Cerita Leluhur Multientis dari Warga Banda Neira yang Jaga Kerukunan

Cerita Leluhur Multientis dari Warga Banda Neira yang Jaga Kerukunan
info gambar utama

Orang Kepulauan Banda adalah yang dicita-citakan para pendiri bangsa sebagai tempat peleburan beragam suku di Nusantara. Misalnya sangat lumrah ditemukan orang Banda bernama Arab tetapi memiliki leluhur orang China atau Eropa.

Sari Banum, seorang warga Banda yang bermukim dekat Pelabuhan Banda misalnya memiliki perawakan sepintas orang Buton dengan kulit gelap dan berhidung mancung. Dia pun sempat menikah dengan orang Tionghoa.

Peran Orang Kaya dalam Perdagangan Rempah di Banda Neira Maluku

“Dia meninggal. Lalu, saya menikah dengan orang Jawa. Leluhur saya lelaki asal Buton dan leluhur perempuan Jawa,” ujarnya yang dimuat Kompas.

Keponakan Sari Banum dari suami pertama memanggilnya encim (tante dalam dialek Tionghoa Hokkian). Mereka sekeluarga hidup sebagai Muslim yang taat dan rukun dengan kerabatnya yang bukan penganut Islam.

Persaudaraan di Banda

Salah satu tokoh nasional dari Banda, Des Alwi juga mempunyai leluhur yang berbagai. Alwi mempunyai kakek bernama Said Tjong Baadila yang keturunan Tionghoa. Sementara itu dari garis ayah, dia mempunyai leluhur dari Ternate, keturunan Sultan Palembang.

Hamdi Baadila, yang masih kerabat Des Alwi menyatakan Said Tjong Baadila kemudian memperistri perempuan ningrat Jawa bernama RA Salma, dari Tuban Jawa Timur. Dari keluarga Tionghoa ini, Des Alwi juga punya kerabat dari Spanyol.

Fakta Menarik Pulau Banda Neira, Surga di Timur Indonesia

Robert van Leon juga memberikan kesaksian atas kedekatan serta persaudaraan orang Banda yang sangat beragam. Misalnya ayahnya adalah peranakan Tionghoa tetapi ibunya adalah asli Niera, seorang Muslim dengan leluhur Jawa dan Buton.

“Saya beragama Kristen. Ayah saya Kristen. Kita semua hidup rukun,” jelas Robert.

Impor penduduk

Sejarawan Universitas Pattimura, Usman Thalib menceritakan adanya impor penduduk ke Kepulauan Banda pasca pembantaian penduduk oleh Jan Pieterszoon Coen pada 1609. Dicatat ada sekitar 6.600 orang Banda yang dibunuh.

Selain itu 789 orang diasingkan ke Batavia (Jakarta) di tempat yang sekarang dikenal sebagai Kampung Bandan. 1.700 orang melarikan diri ke Banda Eli di Maluku Tenggara. Hanya tersisa sepertiga orang asli Banda di Banda Neira.

Mengenal 4 Kawasan Konservasi Perairan Maluku yang Baru Diresmikan

“Di sini orang juga memakai garis keluarga dari ibu seperti yang dilakukan Des Alwi. Orang Banda selalu menyebut identitas Banda terlebih dahulu baru menjelaskan asal-usul mereka. Semisal Pattiasina dari Banda selalu menyebut asli Banda, baru menerangkan asal-usul keluarganya di Ambon Lease. Demikian pula orang Jawa, Buton, dan lain suku pasti menyebut identitas orang Banda terlebih dahulu baru menjelaskan asal-usul leluhurnya,” ujar Thalib.

Kemajemukan ini yang menyelamatkan warga Banda Neira dari konflik agama pada awal 2000-an. Hal ini yang dialami oleh Yola Dumatuban yang dilindungi oleh keluarga Muslim Banda agar tak kena kerusuhan.

Hingga kini walau orang Banda Kristiani banyak yang mengungsi ke Ambon. Tetapi mereka masih saja merayakan natal bersama di Banda Neira. Warga Muslim pun masih menerima mereka yang ingin kembali pulang ke kampung halaman.

“Kemarin waktu Natal warga yang mengungsi datang dan merayakan Natal di Banda dan mengunjungi sanak serta keluarga yang Muslim,” ujar Van Leon.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini