Tidak Hanya Berjualan, Es Gak Beres Juga Bermanfaat bagi Orang Lain

Tidak Hanya Berjualan, Es Gak Beres Juga Bermanfaat bagi Orang Lain
info gambar utama

Kalau saja netizen tidak terus mencemooh dagangannya di media sosial, Yudi Efrinaldi, pemilik usaha Es Gak Beres itu mungkin masih terus fokus berjualan jus buah. Pada tahun 2019 lalu, tepatnya setelah bulan Ramadan, bullyan yang didapat dari warganet mengenai kualitas minuman yang dijualnya membuat Yudi kembali berpikir.

"Ini esnya gak enak, gak usah dibeli. Sesuai dengan namanya."

Komentar itu berasal dari salah satu keluhan netizen di media sosial Facebook yang pernah membeli minumannya. Raut wajah pria yang bekerja sebagai pengusaha kecil di Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara itu terlihat murung seusai melihat tanggapan negatif. Kecewa mendapat perlakuan tersebut, Yudi lantas segera mengganti usahanya menjadi produk minuman kekinian dengan brand yang sama pada malam itu juga dan berujung viral. Siapa sangka, langkah perubahan yang ia ambil ini membuat usahanya menjadi sukses besar hingga mencapai 500 lebih cabang tersebar di berbagai provinsi, bahkan berhasil mendapat apresiasi pertama kategori kewirausahaan di Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021.

Karena dituntut oleh desakan ekonomi yang kian menurun sementara kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi, di tahun 2019, awalnya Yudi memulai bisnis kecil barunya dengan berjualan jus buah bermodalkan gerobak di pinggir jalan mulai pukul tiga hingga enam sore pada waktu bulan puasa. Meski sebelumnya ia pernah berjualan bubur ayam di pinggir jalan dan juga pisang goreng krispi online, Yudi bersikap pantang menyerah dan terus unggul menunjukkan kreativitasnya dalam berwirausaha.

Inilah 5 Manfaat Es Krim Bagi Kesehatan, Tak Melulu Bikin Pilek!

"Memang, nih, es kau ni gak beres," ujar salah satu konsumen yang selalu tidak kebagian untuk mencoba dagangan es yang dijual Yudi kala bulan puasa karena stok yang selalu habis sebelum menyentuh pukul enam sore.

Mendengar ungkapan yang selalu dilontarkan oleh konsumennya itu membuat Yudi mendapatkan secercah ide cemerlang bagaikan bola lampu yang menyala di atas kepala. "Kenapa namanya gak kita jadiin brand aja, ya?" pikir Yudi, merasa terinspirasi dengan sebutan 'es gak beres' tersebut.

Alhasil, tercetuslah brand bernama Es Gak Beres yang menjual es kekinian seperti thai tea, green tea, dan lainnya dengan inovasi tambahan varian buah-buahan yang bisa didapatkan mulai dari harga lima ribuan saja. Banting setir dagangan dalam waktu semalam dengan bermodalkan nonton resep ala-ala di YouTube, usahanya pun membuahkan hasil yang luar biasa seiring berjalannya waktu dengan strategi pemasaran menggunakan nama brand yang unik dan 'tidak biasa' untuk menarik pelanggan.

Banyaknya cabang yang tersebar mulai dari provinsi Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Aceh, Jambi, Lampung, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Tengah membuat Yudi, mantan pegawai honorer, berhasil meraup keuntungan besar hingga penghasilannya itu dapat ia gunakan untuk mengekspansi bisnisnya seperti Es Gak Beres Cafe & Resto dan Es Gak Beres Minimarket yang masih berdiri tegak sampai saat ini.

Tak hanya sekadar berjualan sebagai tujuan utama, Es Gak Beres juga fokus memberikan pelatihan ke siswa mulai dari pelajar dan mahasiswa terkait penanaman jiwa kewirausahaan sejak dini, terutama ke sekolah-sekolah penggerak di Kabupaten Asahan. Menurut Yudi, menumbuhkan jiwa wirausaha sangatlah diperlukan di masa sekarang sehingga Es Gak Beres dengan senang hati berbagi cerita mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kepada pelajar muda.

Perintis "Es Gak Beres yang Sangat Beres" ini juga menyertakan program sosial dalam perjalanan usahanya. Seperti Dewa Zeus yang sangat mencintai Dewi Selene dan akan mengabulkan apa saja permintaan dari Selene sebagai bentuk cintanya, begitu pula dengan Es Gak Beres yang menyediakan layanan gratis berupa pemberian sembako di setiap hari Jumat dan ambulans gratis yang terus dilakukan sebagai bentuk cintanya kepada masyarakat luas dengan kebermanfaatannya.

Terima Dana Rp39 Triliun, RI Jadi Mitra Kesehatan Terbesar Bank Dunia

Di balik kesuksesan luar biasa yang didapat bagaikan jackpot, tentunya Yudi selaku pengusaha Es Gak Beres pernah mengalami penurunan omzet karena mencoba menaikkan tarif agar tidak terjebak di harga lima ribuan. Namun, ternyata keputusan itu membuat bisnisnya sempat anjlok. Untuk menyiasatinya, Es Gak Beres menyediakan paket bundling (seperti beli 3 gratis 1) dan juga menjual berbagai jenis ukuran minuman dengan beragam harga supaya bisa bertahan di tengah banyaknya saingan.

Selain itu, adapun tantangan lain yang dialami Es Gak Beres selama menjalankan usahanya karena dunia bisnis tidak selalu berjalan mulus sesuai yang diharapkan, mulai dari terdapat banyaknya kompetitor yang juga mengikuti usaha mereka sehingga Es Gak Beres menetapkan positioning dan mempertahankan rasa, kualitas, dan bahan baku produksi minuman. Es Gak Beres juga pernah kewalahan ketika mendapat banyak pesanan karena mereka dulunya berawal dari pengusaha kecil. Kemudian, hal yang paling tidak terlupakan bagi Yudi sendiri ialah pengalaman ditipu oleh karyawan sendiri yang tidak amanah.

Usut punya usut, bukan mendaftar sendiri, melainkan Yudi didaftarkan oleh temannya sendiri di SATU Indonesia Awards 2021. Tak pernah dia bayangkan akan meraih penghargaan di program tersebut. Bertujuan mulia, Es Gak Beres menjadi bukti bahwa mereka bisa membangun masa depan melalui kewirausahaan dan tidak hanya berdampak di satu daerah saja, tetapi juga sudah merambah ke luar provinsi karena mempekerjakan banyak sumber daya manusia dan berdampak positif bagi masyarakat sekitar dengan adanya program sosial yang terus berlangsung. #kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini