Membangun Jembatan Energi: Visi India Menuju Perdagangan Listrik dengan Asia Tenggara

Membangun Jembatan Energi: Visi India Menuju Perdagangan Listrik dengan Asia Tenggara
info gambar utama

India sedang mempertimbangkan untuk melakukan perdagangan listrik dengan negara-negara Asia Tenggara melalui Myanmar dan Thailand dalam upaya untuk meningkatkan keterlibatan diplomatik regional. Sumber-sumber yang mengetahui rencana ini mengungkapkan bahwa New Delhi ingin menggunakan kapasitas energi terbarukannya yang terus meningkat untuk melakukannya. Proyek jaringan listrik ini diperkirakan akan memakan waktu setidaknya empat tahun untuk diselesaikan dan mengikuti upaya-upaya India sebelumnya untuk memperdagangkan listrik dengan negara-negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab.

Meskipun rencana ini belum dipublikasikan, para pejabat dari Kementerian Tenaga Listrik dan Industri telah melakukan pembicaraan dengan beberapa negara untuk memajukan interkoneksi jaringan listrik regional. Diskusi-diskusi ini berlangsung selama pertemuan tingkat menteri Kelompok 20 (G20) di negara bagian Goa, India. Dukungan dari anggota G20 dipandang sangat penting untuk mendapatkan dukungan finansial untuk proyek ini dari para bankir dan pengembang.

Pemerintahan Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah berusaha untuk memperkuat hubungan politik dan ekonomi dengan negara-negara tetangganya sebagai tanggapan terhadap pengaruh regional Cina yang semakin meningkat.

Untuk membantu mengimplementasikan rencana ini, India telah menyewa perusahaan Perancis EDF untuk membantu mengembangkan kerangka kerja regulasi. Hal ini akan mengatasi berbagai tantangan, termasuk masalah harga. Laporan EDF diharapkan akan selesai pada akhir tahun ini, menurut para pejabat industri.

Menaklukkan Peluang Besar

Pada tahun 2020, kawasan ASEAN menghadapi tantangan serius terkait emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor ketenagalistrikan yang mencapai 668 Mt CO2e. Negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina merupakan lima negara penyumbang emisi GRK terbesar di kawasan ini.

Fakta bahwa emisi GRK terus meningkat membuat ASEAN menjadi salah satu kawasan yang paling rentan terhadap perubahan iklim, dengan separuh dari negara-negara ASEAN berada di antara 20 negara yang paling rentan terhadap kejadian cuaca ekstrem di dunia.

Untuk mengatasi tantangan ini, negara-negara ASEAN telah mengambil langkah maju dengan menetapkan atau memperbarui target Kontribusi yang Diniatkan Secara Nasional (NDC) untuk tahun 2020 dan 2021. Mereka juga telah mengembangkan rencana untuk mencapai target NDC mereka pada tahun 2030.

Thailand sendiri telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi GRK sebesar 20-25% di bawah tingkat BAU (business as usual) pada tahun 2030. Melalui Strategi Pembangunan Rendah Gas Rumah Kaca Jangka Panjang dan Undang-Undang Perubahan Iklim, Thailand bertujuan untuk mencapai target NDC.

Di sisi lain, anggota ASEAN telah berusaha selama beberapa dekade untuk membangun jaringan regional untuk memfasilitasi perdagangan listrik multilateral. Namun, sejauh ini, kemajuan mereka masih terbatas pada perjanjian bilateral antara negara-negara anggota.

Thailand dan Kamboja adalah dua importir energi terbesar di kawasan ini (sebagai persentase dari total konsumsi energi mereka). Thailand sendiri mengimpor sekitar 13% dari total konsumsi listriknya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi peningkatan permintaan domestik yang diperkirakan akan meningkat dan juga untuk meningkatkan ketahanan energi mereka sebagai bagian dari strategi Thailand untuk mempromosikan penggunaan sumber energi yang beragam.

Di sisi lain, mengutip dari laman Down to Earth, Myanmar sendiri merupakan pintu gerbang menuju jaringan listrik ASEAN dari kawasan Asia Selatan. Dengan memperkuat koneksi jaringan listrik antara India dan Myanmar, Myanmar dapat mengakses pasar listrik yang besar di India, yang akan memberikan akses yang dapat diandalkan untuk mendapatkan pasokan listrik. Keuntungan ini akan memungkinkan Myanmar untuk memanfaatkan sumber daya secara lebih efektif dan memulai proses integrasi yang lebih luas antara jaringan listrik Asia Selatan dan ASEAN.

Kerja sama antara India, Myanmar dan Thailand memiliki potensi untuk membuka peluang kerja sama yang lebih fleksibel antara negara-negara ASEAN dan negara-negara di luar kawasan. Selain kerja sama bilateral di dalam ASEAN, kemitraan ini juga dapat menarik minat negara-negara di luar kawasan.

Referensi:

Karthik, Maitreyi., & Rajiv Ratna Panda. (2023). Myanmar, India’s Gateway to ASEAN, Can Solve Its Power Issues by Shifting to Renewables. downtoearth.org.in

Varadhan, Sudarshan. (2023). Exclusive: India Aims to Trade Electricity With Southeast Asia. reuters.com

Regional Electricity Trade in ASEAN the Road Ahead to an Integrated and Greener Electricity Future. 2022. pwc.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini