedirman dan Kesaktian Keris Penolak Mortir Milik Pasukan Belanda

Warga Alor yang beristrikan perempuan Liquica, Timor Leste ini mengakui lebih mempunya hubungan emosional dengan negara tetangga. Dia sering pergi ke Liquica tanpa membawa pas masuk saat ada urusan keluarga di Timor Leste.

Wilayah strategis

Karena posisi ini, Maritaing pun sangat strategis dikembangkan jadi kawasan perdagangan perbatasan laut NKRI dengan Timor Leste. Apalagi jika pengusaha berani membangun pusat pertokoan di Maritaing sangat mendukung wilayah terdepan NKRI.

Ketua Komisi A DPRD NTT Kasintus Ebu Tho juga menyoroti pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan. Baginya pembangunan infrastruktur jalan sangatlah penting karena wilayah perbatasan adalah wajah langsung dari Indonesia.

“Di Pulau Ndana, Rote, belum ada penduduk yang menempati kecuali anggota TNI. Akan tetapi, di Maritaing, pembangunan patung harus didukung dengan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, air bersih, jaringan telepon, dan listrik,” kata Ebu Tho pada 2016 silam.

Wedang Tiyung yang Berikan Kehangatan bagi Jenderal Soedirman saat Gerilya

Dia membandingkan dengan warga Timor Leste di perbatasan yang sudah menikmati air bersih, listrik, sarana dan prasarana yang baik. Karena itu dirinya mendorong pemerintah RI agar memperhatikan warga di perbatasan Timor Leste.

Karena dalam kesaksiannya banyak warga RI di perbatasan secara sukarela masuk untuk bisa bergabung dengan Timor Leste seperti 63 keluarga di Desa Naktuka, Amfoang, Kabupaten Kupang.

“Kita tentu tidak ingin kasus serupa terulang lagi pada waktu mendatang,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini