Kesaktian Tradisi Ruwatan untuk Tangkal Bahaya dari Batara Kala

Kesaktian Tradisi Ruwatan untuk Tangkal Bahaya dari Batara Kala
info gambar utama

Tradisi ruwatan dilakukan di kalangan masyarakat Jawa. Upacara sakral turun temurun ini dilakukan untuk menangkal bahaya dari Batara Kala bagi anak-anak yang baru lahir. Bisa dilakukan secara sendiri atau massal.

Dimuat dari Tempo, ruwatan diselenggarakan untuk anak-anak yang dianggap rawan terkena bencana. Misalnya anak tunggal, dua bersaudara laki-laki dan perempuan, kembar, empat bersaudara, semua laki-laki atau semua perempuan.

Menegok Sejarah Gowok, Tradisi Mengenal Seluk Beluk Tubuh Perempuan di Jawa

“Mereka ini dianggap menanggung beban sukerta, alias kotor dan punya noda sejak lahir,” tulis buku tersebut.

Disebutkan karena noda itu, anak-anak sukerta merupakan manga empuk bagi Batara Kala yang bukan main galaknya. Untuk menangkalnya, mereka harus disucikan dengan upacara ruwatan, jika tidak salah-salah bisa sial seumur hidup.

Proses ruwatan

Ruwatan biasanya diselenggarakan pagi hari dengan syarat dan prosesi khusus. Berbagai macam sajen harus disediakan. Lima jenis hasil bumi, tumpeng, tujuh jenis rujak, dan bermacam buah-buahan yang dipersembahkan kepada Tuhan.

“Buat anak yang akan diruwat harus disediakan kain kafan enam meter,” jelasnya.

Ternyata hal ini belum cukup, agar ruwatan jadi sempurna perlu mengadakan wayang kulit. Biasanya dalang itu haruslah dalang pilihan, Dia harus puasa tujuh hari, dan dilarang bermain asmara dengan istri.

Mengenal Ragam Paes Pengantin pada Pernikahan Adat Jawa

Masih ada satu syarat yang sedikit aneh, sang dalang harus sudah punya menantu. Yang menyenangkan tentu saja, honornya cukup besar, lebih besar daripada pertunjukan wayang kulit biasa.

“Saya pernah diberi Rp3 juta,” ujar Kanjeng Raden Tumenggung Probohardjono, dalang dari Keraton Surakarta.

Jadi status sosial

Biaya ruwatan memang cukup mahal. Tidak jarang penyelenggara harus menyediakan minimal Rp6 juta - Rp7 juta. Sebenarnya ruwatan bisa berlangsung tanpa menanggap wayang kulit, boleh hanya membaca doa-doa.

“Yang penting, tujuannya. Yakni mencari keselamatan,” ujar H Karkono Kamajaya Partokusumo, Ketua Lembaga Javanologi.

Seperti Apa Pernikahan Adat Jawa?

Tetapi bagi keluarga kaya, ruwatan dijadikan peluang untuk menunjukkan status sosialnya. Salah seorang keluarga pernah mengeluarkan Rp15 juta untuk meruwat sekaligus menikahkan putri tunggalnya.

Pada Desember 2021, manajemen Hotel Ambarukmo, Yogyakarta menawarkan paket ruwatan massal, masing-masing hanya dikenakan Rp250 ribu. Langkah yang sama ditiru Lembaga Javanologi dengan harga bervariasi.

“Saya percaya, ruwatan adalah sesuatu yang sakral, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Drs Ehom Soehardjo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini