Kisah Rawa Jombor Klaten: Permukiman yang Ditenggelamkan oleh Belanda

Kisah Rawa Jombor Klaten: Permukiman yang Ditenggelamkan oleh Belanda
info gambar utama

Masyarakat Klaten, Jawa Tengah mengenal nama Rawa Jombor sebagai tempat wisata. Tetapi lokasi itu ternyata dulunya adalah sebuah pemukiman warga dan juga makam-makan yang sengaja ditenggelamkan.

Rawa Jombor yang berada di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten merupakan perkampungan yang diubah menjadi tempat penampungan air untuk irigasi dan perkebunan milik Hindia Belanda.

“Dulu itu kampung, kampung waktu zaman Belanda. Tempatnya itu rendah jadi kalau hujan sering tenggelam,” tutur Sarju, sesepuh warga Desa Krakitan yang dimuat Detik.

Cerita Klenik Soal Tumbal Proyek, Benarkah Sudah Ada Sejak Zaman Belanda?

Diceritakan oleh Sarju, karena sering terendam ketika hujan. Perkampungan itu terpaksa direlokasi oleh pemerintah kolonial Belanda. Ketika itu tiga dusun yang harus dipindah lokasi ke tempat yang lebih tinggi.

“Akhirnya di bedhol, dipindah ke atas, dijadikan rawa. Dusun Jombor, Tawang dan Tanjungsari yang dipindah,” kenangnya.

Pekerjakan tahanan politik

Keberadaan Rowo Jombor telah ada sebelum tahun 1940, tetapi tanggul rawa itu masih kecil. Sesama penjajahan Jepang, rawa ditinggikan tanggulnya menjadi 5 meter. Pada zaman pemberontakan G30S pembangunan diteruskan oleh tahanan politik.

Diingat oleh Sarju, saat itu jumlah tahanan politik yang dipekerjakan untuk membangun tanggul jumlahnya mencapai sekitar 1.100 orang. Mereka ditampung oleh warga sekitar rawa saat bekerja.

“Mereka menempati rumah-rumah warga yang kosong sekitar sini. Ada yang menjadi perajin keranjang, cangkul dan lainnya, saya tahu karena mengalami,” lanjutnya.

Belanda Akui Kemerdekaan Indonesia, Diminta Kembalikan Rp504 Triliun?

Para pekerja tahanan itu, jelasnya membangun tanggul rawa sekitar 3 tahun. Setelah para tahanan politik dibebaskan, pembangunan diteruskan oleh warga, TNI dan Polri sampai selesai seperti sekarang.

“Pembangunan diteruskan oleh warga, TNI dan Polri sampai selesai. Selain rawa, Belanda dulu juga membangun terowongan air di bawah gunung untuk pengairan PG Ceper dan lahan tebu,” jelasnya.

Jadi irigasi

Nandung Setiawan, koordinator operasional Rawa Jombor menjelaskan rawa tersebut memiliki keliling sekitar 6-7 kilometer. Luasnya sekitar 178 hektare. Kedalaman danau mencapai 4,5 meter, serta menampung air sebanyak 4 juta meter kubik.

Tujuan utama dari pembangunan Rowo Jombor ini untuk menampung air dari sungai-sungai di sekitar. Selain itu, untuk mengendalikan banjir serta persediaan air irigasi. Berikutnya danau ini dimanfaatkan warga sekitar untuk keperluan pariwisata.

Setelah Sekian Lama, Belanda Akhirnya Mengakui Kemerdekaan Indonesia Secara Penuh

Selain itu ada juga yang memanfaatkan tempat ini untuk budidaya ikan. Di lain sisi, pemerintah juga telah mengembalikan fungsi Rowo Jombor sebagai penampung air untuk irigasi sawah dan kebun.

Pada 2021 lalu, Rowo Jombor telah menjalani revitalisasi dengan anggaran Rp20 miliar. Untuk fungsi rekreasi masyarakat, di sekeliling Rowo Jombor akan dibangun pedestrian yang bisa difungsikan sebagai jogging track.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini