Mixue Sweet Diplomacy: Es Krim sebagai Soft Power Tiongkok?

Mixue Sweet Diplomacy: Es Krim sebagai Soft Power Tiongkok?
info gambar utama

Selama lima tahun terakhir, Mixue telah mendominasi pasar es krim dan teh di kawasan Asia Tenggara setelah membuka gerai pertamanya di Vietnam pada tahun 2018. Berbasis di Tiongkok, perusahaan ini sekarang memiliki 22.500 gerai di negara tersebut.

Ada sekitar 1.000 gerai Mixue di kawasan Asia Tenggara, termasuk Filipina, Thailand, dan Indonesia. Menariknya, meskipun telah beroperasi lebih lama, jumlah gerai Starbucks dan restoran McDonald's di kawasan ini masih lebih sedikit, yaitu 10.000 gerai Starbucks dan sekitar 9.100 restoran McDonald's.

Di Indonesia, kehadiran Mixue telah menjadi tren di berbagai platform media sosial. Banyak orang yang membagikan keinginan mereka untuk menikmati produk Mixue setiap hari, dan lelucon serta meme tentang merek ini sering muncul, bahkan menjadi topik yang populer di Twitter.

Mixue telah berhasil menarik perhatian dengan strategi bisnisnya yang efektif. Mereka menjalankan promosi yang cerdas di media sosial populer seperti Instagram dan TikTok, memposting ulasan dan pembelian konsumen, dan mendapatkan dukungan dari selebriti. Interaksi langsung dengan konsumen di media sosial juga telah memperkuat loyalitas para penggemar Mixue.

Ulasan positif tentang Mixue di Indonesia telah memicu kreativitas anak muda, yang telah membuat meme dan video tentang ekspansi merek yang cepat. Beberapa lelucon bahkan menyatakan bahwa setiap ruang kosong di lingkungan sekitar akan segera menjadi gerai Mixue yang baru.

Harga produk Mixue yang terjangkau menjadi daya tarik bagi konsumen, terutama di pasar kelas menengah Indonesia yang didominasi anak muda. Biaya operasional yang rendah juga menjadi daya tarik bagi pemilik bisnis yang ingin memiliki lisensi Mixue. Biaya lisensi yang relatif rendah dan dukungan dari PT Zisheng Pacific Trading membuat bisnis ini sangat menguntungkan.

Bekerja sama dengan ekosistem rantai pasokan terpusat di Tiongkok, termasuk Henan Daka Food Co. dan Shangdao Intelligent Supply Chain Co, Ltd. memberikan keuntungan bagi Mixue dalam pengembangan produk, penyimpanan, dan logistik. Rantai pasokan yang stabil dari Tiongkok membuat harga produk Mixue tetap konsisten di pasar Indonesia.

Selain itu, China telah menjadi mitra dagang terbesar Indonesia selama sembilan tahun berturut-turut, dengan nilai perdagangan yang signifikan. Investasi langsung dari Tiongkok juga telah mencapai tingkat yang tinggi. Fenomena ini telah menyebabkan menjamurnya gerai Mixue di Indonesia, dengan implikasi sosial-ekonomi yang menarik untuk diikuti.

Selain menjadi kisah sukses bisnis, Mixue - bersama dengan merek-merek ritel internasional lainnya yang berbasis di Tiongkok, seperti Miniso - memiliki potensi untuk membantu mempromosikan citra nasional Tiongkok yang positif di Indonesia.

Pada tahun 2012, sebuah penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan publik tentang asal sebuah merek dapat secara positif mempengaruhi citra sebuah negara. Penelitian tersebut melibatkan hampir 500 responden di Amerika Serikat untuk menyelidiki fenomena ini. Hasilnya mendukung klaim Olle Wästberg, mantan direktur Swedish Institute, bahwa merek furnitur IKEA telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap citra positif Swedia, bahkan lebih besar daripada pemerintahnya. Studi ini juga menemukan bahwa minuman energi populer Red Bull memiliki dampak positif pada citra Austria.

Popularitas Mixue dapat diartikan sebagai bagian dari strategi soft power Tiongkok. Kehadiran minuman manis ala Cina ini telah berhasil meredam beberapa persepsi negatif terhadap Cina dan etnis Cina di Indonesia, sehingga meningkatkan penerimaan terhadap produk-produk Cina. Meskipun ada seruan awal untuk memboikot Mixue karena sertifikasi halalnya, perusahaan ini terus tumbuh dalam popularitas di Indonesia.

Pemerintah Tiongkok mendorong perusahaan-perusahaan untuk berekspansi ke luar negeri, tidak hanya untuk meraup keuntungan ekonomi, tetapi juga untuk meningkatkan citra positif negara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, memperkenalkan produk suatu negara, dalam hal ini produk China, ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dapat membantu meningkatkan citra positif China. Pengetahuan tentang asal usul sebuah merek telah terbukti berpengaruh dalam meningkatkan citra suatu negara.

Namun, perlu dicatat bahwa sentimen negatif terhadap Tiongkok masih tinggi di kalangan masyarakat Indonesia, seperti yang ditunjukkan dalam survei ISEAS-Yushof Ishak tahun 2022. Mayoritas responden, 65,9%, menyatakan kekhawatirannya terhadap pengaruh ekonomi Tiongkok yang semakin besar di Indonesia. Selain itu, 25,4% responden merasa bahwa kebangkitan Tiongkok berdampak negatif terhadap Indonesia.

Di sisi lain, Mixue mungkin menghadapi tantangan dalam diplomasi kuliner di Indonesia karena upaya negara ini untuk mengurangi konsumsi gula untuk memerangi penyebaran penyakit diabetes. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan konsumsi minuman berpemanis tertinggi per kapita.

Pemerintah Indonesia menyadari dampak negatif dari konsumsi minuman manis yang berlebihan dan sedang mempertimbangkan rencana untuk mengenakan cukai pada produk-produk ini. Jumlah penderita diabetes di Indonesia juga semakin meningkat, yang mengakibatkan biaya pengobatan yang signifikan.

Dalam menghadapi usulan cukai dan kritik terhadap minuman manis, perusahaan swasta seperti Mixue akan ditantang untuk menyeimbangkan profitabilitas bisnis dengan tanggung jawab sosial. Mereka harus menemukan cara untuk tetap relevan dan populer di pasar Indonesia sambil mengatasi masalah kesehatan dan tanggung jawab sosial yang terkait dengan konsumsi gula yang berlebihan.

Referensi: theconversation.com | stratsea.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini