Tradisi Malamang Sebagai Bentuk Kebersamaan Masyarakat Minangkabau

Tradisi Malamang Sebagai Bentuk Kebersamaan Masyarakat Minangkabau
info gambar utama

Malamang adalah tradisi turun temurun dari Minangkabau yang telah dilaksanakan dari ratusan tahun yang lalu. Malamang banyak dilakukan di daerah Padang Pariaman, Solok, Pariaman, dan daerah Sumatera Barat lainnya. Malamang biasanya dilaksanakan untuk menyambut hari-hari penting seperti datangnya Hari Raya Idul Fitri, Maulid Nabi, datangnya Bulan Ramadhan, pelantikan tokoh adat, pernikahan dan banyak peristiwa penting lainnya. Malamang juga dapat dilakukan sebagai simbol kekerabatan antar keluarga dan bentuk ke gotong royongan warga setempat.

Pada dasarnya, Malamang adalah proses pembuatan makanan lamang yang dilakukan bersama-sama oleh warga setempat. Lamang terbuat dari puluik (beras ketan putih) yang dimasak bersama santan dan dikemas dalam wadah bambu yang didalamnya sudah dilapisi dengan daun pisang, kemudian lamang dimasak dengan cara menyandarkan bilah bambu tadi diatas tungku kayu yang dibawahnya terdapat perapian atau unggun yang sengaja dibuat untuk memasak lamang tersebut dan dimasak selama kurang lebih 2 jam. Lamang memiliki berbagai macam jenis seperti, lamang puluik, lamang kuning, lamang ubi, dan lamang pisang.

Menurut Sejarah malamang awalnya berlangsung karena Syekh Burhanuddin (penyebar ajaran islam di Minangkabau). Saat melakukan perjalan di daerah pesisir Minangkabau, dia seringkali dihidangkan dengan makanan yang masih diragukan kehalalannya saat sedang bersilahturahmi dan menyebarkan ajaran Islamkepada masyarakat setempat. Dia pun berinisiatif untuk menyuruh masyarakat setempat untuk mencari bilah bambu kemudian melapisi bagian dalamnya dengan daun pisang dan kemudian di isi dengan beras ketan putih dan santan, kemudian dipanggang di atas tungku bakar. Syekh Burhanuddin juga menyarankan warga setempat untuk menggunakan lamang sebagai hidangan saat bersilahturahmi.

Dalam tradisi malamang terdapat nilai kebersamaan dan ke gotong royongan karena saat malaman dilakukan warga setempat akan berkumpul untuk membuat lamang secara bersama-sama. Ada warga yang berperan sebagai juru masak lamang dan menjaga pengapiannya agar lamang dapat masak dengan sempurna, dan ada juga warga yang berperan sebagai pencari dan pengambil bilah bambu yang nanti akan dijadikan sebagai wadah dari lamang. Malamang tidak dilakukan untuk kepentingan perorangan, Malamang memiliki fungsi sosial sebagai sarana berkumpul dan mempererat hubungan silahturahmi antar warga. Oleh karena itu Malamang sangat erat kaitannya dengan ke kompakan dan kebersamaan.

Di beberapa daerah di Sumatera Barat lamang juga dijadikan barang bawaan oleh menantu yang hendak berkunjung ke rumah mertuanya ataupun sebagai serahan dari keluarga mempelai wanita kepada keluarga mempelai lelaki. Lamang juga dijadikan sebagai konsumsi sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau dan diperjual belikan secara umum sebagai hidangan sampingan karena rasa lemang yang enak dan memiliki tekstur yang kenyal yang khas. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu yang cenderung mengabaikan tradisi setempat, malamang pun sekarang sudah jarang dilakukan, terlebih di daerah perkotaan seperti Kota Padang. Jumlah peminat lamang pun menurun dari tahun ke tahun yang mengakibatkan semakin berkurangnya jumlah pedagang lamang. akan tetapi di beberapa daerah Sumatera Barat seperti di Kecamatan Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman, tradisi malamang masih banyak ditemukan.

Generasi penerus Minangkabau seharusnya mengenal tradisi malamang ini lebih dalam. karena saratnya makna kebersamaan yang terkandung didalamnya. Generasi muda Minangkabau dapat menjadikan malamang sebagai instrumen untuk memperkuat hubungan silahturahmi dan saling mengenal satu sama lainnya dan menjadikan gotong royong sebagai karakter kita. Generasi muda Minangkabau tentunya harus tetap meneruskan kebudayaan ini agar tetap bertahan di era yang generasi mudanya sudah melupakan nilai nilai budaya daerahnya sendiri. Kita seharusnya bangga akan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan tetap melestarikan kekayaan budaya tersebut.

referensi: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6997

https://id.wikipedia.org/wiki/Malamang

Refisrul. 2017. Lamang dan Tradisi Malamang Pada Masyarakat Minangkabau. Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya. 3 (2): 772-796.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

SZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini