Dari Kandang Bebek Jadi Rumah Koran, Upaya Jamaluddin Cerdaskan Anak Petani

Dari Kandang Bebek Jadi Rumah Koran, Upaya Jamaluddin Cerdaskan Anak Petani
info gambar utama

Bangunan kayu itu sangat sederhana. Ukurannya sekitar 4,5 meter, tanpa sekat, dan dindingnya ditempeli lembaran koran. Itu makanya bangunan sederhana tersebut dinamakan Rumah Koran.

Namun, dari tempat yang dulunya kandang bebek itu, lahir ide-ide dan kegiatan brilian untuk mencerdaskan anak petani. Bagaimana tidak? Dari Rumah Koran, warga sekitar jadi melek literasi.

Anak-anak bahkan belajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, hingga termotivasi untuk lanjut sekolah. Tak cuma pendidikan dasar, tapi lanjut ke bangku kuliah. Selanjutnya, bisa menjadi petani milenial yang cerdas mengelola sektor pertanian dengan lebih mudah.

Jamaluddin adalah sosok di balik Rumah Koran. Rumah tersebut berlokasi di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Yuk, kenal lebih dekat dengan Jamaluddin dan kiprahnya bersama Rumah Koran.

Nusantara The Forest, Gala Dinner Megah ala KTT ke-43 ASEAN 2023

Rumah Koran, Kunci Pintu Literasi Anak Petani

Suasana Rumah Koran/ Foto: YouTube Rumah Koran
info gambar

Rendahnya literasi warga memang cukup menyayat hati. Masih sedikit warga yang berniat membangun desa sendiri. Kebanyakan ingin merantau untuk membaiki nasib pribadi.

Hal itu membuat Jamaluddin bersedih hati. Ada yang perlu diubah, meski butuh waktu ribuan hari. Dia pun meyakini langkah perubahan bisa dimulai dari meningkatkan literasi.

Kandang bebek di belakang rumahnya disulap menjadi rumah baca. Untuk menarik minat baca warga, koran bekas ditempel di dinding sedemikian rupa. Rumah Koran pun disambut antusiasme warga. Mereka berkenan datang untuk membaca koran di dinding atau sekadar melihat gambarnya saja.

Jamaluddin senang bukan kepalang. Dari kegiatan baca koran bekas di dinding itulah, pria kelahiran 1988 tersebut lebih mudah memberikan berbagai informasi warga tanpa halang.

Jamaluddin lantas membuat berbagai kegiatan yang bisa dilakukan di Rumah Koran. Belajar mengaji, berdiskusi, hingga menggelar sekolah alam. Agar informasi yang dibaca warga terus update, dia pun rajin memperbaharui tempelan koran.

Jamaluddin bersama pemuda desa lainnya setiap hari Minggu berkumpul untuk mencari berita dengan topik tertentu. Lingkungan, motivasi, dan inspirasi adalah jenis tulisan yang biasanya dipasang di dinding Rumah Koran.

"Ketika (koran)selesai dibaca 1-2 kali, maka jadi sampah. Di situ kita sortir berita, lalu ditempel di dinding," terang alumnus Magister Manajemen Universitas Muslim Indonesia ini saat berbincang di program Good Movement "Kisah Inspiratif Penerima Satu Indonesia Awards Astra: Menggapai Impian, Membangun Bangsa".

Literasi, kata Jamal, bukan sekadar melek huruf semata. Lebih luas lagi, mereka juga belajar literasi finansial, literasi digital, literasi lingkungan, dan sebagainya.

Literasi ibarat pintu untuk memasuki berbagai bidang. Sedangkan Rumah Koran seperti laksana kunci untuk membuka aneka pintu menuju dunia yang lebih terang.

KH. Masturo, Ulama Perintis Muhammadiyah di Bekasi yang Kini Jadi Nama Jalan

Dari Rumah Koran, Petani Milenial Bermunculan

Pertanian di Desa Kanreapia/ Foto: Instagram Rumah Koran
info gambar

Di awal berdirinya, Rumah Koran dan Jamaluddin melakukan berbagai gerakan. Misalnya saja gerakan baca buku di sungai, baca buku di kebun, baca buku di gunung, juga kegiatan sekolah alam yang warga nantikan.

Anak-anak petani juga belajar mengenal huruf hijayyah dan abjad. Tak cuma itu, dari Rumah Koran pun digagas kegiatan bersih-bersih sungai, penanaman pohon, serta kemah literasi.

Seiring waktu berlalu, kegiatan yang dilakukan semakin bervariasi dan membawa manfaat lebih besar bagi petani. Kenapa petani? Ini karena sebagian besar warga Desa Kanreapia adalah petani.

Sayangnya, para generasi muda banyak yang tidak tertarik menjadikan kegiatan bercocok tanam sebagai profesi. Anak-anak muda masih banyak yang merasa bekerja di rantau orang lebih menjanjikan secara ekonomi.

Padahal petani bukanlah pekerjaan yang melulu mencangkul dan berjibaku dengan tanah persawahan. Lebih luas lagi, petani harus bisa bertani secara maksimal, hingga memasarkan hasilnya dengan memanfaatkan teknologi digital.

Melihat potensi desanya yang begitu besar di bidang pertanian, Jamaluddin pun mendorong anak-anak muda setempat untuk menjadi petani milenial. Berbekal literasi, Jamaluddin ingin menampilkan image petani yang lebih keren dan tentunya prospektif secara finansial.

"Untuk bisa melakukan ini, butuh gerakan literasi. Seperti literasi finansial dan literasi digital," lanjut pria kelahiran tahun 1988 ini dalam podcast Rijal Djamal.

Bersama Rumah Koran, Jamaluddin aktif mendorong generasi milenial untuk tidak malu mengabdi di desanya sebagai petani. Hebatnya, kini banyak terobosan yang dilakukannya bersama para petani milenial di Desa Kanreapia. Mereka bisa menyiapkan pupuk organik sendiri, bahkan menjadi content creator untuk mengenalkan kegiatan bertani dan memasarkan hasil pertaniannya. Keren!

"Petani itu keren, bisa maju, modern, bisa sejahtera. Petani tidak hanya mencangkul, tapi ekosistemnya perlu dibangun," imbuhnya.

Satu Indonesia Award, Semangat Baru untuk Semakin Maju

Jamaluddin/ Foto: satu-indonesia.com
info gambar

Dulu, kebanyakan petani hanya bisa menanam di musim hujan. Sedangkan di musim kemarau sawahnya terancam kekeringan, sehingga kegiatan pertanian pun menghadapi rintangan. Namun, kini, petani di Desa Kanreapia tetap bisa menanam dan panen saat musim kemarau berkepanjangan.

Rahasianya adalah keberadaan embung pertanian yang disiapkan para petani. Di 2023 ini, diperkirakan kurang lebih 100 embung pertanian untuk menghadapi musim kemarau.

Belajar dari pengalaman dan mencari solusi dari setiap permasalahan membuat petani di Desa Kanreapia sukses menghasilkan puluhan ton sayur setiap hari. Seledri, kol, tomat, sawi dan sayur lain mudah didapati. Bahkan Desa Kanreapia dikenal sebagai penghasil sayur terbesar di Sulawesi Selatan.

Atas upanyanya turut mencerdaskan anak petani, Jamaluddin diganjar penghargaan Satu Indonesia Award dari Astra pada tahun 2017. Prestasi yang membanggakan hati, sekaligus pelecut untuk semakin maju.

Astra turut membina kegiatan yang dilakukan Jamaluddin bersama Rumah Koran. Para petani milenial di desa tersebut pun semakin bersemangat melakukan berbagai terobosan. Misalnya, saat ini mereka bisa berbagi 1.000 pupuk organik, berbagi cangkul dan caping ke petani, dan bisa memasarkan hasil pertaniannya hingga ke luar Pulau Sulawesi.

"Hal-hal seperti ini membuat petani semakin bersemangat, karena merasa diperhatikan. Mereka jadi punya optimisme tinggi dan merasa menjadi petani itu menarik. Ketika tidak ada petani, tidak ada makanan," papar Jamaluddin.

Choi Siwon Ajak Pemimpin Negara ASEAN Berinvestasi Pada Anak

Petani-petani di Desa Kanreapia juga dermawan lho. Buktinya mereka punya program sedekah sayur. Sayur-sayur disedekahkan ke panti asuhan, pesantren, juga ke lokasi bencana. Selain rajin beramal, mereka juga giat mencari cara agar bisa mengekspor hasil pertaniannya ke mancanegara.

Keberlanjutan kegiatan para petani ini membuat Desa Kanreapia dinobatkan sebagai salah satu Kampung Berseri Astra 2022. Hal ini membuat mereka lebih dikenal dan lebih mudah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk melompat lebih tinggi.

Bukan seorang diri meraih bintang, tapi melompat bersama-sama meraih bintang yang paling terang. Tak lupa, lompatan itu dimulai dari lompatan-lompatan kecil di Rumah Koran. Rumah yang penuh kisah juang.

Referensi:

rumahkoran.com, Podcast di Lahan Pertanian, Bicarakan Gerakan Literasi di Pedesaan, https://www.rumahkoran.com/2023/07/podcast-di-lahan-pertanian-bicarakan.html, diakses pada 5 September 2023.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NI
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini