Cerita Menarik dari Si Jingga di Langit Malam Banyuwangi

Cerita Menarik dari Si Jingga di Langit Malam Banyuwangi
info gambar utama

Hai Kawan GNFI! Tahu tidak warna langit malam di Banyuwangi sangat berbeda loh dengan warna langit di daerah lainnya? Jika langit lain memiliki warna yang cenderung gelap dan hitam, langit di Banyuwangi memiliki warna jingga hingga orange di setiap malamnya sehingga tak tampak gelap. Coba Kawan GNFI tebak, kira-kira apa ya penyebabnya?

Sungguh tak disangka hal yang menyebabkan langit Banyuwangi ini berwarna jingga adalah terangnya lampu di kebun buah naga. Jumlah lampu untuk setiap kebunnya dapat mencapai 1.000 lampu jika tanah yang dimiliki oleh petani buah naga ini luas. Buah naga di Banyuwangi ini sangat populer karena Banyuwangi sendiri merupakan sektor penghasil buah naga yang cukup terkenal terutama buah naga merah.

Hampir setiap kebun di Banyuwangi khususnya di Pesanggaran, Seneporejo, dan sekitarnya pasti ada yang bertani buah naga. Banyaknya petani buah naga inilah yang mengakibatkan kondisi langit malam di Banyuwangi menjadi terang berwarna jingga.

Masyarakat di Pulau Enggano Gelar Acara Peringatan Satu Muharram 1445 H

Menurut salah satu petani milenial Dusun Krajan yang bernama Mas Arif, penggunaan lampu ini bermanfaat agar tanaman buah naga dapat berbunga dan berbuah di luar musimnya atau semacam pemaksaan secara halus agar tanaman buah naga ini berproduksi secara terus-menerus. Jika menggunakan lampu, buah naga ini dapat panen hingga 4 kali dalam setahun karena lampu ini dapat merangsang pertumbuhan bunga buah naga.

Lama waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 20 hari penerangan hingga bunga buah naga dapat muncul. Namun dalam menyalakan lampunya pun tidak bisa sembarangan dan harus di jam tertentu serta konsisten. Jam yang baik dalam menyalakan lampu ini adalah dimulai sekitar jam 20.00 WIB atau 21.00 WIB hingga esok harinya sekitar jam 4.00 WIB. Penyalaan lampu yang tidak konsisten dapat memengaruhi hasil perbungaan dari tanaman buah naganya.

Selain itu, besarnya watt lampu yang digunakan juga dapat memengaruhi hasil perbungaan. Besar watt lampu yang digunakan berkisar 10-12 watt. Menurut mas Arif, makin besar watt yang digunakan maka semakin bagus dan cepat perbungaannya, tetapi biaya listiknya juga akan semakin besar.

Dokumentasi Pribadi KKN-PPM UGM Siliragung 2023
info gambar

Entah apa yang dimanfaatkan tanaman buah naga dari lampu tersebut. Mungkin cahaya ataupun kehangatan yang dihasilkan dari lampu tersebut masih belum diketahui. Pak Pujianto yang juga salah seorang petani buah naga di Dusun Silirkrombang, mengatakan bahwa beliau juga kurang mengetahui sebenarnya manfaat apa yang diambil dari tanaman buah naga dari pemasangan lampu di kebun sehingga dapat memicu pertumbuhan bunga tanaman buah naga.

Mahasiswa KKN UGM Bantu Mengajar di SMP, Ajak Prakarya Ecoprint dan Eksperimen Listrik

Namun, beliau meyakini bahwa pemasangan lampu tersebut bermanfaat untuk kehangatannya. Hal ini dikarenakan pada musim buahnya yaitu berkisar antara bulan Oktober hingga April yang biasanya juga bertepatan dengan musim hujan, tanaman buah naga di malam hari memiliki hawa yang hangat. Namun, hal tersebut masih hasil terkaan saja dan belum ada penelitian terkait lampu pada buah naga tersebut ujar Pak Pujianto.

Sungguh menarik bukan lampu-lampu di kebun buah naga ini? Namun, Kawan GNFI tahu tidak siapa penemu ide pemanfaatan lampu di kebun buah naga ini? Sayangnya sampai sekarang belum diketahui siapa penemu ide pemanfaatan lampu di kebun buah naga ini.

Kepala Dusun Silirkrombang, Bapak Imam mengatakan bahwa beliau sudah menyusuri dari pendahulunya terkait dengan siapa penemunya tetapi hingga sekarang masih belum diketahui penemunya. Jika ditarik dari awal mula tahun pemanfaatan lampu di kebun buah naga Pak Imam menjelaskan bahwa pemanfaatan lampu di kebun buah naga ini dimulai sekitar tahun 2014.

Berbeda pendapat dengan Pak Imam, Pak Pujianto mengatakan bahwa ide penggunaan lampu ini dimulai sejak tahun 2015 yang pada saat itu banyak kebun yang mulai memasang lampu untuk produksi buah naga ini. Perbedaan pendapat juga disampaikan oleh Mas Arif yang mengatakan bahwa pemanfaatan lampu di kebun buah naga ini dimulai dari tahun 2016.

Jika ditanya tentang bagaimana awalnya, Mas Arif imenjawab bahwa ada seorang petani kebun yang mungkin milenial juga mendapatkan informasi pemanfaatan lampu di kebun buah naga ini meniru petani di China dan Vietnam yang didapatkan informasinya dari media YouTube.

Sebagai anak milenial juga, hal ini cukup masuk akal dan dapat diterima tetapi tetap saja untuk orang pertama kali yang memanfaatkan sistem lampu di kebun buah naga ini masih menjadi misteri yang sampai saat ini belum dapat terpecahkan. Tidak mungkin masyarakat Banyuwangi langsung melakukan hal tersebut secara serentak tanpa ada yang memulainya. Masyarakat desa cenderung menirukan sesuatu yang sudah ada sebab mereka tidak menginginkan kerugian dari tindakan yang dilakukannya.

Buah Naga di Banyuwangi, Dokumentasi KKN-PPM UGM Unit Siliragung 2023
info gambar

Bukan hanya cara memunculkan bunganya yang menarik, penyerbukan dari buah naga juga tak kalah menarik. Penyerbukan buah naga dibantu oleh manusia yaitu pemilik kebun itu sendiri pada malam hari. Proses penyerbukannya dilakukan dengan mengambil benang sari kemudian ditaburkan ke kepala putiknya.

Pemilik kebun di sini menyebutkan bahwa cara ini merupakan seni dalam pembudidayaan buah naga. Setelah beberapa hari membentuk bakal buah maka bakal buahnya dibengkokkan ke arah bawah. Hal ini ditujukan untuk menghindari rusaknya bakal buah oleh air hujan jika sering terjadi hujan di musim yang tidak menentu ini.

Dilema Sidang Skripsi: Kalau Bukan Dinasihati, Mungkin Dibantai

Sistem penanaman buah naga di sini juga sama menariknya. Masyarakat menggunakan pohon randu sebagai penopang buah naganya dari pada menggunakan beton. Menurut mereka hal ini lebih murah dan lebih menguntungkan di mana mereka dapat memanfaatkan daun-daun randu tersebut sebagai pakan ternak mereka.

Sebenarnya tipe penanaman yang mereka gunakan ini disebut sebagai sistem agrosilvopastura tetapi mereka tidak menyadari sistem tersebut. Sistem ini menggabungkan antara tanaman pohon, tanaman pertanian, dan untuk peternakan. Penerapan sistem ini tentunya dapat menguntungkan beberapa sektor.

Itulah tadi cerita dibalik Si Jingga di langit Banyuwangi ini yang tak lain adalah buah naga. Sungguh menarik bukan? Tak salah Banyuwangi bisa dijadikan salah satu destinasi wiasata yang dapat Kawan GNFI kunjungi agar Kawan GNFI bisa melihat langsung langit malam di Banyuwangi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini