Memulihkan Masa Lalu: Keluarga Miliarder AS Kembalikan Artefak ke Kamboja

Memulihkan Masa Lalu: Keluarga Miliarder AS Kembalikan Artefak ke Kamboja
info gambar utama

Keluarga mendiang miliarder Amerika Serikat, George Lindemann, secara sukarela setuju untuk mengembalikan 33 artefak yang sebelumnya dicuri dari Kamboja. Keputusan ini diumumkan oleh Kantor Kejaksaan Amerika Serikat. Penting untuk dicatat bahwa keluarga Lindemann tidak menghadapi tuntutan hukum dan ini adalah tindakan sukarela dari pihak keluarga.

Artefak-artefak tersebut termasuk karya seni yang diambil dari dua situs bersejarah, Angkor Wat, sebuah kompleks kuil yang merupakan salah satu monumen keagamaan terbesar di dunia, dan Koh Ker, sebuah kota dari abad ke-10 di pulau Kamboja. Koleksinya meliputi berbagai patung dewa, malaikat, dan setan dari abad ke-10 dan ke-12 dari Koh Ker, serta kuil Angkor Wat yang terkenal. Kedua situs tersebut merupakan bagian dari Kekaisaran Khmer, yang pada masa kejayaannya menguasai sebagian besar wilayah Indocina dengan ibu kotanya di Angkor.

Dhrishtadyumna dari Koh Ker. (Gambar oleh Kantor Kejaksaan AS, Distrik Selatan New York)
info gambar

Artefak-artefak tersebut, yang saat ini berada di tangan keluarga Lindemann, diperkirakan akan dikembalikan ke Kamboja pada akhir tahun ini. Proses pemulangan ini diawasi oleh Bradley Gordon, seorang pengacara yang memberikan saran kepada pemerintah Kamboja dan memimpin tim investigasi dalam masalah ini.

Situs-situs arkeologi di Kamboja mengalami penjarahan yang meluas selama perang saudara dari tahun 1960-an hingga 1990-an. Pemerintah Kamboja telah melakukan upaya selama bertahun-tahun untuk memulihkan artefak-artefak bersejarah ini.

Banyak dari artefak ini, seperti relief yang diukir dengan rumit dan patung-patung prajurit yang hampir seukuran manusia dalam pertempuran, dengan cepat berpindah dari daerah-daerah terpencil di Kamboja ke pasar seni internasional. Artefak-artefak ini kemudian dijual di pelelangan di New York, dan sebagian besar akhirnya menjadi bagian dari koleksi pribadi orang Amerika dan Eropa yang kaya. Namun, saat ini, beberapa artefak tersebut dipajang di museum-museum Amerika.

Warga Kamboja, yang banyak di antaranya menganggap patung-patung Kekaisaran Khmer sebagai simbol nenek moyang mereka, menjadi korban salah satu genosida paling mengerikan di abad ke-20. Pada tahun 1970-an, hampir seperempat populasi tewas di bawah kekuasaan Khmer Merah. Phoeurng Sackona, Menteri Kebudayaan dan Seni Rupa Kamboja, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kembalinya artefak-artefak tersebut memiliki dampak yang sangat penting bagi proses rekonsiliasi dan penyembuhan rakyat Kamboja.

Sebagai bagian dari upaya pemulangan, Amerika Serikat juga mengembalikan beberapa artefak bersejarah ke Kamboja pada tahun 2021 dan 2022. Pada tahun 2021, Amerika Serikat mengembalikan 27 barang antik yang telah diselundupkan ke Kamboja, termasuk patung-patung Hindu dan Buddha yang bernilai sekitar $3,8 juta.

Pada tahun sebelumnya, 30 artefak kuno lainnya juga dikembalikan, beberapa di antaranya berusia lebih dari 1.000 tahun. Pada tahun yang sama, salah satu pendiri Netscape, James Clark, setuju untuk menyerahkan patung-patung Khmer yang bernilai sekitar 35 juta dolar. Hingga saat ini, pihak berwenang AS telah menghabiskan lebih dari satu dekade untuk menemukan dan mengembalikan artefak dari Kamboja, dan telah memulangkan 65 artefak.

Sumber:

  • Reuters. (2023, September 13). Family of late U.S. billionaire return looted artifacts to Cambodia. CNN. https://edition.cnn.com/style/us-billionaire-family-agree-return-looted-artifacts-to-cambodia/index.html
  • Campbell, M. (2023, September 15). Family of Florida Billionaire Agrees to Return Statues to Cambodia. Bloomberg.com. https://www.bloomberg.com/news/newsletters/2023-09-14/cambodian-statues-owned-by-billionaire-george-lindemann-returned

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini