Cerita Dokter Misionaris yang Mengabdi untuk Kesehatan Pribumi Jawa

Cerita Dokter Misionaris yang Mengabdi untuk Kesehatan Pribumi Jawa
info gambar utama

Memasuki abad ke 20, Pemerintah Hindia Belanda menerapkan politik etis. Saat itu, pihak kolonial merasa bertanggung jawab atas kondisi orang pribumi dalam hal pendidikan, teknologi, dan kesehatan.

Dalam hal kesehatan, Belanda mengirimkan para misionaris untuk datang ke Hindia Belanda. Para misionaris ini berperan sebagai seorang dokter yang membuka layanan klinik-klinik pengobatan.

Kisah Rawa Jombor Klaten: Permukiman yang Ditenggelamkan oleh Belanda

Pemuka gereja selalu dibekali sedikit ilmu pengobatan secara umum. Kemudian guru, dokter, juga perawat ini dibekali dengan wawasan dakwah sesuai gereja agar nanti bisa melakukan bimbingan para para jemaat.

“Pelayanan kesehatan dipandang sebagai cara yang efektif untuk bersentuhan dengan masyarakat pribumi dan mengambil hati mereka,” tulis Leendert Quak dalam jurnal Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie yang dimuat Islam.co.

Dokter Kristen di Jawa

J.G Scheurer di Purworejo, Jawa Tengah, serta H. Bervoets di Mojowarno, Jombang, Jawa Timur ada dua dokter merangkap misionaris Belanda yang cukup mempelopori layanan medis di tanah Jawa.

H.Bervoets bersama istrinya yang seorang perawat tiba di Jombang, Jawa Timur pada 1895. Keduanya selain aktif di gereja, juga mengedukasi perihal kebidanan untuk warga pribumi. Dia melatih lima gadis pribumi untuk dijadikan tenaga kebidanan.

“Setelah kembali ke Belanda, Bervoets turut mendirikan perkumpulan Kristen yang bertujuan meningkatkan perawatan kesehatan masyarakat di Hindia Belanda,” jelas Muhammad Iqbal Syauqi.

Cerita Klenik Soal Tumbal Proyek, Benarkah Sudah Ada Sejak Zaman Belanda?

Ada juga sosok dokter Eropa bernama A.P Ketel yang mulai bekerja di Mojowarno pada 1927. Dirinya meneliti kejadian tuberkulosis di daerah tersebut. Ketel melakukan kunjungan ke rumah-rumah, melakukan cek darah, dahak, sekaligus rontgen dada.

“Warga sekitar gereja dan klinik tersebut sangat terbantu,” paparnya.

Melatih pribumi

Iqbal menyebut banyak warga pribumi yang datang ke rumah sakit milik misionaris Kristen. Tercatat rumah sakit Kristen Mojowarno memiliki 220 tempat tidur yang seringkali penuh. Bagian rawat jalan rata-rata menerima 140 kunjungan pasien setiap harinya.

Penyakit seperti patek/frambusia, ulkus sifilis, malaria, disentri, tarkoma, demam tifoid, serta kusta menjadi perhatian para dokter Eropa. Rumah sakit tersebut juga turut melaksanakan vaksin kolera.

“Terkhusus kebidanan, biasanya masyarakat hanya datang ketika ada kasus sulit karena peranan dukun beranak sangat sentral di masyarakat.” ucapnya.

Belanda Akui Kemerdekaan Indonesia, Diminta Kembalikan Rp504 Triliun?

Misionaris medis Hindia Belanda juga giat dalam pengajaran terhadap pribumi, sesuai kebutuhan dari rumah sakit atau klinik. Pemuda pribumi dilatih sebagai perawat, bidan, baik dari kalangan Kristen atau Muslim.

“Terlepas dari konteks politik etis kolonial, dokter Kristen turut menginspirasi model pelayanan kesehatan yang berasal dari lembaga agama di masyarakat, dan sedikit banyak menjadi jalan pembuka dialog,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini