Rehabilitasi Mangrove Indonesia dapat Apresiasi dari Presiden World Bank

Rehabilitasi Mangrove Indonesia dapat Apresiasi dari Presiden World Bank
info gambar utama

Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam rehabilitasi mangrove. Tak hanya itu, bahkan Indonesia juga telah memiliki lembaga khusus untuk pelaksanaan rehabilitasi mangrove, yaitu Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang memiliki misi untuk percepatan rehabilitasi 600.000 hektar ekosistem mangrove.

Dalam kunjungan ke salah satu titik rehabilitasi mangrove di Indonesia, tepatnya di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Provinsi Banten, Ajay Banga selaku Presiden World Bank mengungkapkan kekagumannya saat melihat bagaimana upaya regenerasi mangrove di Indonesia secara langsung.

"Kami sangat senang bisa datang kesini untuk melihat regenerasi mangrove yang sangat penting bagi ekologi kita, karena mangrove menyerap lebih banyak karbon bahkan daripada pohon-pohon lain, di sisi lain ekosistem mangrove juga terbukti memberikan mata pencaharian bagi orang-orang yang bergantung pada mangrove untuk hidup yang lebih baik," ujar Ajay sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis.

Dia juga mengungkapkan kekagumannya terhadap wanita-wanita hebat yang telah mengubah mangrove menjadi beragam produk seperti batik mangrove, camilan seperti keripik, stik, kacang, dan sirup. Ini merupakan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan ekonomi keluarga mereka.

"Kami baru saja melihat disini para wanita yang luar biasa menggunakan produk-produk mangrove untuk membuat kehidupan yang mandiri," tutur Presiden Ajay.

Lalu, ia juga menyatakan bahwa hasil dari upaya tersebut ternyata tidak hanya berdampak pada pencegahan erosi tanah, tetapi juga berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Menteri KLHK, Siti Nurbaya Bakar, yang juga ikut hadir bersama Ajay di lokasi, mengungkapkan perasaan bangganya atas apresiasi Presiden World Bank terhadap upaya rehabilitasi mangrove yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, termasuk yang didanai oleh World Bank.

"Dari kunjungan ini saya menangkap tiga hal dari Presiden World Bank, pertama terkait perlindungan aspek lingkungan termasuk perubahan iklim, yang kedua tadi disoroti oleh beliau ada livelihood kesejahteraan untuk masyarakat dan ketiga adalah apa yang beliau begitu kagum yaitu tentang pemberdayaan perempuan," ujar Menteri Siti.

Kebun Raya Gunung Anyar, Kebun Raya Mangrove Pertama di Indonesia

Kemajuan restorasi gambut Indonesa

Program rehabilitasi mangrove di Indonesia telah sukses meningkatkan ekonomi dan ketahanan lingkungan serta sosial masyarakat. Pada tahun 2020, program padat karya ini berhasil menanam mangrove di area seluas 17.000 hektar yang tersebar di 34 provinsi, dan pada tahun 2021, luas area penanaman mangrove meningkat menjadi 83.000 hektar.

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia, mencakup lebih dari 24 persen dari total luas mangrove di seluruh dunia, yaitu sekitar 3,36 juta hektar. Di dalam hutan bakau ini, diperkirakan terdapat sekitar 3,14 miliar ton karbon biru yang tersimpan.

Ini adalah bagian dari upaya Indonesia dalam berkontribusi pada skala global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, sejalan dengan komitmen kuat yang tercantum dalam Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia. Salah satu cara mencapai target ini adalah melalui penyerapan karbon di hutan dan penggunaan lahan lainnya (FoLU) pada tahun 2030.

Sebagai pengakuan atas keberhasilan ini, Pemerintah Indonesia bersama World Bank telah menginisiasi Program M4CR (Mangrove for Coastal Resilience) atau Mangrove untuk Ketahanan Pesisir. Program ini mencakup seluruh aspek dari pengembangan kebijakan hingga pelaksanaan rehabilitasi di tingkat lapangan.

Total pendanaan untuk program M4CR mencakup hibah sekitar USD 19 juta serta pinjaman sebesar USD 400 juta yang saat ini dalam proses pencairan. Ini adalah langkah besar dalam menjaga dan memulihkan ekosistem mangrove yang penting bagi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat Indonesia, serta menjadi kontribusi positif terhadap upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

Kebun Raya ITERA, Pusat Konservasi Tanaman Sumatra



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini