Pengabdian Sambil Wisata, Hiu Paus Botubarani Gorontalo Disambangi Mahasiswa KKN UGM

Pengabdian Sambil Wisata, Hiu Paus Botubarani Gorontalo Disambangi Mahasiswa KKN UGM
info gambar utama

Inti dari kegiatan KKN-PPM UGM memang mengabdi pada masyarakat, tapi sejak kapan memangnya bekerja tidak bisa sembari bersenang-senang? Itulah yang sekiranya ada di benak para mahasiswa peserta KKN-PPM UGM dari Unit Batudaa Pantai yang berwisata ke Wisata Hiu Paus Botubarani Gorontalo pada Jumat (11/8).

Wisata Hiu Paus Botubarani sendiri berada di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Lokasinya hanya kurang lebih 30 menit perjalanan dari area pusat Kota Gorontalo.

Berinteraksi dengan Hiu Paus

Sebagai destinasi wisata, Botubarani sudah memiliki berbagai fasilitas yang menunjang atraksinya. Sejak pertama masuk menyusuri gang yang mengarah ke pantai, berbagai lukisan dan foto-foto hiu paus menghiasi dinding-dinding. Ada pula warung-warung yang menyediakan makanan serta oleh-oleh seperti kalung dan gantungan kunci. Wisatawan yang berkunjung tanpa persiapan pakaian ganti dan peralatan mandi pun dapat membeli pernak-pernik tersebut dengan harga murah.

Untuk menemui hiu paus, ada 3 pilihan yang dapat diambil, yaitu diving, snorkelling, dan naik perahu. Biaya yang perlu dirogoh pun tidak mahal. Sewa perahu dikenakan biaya sebesar Rp 100.000,00 per 3 orang, sementara sewa peralatan diving dan snorkelling dikenakan biaya Rp 50.000,00. Pelampung dan baju renang pun juga turut disewakan sebagai pelengkap. Ada juga persewaan kamera bawah air dan drone bagi mereka yang benar-benar ingin menangkap keindahan setiap momen dengan maksimal.

Hiu paus di Botubarani berkumpul tidak jauh dari bibir pantai. Hal tersebut kadang membuat wisatawan terkecoh. Berdasarkan pengamatan mahasiswa KKN UGM kala menaiki perahu, perairan dangkal dengan terumbu karang hanya berada pada area sekitar 10 meter dari bibir pantai. Sesudahnya, topografi dasar laut langsung berubah layaknya jurang sehingga tercipta wilayah perairan dengan kedalaman 10-30 meter.

“Sempat pikir dangkal, ternyata dalam. Kalau tidak ada banyak pengalaman berenang tanpa alat bantu di laut lebih baik tetap sewa pelampung,” ujar Audie Lim Sing E, salah satu mahasiswi KKN-PPM UGM yang berenang bersama hiu paus.

Agar hiu paus mau mendekat, umumnya mereka dipancing dengan memberi makan udang yang telah ditumbuk. Pakan ini sudah termasuk dalam sewa perahu, tetapi bagi wisatawan yang hendak diving atau snorkelling mandiri dapat membeli pakan seharga Rp 20.000,00.

Baca juga: Harmoni Hijau: Dinamika Mahasiswa KKN UGM bersama Kelompok Kerja 3 PKK Desa Sambungan

Kondisi Hiu Paus Sangat Diperhatikan

Selain memanjakan wisatawan, Botubarani juga sangat memperhatikan kondisi hiu paus. Jumlah hiu paus yang muncul tiap harinya selalu dipantau dan dicatat pada banner yang dapat dilihat langsung oleh pengunjung. Tiap individu hiu paus pun juga diidentifikasi jenis kelamin dan ukurannya.

Beberapa aturan pun perlu ditaati saat berinteraksi dengan hiu paus. Berdasarkan instruksi dari pemandu yang mendampingi, hiu paus tidak boleh disentuh pada saat pemberian pakan. Wisatawan yang berenang juga harus tetap tenang agar hiu paus tidak kaget dan melakukan gerakan seketika yang dapat membahayakan. Sebagai tindakan preventif, sebaiknya wisatawan yang menyelam juga menjaga jarak sekitar 3-4 meter dari hiu paus dan tidak memposisikan diri di depan ikan terbesar di dunia tersebut.

Di hari yang sama dengan kedatangan mahasiswa KKN-PPM UGM, terlihat banyak turis dari berbagai negara datang berwisata. Ketika ditanya, mayoritas turis-turis tersebut berasal dari negara Eropa seperti Prancis, Italia, dan Spanyol.

Baca juga: Kelas Kepenulisan Mahasiswa KKN UGM Dorong Remaja SMP Berani Berekspresi

“Katanya memang lagi travelling beberapa negara. Ke Indonesia pilih ke Sulawesi pun karena hiu paus. Kata mereka hiu paus di Indonesia yang terkenal ya cuma di Botubarani dan Papua. Semoga hal ini bisa kita sebagai masyarakat Indonesia, khususnya yang di Gorontalo, sadari supaya kita lebih kembangkan lagi daya tarik di sini,” tambah Audie.

Penulis: Geraldy Kianta, Fakultas Kehutanan UGM

Fotografer: Fariz Azhami Ahmad, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini