Mahasiswa KKN UGM-UNG Gaungkan Peduli Pesisir, Adakan Bersih Pantai di 3 Desa

Mahasiswa KKN UGM-UNG Gaungkan Peduli Pesisir, Adakan Bersih Pantai di 3 Desa
info gambar utama

Teluk Tomini yang terletak di Sulawesi merupakan teluk terbesar di Indonesia. Kaya akan berbagai kehidupan laut dan berada pada posisi yang strategis, potensi dari teluk ini sejatinya mampu mengangkat pertumbuhan perekonomian dan pembangunan di Sulawesi. Sayangnya, realita yang ada masih jauh dari angan tersebut. Pasalnya, Gorontalo sebagai salah satu provinsi yang berada di teluk ini justru berada pada 5 besar provinsi termiskin di Indonesia.

Secara makro, jelas ada berbagai hal yang perlu dikaji dan dibenahi agar Teluk Tomini benar-benar dapat mencapai potensinya yang seharusnya. Sementara itu, kendala-kendala mikronya kurang lebih diamati langsung oleh mahasiswa KKN-PPM UGM yang sudah kurang lebih satu bulan berada di Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Apa contohnya?

“Masyarakat di sini terbiasa membuang sampah ke laut. Pilihannya memang hanya membakar sampah atau membuangnya ke laut. Perilaku ini didorong dari minimnya fasilitas pengelolaan atau penampungan sampah di wilayah pesisir Batudaa Pantai. Tidak ada juga truk sampah yang datang mengangkut karena akses jalan menuju kota yang masih belum baik di beberapa ruas,” ujar Ratu Luwih Ayu, mahasiswi Sekolah Vokasi UGM, ditemui di tempat.

Berangkat dari keprihatinan akan kondisi tersebut, mahasiswa KKN-PPM UGM berkolaborasi bersama mahasiswa KKN UNG (Universitas Negeri Gorontalo) mengadakan aksi bersih pantai di 3 desa yang menjadi lokus KKN, yaitu Desa Olimoo’o, Desa Lamu, dan Desa Tontayuo pada Sabtu (29/7).

Masyarakat desa turut andil dalam bersih pantai, termasuk yang masih sekolah | Sumber: Fariz Azhami Ahmad
info gambar

“Kegiatan ini mengambil tema Peduli Pesisir: Gerakan Bersih Pantai untuk Lingkungan yang Lebih Baik. Selain kami mahasiswa, masyarakat desa dan sejumlah komunitas di Gorontalo seperti Tanggidaa Group juga akan bergabung. Kabarnya pihak kecamatan juga akan koordinasikan kegiatan serupa di desa-desa lain yang tidak menjadi lokasi KKN kami agar benar-benar serentak satu kecamatan terlibat,” tambah Ratu.

Acara dimulai pada pukul 07.00 WITA dengan pusat pembukaannya di Desa Tontayuo. Bapak Dikson Ibrahim Nusi selaku Kepala Desa Tontayuo disertai perwakilan pihak Kecamatan Batudaa Pantai membuka acara.

“Kami bersyukur dengan adanya mahassiwa KKN di desa kami. Kami syukuri pertama hubungan mahasiswa dan masyarakat yang akrab. Kedua adalah program inti mahasiswa sangat membantu desa, termasuk bersih pantai ini,” imbuh Bapak Dikson.

Hadir juga dalam acara adalah Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) Gorontalo untuk meliput acara. Secara singkat, Diskominfotik Gorontalo mengajak mahasiswa aktif meliput dan mempublikasikan kegiatan KKN mereka di media-media.

“Mahasiswa yang sudah masuk dalam generasi milenial pasti lebih kreatif dalam menciptakan konten-konten yang menarik dibanding kami yang sudah generasi 80-an,” papar Ismail Giu, Pranata Humas Ahli Muda Diskominfotik Pemprov Gorontalo.

Kegiatan bersih pantai yang berlangsung hingga pukul 10.00 WITA ini mengumpulkan total sebanyak 103 karung sampah. Sampah-sampah yang sudah terkumpul kemudian akan diangkut oleh truk sampah yang disediakan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gorontalo. Acara lalu berlanjut pada sosialisasi pemanfaatan sampah menjadi ecobrick.

Ecobrick memanfaatkan sampah seperti botol bekas yang dimasukkan berbagai sampah plastik hingga menjadi keras layaknya batu bata. Ecobrick selanjutnya dapat menjadi bahan dasar kursi, meja, dan berbagai keperluan lainnya.

Sejumlah komunitas seperti Tanggidaa Group juga ikut serta dalam bersih pantai | Sumber: Ananda Satrio Bawono
info gambar

“Dari awal program KKN UNG dan UGM memang difokuskan untuk pembangunan komunitas pesisir yang sustainable. Semoga bersih pantai ini tidak berhenti sesudah kami penarikan pada 9 Agustus. Semoga masyarakat mau melanjutkan. Semoga tim KKN tahun depan juga dapat melanjutkan program-program lainnya atau bahkan kalau bisa diinovasikan,” harap Audi Yoel Sumaraw, mahasiswa Fakultas Perikanan UNG.

Penulis: Geraldy Kianta, Fakultas Kehutanan UGM

Fotografer: Ananda Satrio Bawono, Fakultas Hukum UGM; Ufaira Rafifa Huda, Fakultas Pertanian UGM; dan Fariz Azhami Ahmad, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini