Menuju Jakarta Sehat, Layak Huni, dan Sejahtera dengan Bangunan Gedung Hijau

Menuju Jakarta Sehat, Layak Huni, dan Sejahtera dengan Bangunan Gedung Hijau
info gambar utama

Perkembangan pesat Jakarta sebagai pusat ekonomi dan Kota metropolitan terus berkembang, tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kualitas hidup dan lingkungan. Salah satu langkah yang semakin mendapatkan perhatian adalah pembangunan gedung hijau.

Bangunan Gedung Hijau (BGH), merupakan sebuah praktik pembangunan gedung yang mempertimbangkan efisiensi dalam penggunaan sumber dayanya; energi, air, dan material lainnya, sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca dan mampu memenuhi kebutuhan masa depan Jakarta yang sehat, layak huni, dan sejahtera.

Melansir dari cnbcindonesia.com, konsumsi energi terbesar sebuah gedung adalah air conditioning (AC) dengan porsi sekitar 65% dari total penggunaan energi. Lalu disusul penggunaan energi peralatan yang menggunakan motor penggerak seperti lift dan eskalator, kurang lebih menggunakan energi 20%-30%, sedangkan lampu sekitar 10%.

Dalam hal ini, seharusnya penerapan sistem BGH dengan menggunakan teknologi hemat energi seperti pemanas air tenaga surya, panel surya, dan sistem pencahayaan otomatis dapat mengurangi konsumsi energi secara signifikan.

Baca juga: Menyikapi Polusi Udara di Jakarta: Bersinergi untuk Udara Bersih

Mewujudkan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

Berdasarkan Pergub No. 90 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan Rendah Karbon Daerah yang Berketahanan iklim, Pemprov DKI Jakarta melakukan upaya mitigasi mewujudkan target penurunan emisi gas rumah kaca di Wilayah Jakarta dengan penetapan target pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca, dan penambahan Serapan Gas Rumah Kaca untuk mencapai tingkat emisi 30% di bawah Dasar Pengukuran pada tahun 2030; menetapkan target 50% di bawah Dasar Pengukuran pada tahun 2030; dan menetapkan net zero emission pada tahun 2050.

Untuk mendukung target pengurangan emisi gas rumah kaca, Pemprov DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 60 Tahun 2022 tentang Bangunan Gedung Hijau. Hingga saat ini, Pemprov DKI Jakarta telah melaksanakan berbagai aksi dan inisiatif guna mencapai target pengurangan emisi karbon secara signifikan, termasuk di bidang bangunan gedung.

Berdasarkan Kerangka Acuan Hasil Diskusi Evaluasi Kebijakan Bangungan Gedung Hijau Untuk Jakarta Sehat, Layak Huni Dan Sejahtera. Pemprov DKI Jakarta mengidentifikasi enam jalur aksi di bawah adaptasi dan mitigasi memetakan jalan menuju kota netral karbon, tangguh, dan inklusif.

Salah satu jalur aksi dalam mitigasi adalah Bangunan & Industri. Dalam jalur ini, tiga tindakan yang dilakukan adalah, Efisiensi Energi pada Bangunan Gedung Komersial, Efisiensi Energi pada Industri, dan Revisi Kebijakan Bangunan Gedung Hijau.

Pada tahun 2021, dengan bantuan teknis dari C40, Pemprov DKI Jakarta meluncurkan Rencana Aksi Iklim (CAP) Jakarta 2021-2050, menuju Ketahanan Iklim dan Netralitas Karbon. Program ini berfokus pada kebijakan dan proyek yang dapat memberikan dampak emisi dan pengurangan risiko paling signifikan, serta manfaat yang lebih luas. Jakarta telah memilih dua aksi prioritas yang akan dilakukan yaitu:

Aksi Prioritas 1

Bertindak dalam peningkatan, implementasi, evaluasi, dan arah strategis Kebijakan Bangunan Gedung Hijau DKI Jakarta. Hal ini mengacu pada penyusunan kebijakan, penyelarasan dengan peraturan nasional tentang bangunan gedung hijau, dan mempromosikan tindakan yang akan meningkatkan efisiensi energi di fasilitas milik pemerintah, perumahan, komersial, kelembagaan, dan industri di DKI Jakarta.

Aksi Prioritas 2

Kebijakan dan tindakan untuk melembagakan efisiensi energi di gedung pemerintah provinsi dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dalam hal Ini, mengacu pada mengambil tindakan untuk mendukung kegiatan solarisasi di DKI Jakarta melalui retrofit efisiensi energi di proyek percontohan gedung pemerintah provinsi dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan mengembangkan sistem manajemen data.

Baca juga: Rehabilitasi Mangrove Indonesia dapat Apresiasi dari Presiden World Bank

Kelebihan dari Bangunan Ramah Lingkungan

Melansir dari greenparadise.id Lingkungan yang nyaman sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Bangunan dibuat dengan konsep BGH pada umumnya dapat memberikan kenyamanan bagi penghuni bangunan. Mulai dari konsep ruang terbuka untuk menambah cahaya masuk, hingga tanaman hijau untuk meningkatkan kualitas udara.

Selain itu, bangunan ramah lingkungan memperhatikan efisiensi penggunaan air. Misalnya, penggunaan toilet dengan sistem vakum dapat menghemat air pada bangunan. Hanya 0,5 hingga 1,5 liter air untuk satu kali pakai. Bangunan Gedung Hijau biasanya menggunakan solar panel untuk mengurangi penggunaan energi listrik sebesar 10% per hari.

Bangunan Gedung Hijau memaksimalkan tujuannya untuk mengurangi emisi CO2. Dalam konsep ini, bangunan harus memiliki ruang hijau vertikal sebagai bentuk pengurangan polusi udara dan emisi. Dengan menggunakan bahan bangunan berkualitas, bangunan akan bertahan lebih tahan lama terhadap perubahan yang menyertainya. Beberapa bangunan hijau diterapkan agar bangunan dapat terus berkembang, seperti rumah tumbuh.

Melansir dari Jendela360.com beberapa bangunan hijau telah dibangun di Jakarta, misalnya Menara BCA yang sudah bersertifikat Greenship EB Platinum. Gedung setinggi 57 lantai ini dianggap mampu menghemat listrik sampai 35% yang mana pada gedung sejenis tidak dapat melakukannya. Contoh lain adalah, Gedung Kementerian Pekerjaan Umum yang memperoleh sertifikat Greenship Level Platinum, berkat keberhasilannya menghemat penggunaan energi hingga 61%, jadi pihak gedung hanya membayar listrik 39%.

Baca juga: Berkeliarannya Anoa Gunung di Permukiman, Benarkah karena Kehausan?

Mulai dari Mana?

Lalu, bagaimana untuk ikut berkontribusi dalam mendukung Program Bangunan Gedung Hijau tersebut? Masyarakat juga tidak kalah penting memainkan peran dalam meningkatkan pemahaman tentang manfaat bangunan hijau.

Misalnya dengan mengikuti seminar lokakarya yang membahas isu terkait bangunan hijau, memilih tempat tinggal, atau usaha dengan konsep Bangunan Hijau, menggunakan transportasi ramah lingkungan seperti, bersepeda, berjalan kaki atau naik transportasi publik, dan melakukan daur ulang sampah, atau sesederhana melakukan pemilahan sampah berdasarkan kategorinya.

Selain itu, Kawan juga bisa, lho! membangun rumah dengan konsep Bangunan Gedung Hijau. Ciri utama rumah berkonsep Bangunan Gedung Hijau adalah material rumah yang ramah lingkungan. Misalnya dengan menggunakan material kayu dan bambu.

Rumah yang selaras dengan lingkungan, tidak bisa dipisahkan dari sistem pencahayaan alami, seperti jendela, loster, dan skylight. Melansir idntimes.com, material beton hijau dan hempcrete memiliki proses produksi minim karbon dioksida. Material tersebut merupakan biodegradable, yang ketika sudah rapuh, diolah tanpa meninggalkan limbah.

Sumber energi hijau lainnya, bisa Kawan gunakan pada skala rumahan untuk saat ini adalah panel surya. Menurut btienergy.id, Panel surya terbukti mampu mengurangi tagihan listrik bulanan minimal 30%-60% penghematan.

Melalui partisipasi aktif masyarakat, Jakarta dapat mempercepat perjalanan menuju Bangunan Gedung Hijau, yang akan berdampak positif pada kesehatan lingkungan dan kualitas hidup. Dalam menghadapi tantangan perkotaan yang semakin kompleks, membangun gedung hijau bukanlah pilihan, tetapi suatu keharusan.

Jakarta harus berkomitmen menciptakan lingkungan yang lebih sehat, layak huni, dan sejahtera. Dengan dukungan dan kolaborasi dari semua pemangku kepentingan, kita dapat mewujudkan visi tersebut dan menjadikan Jakarta sebagai contoh pembangunan berkelanjutan dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Sumber referensi:

  • https://www.goodnewsfromindonesia.id/
  • https://greenparadise.id/blog/manfaat-green-building/
  • https://www.idntimes.com/life/inspiration/ema-endrawati/cara-membangun-rumah-dengan-konsep-green-building-c1c2?page=all
  • https://www.btienergy.id/menghemat-tagihan-listrik-dengan-panel-surya/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini