Deretan Bangunan Bersejarah di Depok, Ada Rumah Milik Gubernur Jenderal Hindia Belanda

Deretan Bangunan Bersejarah di Depok, Ada Rumah Milik Gubernur Jenderal Hindia Belanda
info gambar utama

Depok memiliki sejarah yang panjang. Pada abad ke-18, Depok adalah daerah permukiman yang dikembangkan saudagar Belanda sekaligus pejabat VOC bernama Cornelis Chastelein. Seiring berjalannya waktu, Depok tumbuh menjadi sebuah kota yang terus tumbuh.

Depok yang dianggap kota penyangga Jakarta berbagai infrastruktur untuk menunjang kehidupan warganya. Di tengah-tengahnya, ada pula beberapa bangunan yang begitu bersejarah.

Bangunan-bangunan tersebut mrnyimpan kisah tentang sejarah panjang Depok. Kali ini, GNFI akan membahas bangunan-bangunan tua dan bersejarah dari era kolonial Belanda yang di Depok. Berikut adalah sebagian di antaranya:

1. Rumah Tua Pondok Cina

Rumah Tua Pondok Cina adalah sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Jalan Margonda yang merupakan pusat kota Depok. Dibangun pada tahun 1841, bangunan ini adalah saksi bisu dari perjalanan waktu dan perubahan yang telah terjadi di sekitarnya.

Pada awalnya, Rumah Tua Pondok Cina didirikan oleh seorang arsitek Belanda. Namun, pada pertengahan abad ke-19, kepemilikan bangunan ini berubah ketika dibeli oleh seorang saudagar Tionghoa bernama Lauw Tek Lok.

Setelah Lauw Tek Lok mengambil alih kepemilikan, rumah ini menjadi bagian dari warisan untuk keluarganya. Rumah ini diwariskan kepada putra Lauw Tek Lok yang bernama Kapitan Der Chineezen Lauw Tjeng Shiang.

Rumah Tua Pondok Cina kini berada di area Mal Margo City. Tidak hanya memiliki nilai sejarah, Rumah Tua Pondok Cina juga memiliki keunikan dalam fungsinya. Pada satu waktu, bangunan ini pernah digunakan sebagai Café Olala.

Tertarik ingin melihat Rumah Tua Pondok Cina? Datang saja ke Margo City. Meski aksesnya tertutup, pengunjung mal masih bisa melihatnya dari balik dinding dengan jarak yang tak terlalu dekat.

2. Jembatan Panus

Jembatan Panus membentang di atas aliran Sungai Ciliwung. Jembatan ini sudah berusia tua dan sudah ada sejak awal 1900-an.

Jembatan Panus dibangun pada tahun 1917 oleh insinyur bernama Andre Laurens. Sebutan Jembatan Panus sendiri berasal dari warga Depok bernama Stevanus Leander yang pernah tinggal di dekat jembatan ini.

Selain sebagai perlintasan, fungsi lain Jembatan Panus adalah sebagai pemantau debit kiriman air dari Bogor selama musim hujan. Fungsi ini ada karena salah satu kaki jembatan digunakan sebagai tiang ukur.

Kini Jembatan Panus sudah jarang digunakan. Sebab, di dekatnya sudah ada jembatan lain yang lebih besar dan memadai untuk perlintasan kendaraan. Namun, Jembatan Panus tetap berdiri sebagai saksi bisu dari Depok tempo dulu.

Jembatan Panus ada di sebelah Jalan Siliwangi, seberang Bukit Novo. Jembatan ini bisa didatangi dan dilintasi secara bebas.

3. SMPN 1 Depok

SMPN 1 Depok, yang terletak di Jalan Pemuda Nomor 53 Pancoran Mas, merupakan sebuah gedung sekolah yang memiliki sejarah yang panjang dan beragam. Terletak di kawasan Jalan Pemuda yang dikenal dengan sejumlah bangunan tua bersejarah, SMPN 1 Depok menambahkan warna bersejarah pada lingkungan sekitarnya.

Bangunan ini memiliki akar sejarah yang jauh lebih tua daripada pendiriannya pada tahun 1960. Bangunannya sudah ada sejak masa kolonial Belanda, memberikan sentuhan arsitektur yang mengingatkan pada zaman dahulu. Sejak tanggal 13 September 1951, gedung ini digunakan sebagai fasilitas bagi Sekolah Guru B (SGB), menciptakan jejak sejarah pendidikan di dalam dinding-dindingnya.

Pada tahun 1960, peran gedung ini berubah menjadi tempat belajar mengajar bagi SMP Negeri 1 Depok. Dengan demikian, gedung tersebut tidak hanya menjadi tempat pendidikan, tetapi juga menyimpan cerita perubahan dalam dunia pendidikan selama beberapa dekade.

Sampai saat ini, gedung SMPN 1 Depok masih dijadikan tempat belajar dan mengajar. Setiap tahunnya, siswa-siswi datang dan pergi di bangunan bersejarah itu.

4. GPIB Immanuel Depok

GPIB Immanuel Depok adalah sebuah gereja yang terletak di Jalan Pemuda. Lokasinya tak jauh dari SMPN 1 Depok.

Lebih dari sekedar tempat ibadah, GPIB Immanuel Depok adalah monumen bersejarah yang mengangkat nilai-nilai keagamaan dan budaya. Apalagi, ini merupakan gereja tertua di Depok hingga diberi status sebagai cagar budaya oleh pemerintah.

GPIB Immanuel Depok memiliki akar sejarah yang kuat terkait dengan kedatangan Cornelis Chastelein. Dari sini, dimulai jejak perjalanan spiritual sebuah komunitas bentukan Chastelein yang anggotanya berasal dari para pekerjanya.

Sejarah mencatat bahwa Chastelein membawa pekerja dari berbagai daerah di Indonesia untuk bekerja di Depok. Para pekerja tersebut diberi marga yang jumlahnya ada 12 dan disahlan sebagai komunitas bernama Jemaat Masehi Depok yang diresmikan pada 28 Juni 1714. Jemaat Masehi Depok memiliki gereja sendiri yang kini bangunannya dikenal sebagai GPIB Immanuel Depok.

Setiap pekannya, GPIB Immanuel Depok senantiasa ramai dikunjungi para jemaat yang melakukan ibadah.

5. Rumah Sakit Harapan

Di Jalan Pemuda, pernah ada rumah sakit bernama Rumah Sakit Harapan. Saat masih beroperasi, RS tersebut menempati bangunan tua warisan era kolonial Belanda.

Tuanya bangunan eks RS Harapan langsung terlihat dari desainnya yang bergaya arsitektur Indis (Nieuwe Indische Bouwstijl). Di halaman depannya, ada pula sebuah tugu yang disebut Tugu Chastelein. Tugu itu telah ada sejak lebih dari seabad silam dan diresmikan pada 28 Juni 1914.

Dulunya, gedung eks RS Harapan adalah Kantor Dewan Kotapraja Depok atau Kantoor van Het Gemeentebestuur van Depok. Setelah Indonesia merdeka, lahan dan bangunan menjadi milik Yayasan Cornelis Chastelein.

RS Harapan sendiri berdiri sejak 1990. Cikal bakal RS ini adalah sebuah balai pengobatan yang diperkirakan berdiri pada tahun 1960-an. Setelah Yayasan Kesehatan Harapan mengambilalih balai pengobatan tersebut, barulah RS didirikan.

Bangunan bekas Kantor Dewan Kotapraja Depok masih ada, namun tak lagi berfungsi sebagai RS. Sebab, RS Harapan Depok telah resmi berhenti beroperasi pada 29 Maret 2022.

6. Rumah Cimanggis

Dekat Jalan Raya Bogor, ada sebuah bangunan tua besar yang letaknya agak tersembunyi. Bangunan itu disebut Rumah Cimanggis.

Rumah Cimanggis diketahui awalnya merupakan sebuah lahan perkebunan milik Je Manns. Lahan tersebut lalu dibeli oleh Petrus Albertus van der Parra pada tahun 1771.

Petrus Albertus van der Parra sendiri adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-29. Ia memerintah antara tahun 1762 dan 1775. Ia membeli lahan perkebunan Je Manns untuk diberikan kepada sang istri. Di sana, dibangunlah sebuah rumah peristirahatan.

Namun, rumah itu belum tuntas dibangun saat Van der Parra wafat pada 28 Desember 1775. Kendati demikian, bangunannya masih tetap ada hingga saat ini.

Kini, rumah tersebut ada di kompleks Universitas Islam Internasional Indonesia. Sebelumnya, Rumah Cimanggis dalam kondisi terbengkalai, namun saat UIII mulai dibangun, bangunan tersebut mulai mendapat perhatian dari banyak pihak.

Itulah beberapa bangunan bersejarah yang ada di Depok. Apakah Anda pernah mengunjungi salah satunya?

Riwayat Masjid Shiratal Mustaqiem, Masjid Bersejarah di Samarinda



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini