Kelas Kepenulisan Mahasiswa KKN UGM Dorong Remaja SMP Berani Berekspresi

Kelas Kepenulisan Mahasiswa KKN UGM Dorong Remaja SMP Berani Berekspresi
info gambar utama

“You can make anything by writing.” – C. S. Lewis

Kutipan di atas adalah gambaran yang sempurna untuk menggambarkan apa pentingnya kita fasih berbahasa dengan pena, alias menulis. Bukan hanya pada zaman modern, sejak dahulu tulisan memang menjadi media transfer gagasan, pengetahuan, hingga pengalaman hidup. Bacaan yang licin pun seringkali lebih mengena dalam mempersatukan ide dan persepsi, tidak kalah dengan obrolan warung kopi.

Sayangnya, putra-putri pesisir Gorontalo banyak yang belum awam akan dinamika tersebut. Inilah realita yang ditemukan mahasiswa KKN-PPM UGM selama mengabdi di sejumlah desa di Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Bagi anak-anak muda di sana, menulis hanya sebatas pemenuhan kewajiban pendidikan yang terlupa di luar gerbang sekolah.

Menikmati Rinding Allo, Desa Wisata di Sulawesi Selatan yang Berselimut Kabut

Alih-alih menulis, pemantik literasi pun hanya sebatas buku-buku sekolah. Tidak ada majalah atau media massa yang menggugah anak-anak tersebut untuk ikut ambil bagian menyuarakan isi pikirannya melalui tulisan.

Kelas kepenulisan mengajarkan apa pentingnya menulis | Sumber: Rena Badoe
info gambar

Permasalahan tersebut amat disayangkan, pasalnya Batudaa Pantai adalah daerah yang sesungguhnya sangat perlu diekspos agar dapat menangkap perhatian aparat pemerintah daerah dan publik secara umum. Mengapa demikian?

Batudaa Pantai dihimpit oleh deretan dataran tinggi yang langsung bertemu dengan laut sehingga akses menuju lokasi cenderung sulit. Dengan kondisinya yang terpencil, Batudaa Pantai sontak menjadi salah satu kantung kemiskinan di provinsi Gorontalo.

Hal tersebut sejatinya sangat kontras dengan potensi sumber daya alam daerah yang bila dikelola dapat mendorong pertumbuhan ekonomi-sosial masyarakat desa. Sebagai contoh, Batudaa Pantai memiliki banyak bibir pantai yang indah dan dapat dikembangkan menjadi lokasi pariwisata, tetapi keberadaan pantai-pantai ini tidak banyak diketahui masyarakat karena kegiatan promosi yang masih kurang.

Bayangkan bila masyarakat aktif berlalu-lalang di berbagai panel tulisan untuk menyuarakan potensi dan permasalahan daerah Batudaa Pantai, tentu daerah akan memperoleh respon cepat dari pemerintah dan menarik perhatian masyarakat luas.

Pengembangan Baru Kawasan Wisata Borobudur, Makin Apik dengan Berbagai Daya Tarik

Berangkat dari keprihatinan tersebut, mahasiswa KKN-PPM UGM bersama dengan mahasiswa KKN Universitas Negeri Gorontalo (UNG) mengadakan kelas kepenulisan yang menarget siswa-siswi SMPN 4 Batudaa Pantai. Dengan mengangkat tema Menjadi Pena Desa Bercerita, kelas kepenulisan ini mengenalkan siswa-siswi pada gaya kepenulisan populer.

Tulisan populer mengedepankan bahasa kepenulisan yang mudah dipahami seluruh kalangan sehingga ragam konten yang dapat diangkat pun beragam. Jenis tulisan ini juga dipilih untuk memberi nuansa baru pada keseharian sekolah yang mayoritas berkutat pada kepenulisan ilmiah.

Berbagai tips dan trik kepenulisan dipaparkan dalam kelas. Ada tips penulisan judul yang menarik, cara menyusun argumen dalam tulisan, sampai kaidah-kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti kesetaraan unsur dalam kalimat dan pentingnya mengingat penggunaan tanda baca.

Kelas kepenulisan untuk siswa-siswi SMPN 4 Batudaa Pantai | Sumber: Audi Yoel Sumaraw
info gambar

Kelas kepenulisan ini juga mencakup pembuatan lokakarya tulisan karya siswa-siswi sendiri. Hasil-hasil terbaiknya kemudian dicetak dalam bentuk buletin kecil dan menjadi majalah sekolah. Sebanyak 2 ekslempar buletin kemudian diserahkan pada pihak sekolah untuk menambah koleksi perpustakaan. Bentuk digital majalah juga dipublikasikan melalui kanal issuu.

“Pembelajaran ini memprioritaskan teman-teman SMP untuk berani dulu menulis. Rata-rata mereka ragu bagaimana sih agar suatu tulisan itu bisa menarik, terutama judulnya. Banyak juga yang ragu apakah ide atau cerita mereka pantas untuk dituliskan. Menurut saya, apapun itu kisah mereka bisa untuk diceritakan. Desa mereka perlu anak-anak yang berani mempromosikan desanya melalui berbagai tulisan agar semua tau Batudaa Pantai itu dimana, apa yang menarik di sini untuk dikunjungi,” terang Geraldy Kianta, mahasiswa KKN-PPM UGM yang mengadakan kelas kepenulisan.

Transformasi Situ Bagendit: Dari Kisah Ibu-ibu Pelit hingga Jadi Tempat Wisata Kelas Dunia

Penulis: Geraldy Kianta, Fakultas Kehutanan UGM

Fotografer: Rena Badoe, Fakultas Ilmu Sosial UNG; Audi Yoel Sumaraw, Fakultas Perikanan UNG

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini