Dunia saat ini sudah memasukin masa pemulihan dari pandemi Covid-19. Meskipun banyak pasar telah pulih dari dampak pandemi yang berkepanjangan, nampaknya kawasan Asia-Pasifik masih dalam proses pemulihan sepenuhnya.
Menariknya, meskipun pemulihan di kawasan ini lebih lambat, bandara-bandara di Asia Pasifik yang melayani penerbangan berbiaya rendah (low-cost carrier/LCC) mendominasi peringkat tersebut. Ditemukan bahwa 13 bandara dari kawasan Asia-Pasifik berhasil masuk ke dalam daftar 25 besar hub berbiaya rendah.
OAG, penyedia analisis penerbangan, baru-baru ini merilis Megahubs Index 2023, yang memberikan wawasan tentang konektivitas penerbangan di beberapa bandara terbesar di dunia dan bagaimana konektivitas tersebut telah pulih. Tahun ini, OAG bisa kembali menggunakan metodologi penuh dalam laporan Megahubs Index berkat peningkatan dalam perjalanan udara, sejak terakhir kali digunakan pada 2019.
Indeks Megahubs digunakan oleh OAG untuk menilai efektivitas hub bandara internasional terkemuka sebagai titik penghubung bagi penumpang dan akses ke pasar domestik. Peringkat ditentukan dengan membandingkan jumlah penerbangan internasional terjadwal dari dan ke suatu bandara dengan jumlah destinasi yang dilayani oleh bandara tersebut.
Indeks Maskapai Berbiaya Hemat (LCC) Megahub Internasional menggunakan pendekatan tersebut namun terfokus pada maskapai berbiaya hemat.
Dari 25 maskapai berbiaya rendah, terdapat penetrasi yang signifikan di beberapa wilayah Asia. Sebagai contoh, Asia Selatan memiliki pangsa terbesar dari kapasitas dunia yang dioperasikan oleh maskapai berbiaya rendah (LCC) sebesar 63%. Sementara itu, Asia Tenggara memiliki pangsa LCC tertinggi kedua, dengan sekitar 53% dari total kapasitas di kawasan ini dioperasikan oleh LCC.
Bandara Kuala Lumpur (KUL) berada di peringkat pertama dalam LowCost Megahubs Index dengan lebih dari 11.000 koneksi berbiaya rendah ke lebih dari 100 destinasi. AirAsia adalah maskapai yang dominan dengan sekitar 34% dari lalu lintas.
Sementara itu, Incheon (ICN) berada di urutan kedua, dengan Korean Air sebagai maskapai utama yang menguasai sekitar 22% penerbangan, dan Manila (MNL) berada di urutan ketiga, dengan Philippine Airlines sebagai pemain utama dengan pangsa penerbangan sekitar 32%.
Di luar Asia, Dubai (DXB) melonjak ke posisi ketujuh dari posisi ke-19 pada tahun 2019, sementara Bandara JFK di New York (JFK) adalah bandara Amerika Utara tertinggi dalam daftar 25 bandara bertarif rendah, berada di peringkat kedelapan. Sementara itu, Bandara Barcelona (BCN) dan Bandara Istanbul Sabiha Gokcen (SAW) merupakan bandara Eropa dengan peringkat tertinggi, masing-masing di peringkat kesembilan dan kesepuluh.
Berikut adalah 10 bandara bertarif rendah teratas pada tahun 2023 menurut OAG:
Rank | Bandara | Negara | Rank di 2019 | Maskapai Dominan | Persentase penerbangan |
1 | KUL | Malaysia | 1 | AirAsia | 34% |
2 | ICN | Republic of Korea | 4 | Korean Air | 22% |
3 | MNL | The Philippines | - | Philippine Airlines | 32% |
4 | SIN | Singapore | - | Singapore Airlines | 31% |
5 | CGK | Indonesia | 8 | Batik Air | 21% |
6 | DEL | India | 6 | IndiGo | 39% |
7 | DXS | United Arab Emirates | 19 | Emirates | 39% |
8 | JFX | USA | 12 | Delta Air Lines | 34% |
9 | BCN | Spain | 10 | Vueling Airlines | 43% |
10 | SAW | Turkey | 16 | Pegasus Airlines | 60% |
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News