Elsa Maharrani: Menjahit Harapan, Menyebar Kebermanfaatan Bersama Kampung Jahit

Elsa Maharrani: Menjahit Harapan, Menyebar Kebermanfaatan Bersama Kampung Jahit
info gambar utama

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni). Hadist tersebut adalah motto hidup yang dipegang oleh Elsa Maharrani. Perempuan asal Koto Tingga, Kota Padang itu, memiliki keinginan besar untuk bisa memberdayakan orang-orang disekitarnya, sekaligus membangun daerahnya. Berawal dari bisnis reseller hijab yang ia geluti, hingga akhirnya menjadi pemilik brand hijabnya sendiri. Elsa menerapkan motto hidupnya dalam bisnis yang ia bangun. Bersama Maharrani Hijab, Elsa berhasil menyebar kebermanfaatan bagi orang-orang di sekitarnya melalui program ‘Kampung Jahit’.

Kampung Jahit adalah konsep yang diinisiasi oleh Elsa Maharrani, yang ditujukan untuk memberdayakan masyarakat berekonomi lemah di daerahnya. Elsa Maharrani, menggandeng masyarakat sekitar yang mayoritas bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) untuk menjadi mitra penjahit. “Ya, jadi kami membangun sebuah konsep, dimana ibu-ibu bisa bekerja, tapi mereka bekerja di rumah. Konsep yang dinamakan Kampung Jahit, gitu,” . Sistem kerja yang fleksibel, memudahkan para mitra untuk menyesuaikan waktu dalam memenuhi target jahitan. Sehingga mereka tetap bisa mengurus keluarga sambil menambah penghasilan.

Keindahan Pulau Kapotar, Surga Pohon Kelapa dari Tanah Papua

Berawal dari Keresahan dan Keprihatinan

Berdirinya Maharrani Hijab bersama Kampung Jahit bukanlah hal yang tiba-tiba terjadi. Semua berasal dari keresahan dan keprihatinan yang dirasakan Elsa selama menjalankan bisnis. Elsa Maharrani mengawali bisnisnya dengan berjualan barang impor dari Tiongkok yang dipasarkan secara daring melalui marketplace. Bisnisnya berjalan lancar, bahkan sudah mendapatkan gelar ‘Juragan’ yang menandakan banyaknya jumlah penjualan. Namun, keresahan mulai muncul. Elsa merasa bersalah karena memasarkan produk luar negeri, bukannya produk lokal.

Berdasarkan hal itu, Elsa memutuskan untuk menjadi reseller salah satu produk hijab lokal. Usahanya terbilang lancar, hingga ia menjadi distributor dengan penghasilan yang cukup memuaskan. Namun, keresahan yang berdasar dari keprihatinan terhadap keadaan masyarakatnya, kembali membuat Elsa gundah. Gross Domestic Product (GDP) Sumatera Barat rendah, barang jadi yang bernilai tinggi—termasuk produk yang ia pasarkan—adalah kiriman dari Pulau Jawa. Sedangkan masyarakat Sumatera Barat hanya menjual bahan mentah yang bernilai rendah. Selain itu, ia melihat kondisi warga di sekitarnya yang berekonomi lemah.

Muncul keinginan dalam diri Elsa untuk membangun usaha yang dapat memberdayakan perempuan di desanya, yang kebanyakan memiliki kemampuan dasar menjahit. Pengalamannya menjadi distributor produk hijab membuat Elsa memiliki banyak pengetahuan mengenai kualitas produk yang baik. Berbekal pengetahuan, petunjuk dari Allah, beserta doa dari suami dan keluarganya, Elsa memantapkan diri untuk memulai usaha Maharrani Hijab. Proses produksi dilakukan secara mandiri di lingkungannya, sehingga dapat memberdayakan penduduk lokal.

Museum MACAN Terbitkan Buku untuk Mengenal Dua Dekade Karya Melati Suryodarmo

Tantangan dan Kendala dalam Menjalankan Bisnis

Memulai bisnis baru dengan produksi yang dilakukan secara mandiri bukanlah hal yang mudah. Sejak awal, konsep produksi Maharrani Hijab adalah pemberdayaan. Elsa merekrut warga-warga yang memiliki kemampuan dasar menjahit untuk dilatih kembali agar memenuhi standar Maharrani hijab. “Karena kami di sini, kan, konsepnya pemberdayaan. Kami membangun ‘Kampung Jahit’, jadi orang-orang yang kami berdayakan itu adalah orang-orang yang memiliki skill, namun mempunyai ilmu sedikit. Kami memberikan standar yang sesuai dengan SOP kami, gitu,” tuturnya dalam suatu wawancara via zoom yang diadakan Minang Diaspora. Butuh waktu satu tahun bagi Elsa untuk mengedukasi soal pentingnya standar jahit, agar jahitan warga memiliki kualitas dan dapat bersaing di pasaran.

Buah Kesuksesan

Saat ini Maharrani Hijab sudah memiliki 74 penjahit dengan penghasilan tetap di atas rata-rata Upah Minimum Kota (UMK) Padang. Saat ini, 60% mitra penjahit Maharrani Hijab adalah wanita yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Dalam tiap bulannya, Maharrani Hijab mampu memproduksi hingga 1000 pcs produk. Mereka juga sudah memiliki 42 agen dan 102 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan produknya sudah dikenalkan ke Malaysia melalui Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) 2022.

John Edi, Ketua RT, mengaku bahwa keberadaan Kampung Jahit Maharrani Hijab sangat membantu perekonomian masyarakat. Ibu Erni Heriani, salah satu mitra penjahit, sangat terbantu dengan sistem pembayaran di Maharrani Hijab yang memudahkan, karena dibayarkan setiap selesai jahitan yang dikerjakan. Ibu Esi Marnieti merasa senang dengan konsep pemberdayaan Maharrani Hijab, yang benar-benar membimbing dan mengajari para mitra hingga bisa menjahit dengan baik dan benar.

Menurut Elsa, untuk membangun sistem yang sehat dan berkelanjutan, dibutuhkan kepercayaan dan pendekatan yang baik antara pengusaha dan mitra “Kita membangun sistem di sini bukan sistem gua beli lu bayar, bukan gitu. Gua gaji lu kerja, bukan gitu. Tapi kita di sini membangun sistem di mana kita bekerja dari hati untuk hati,”. Selain itu, pendekatan sosial juga diperlukan untuk membangun loyalitas, salah satu caranya adalah dengan menyisihkan beberapa persen keuntungan untuk memberi bantuan pangan kepada para mitra penjahit saat pandemi.

Filsafat Stoikisme dan Filsafat Jawa: Pemahaman Dalam Ketenangan dan Kebijaksanaan

Bagi Elsa, niat awal dalam mendirikan Maharrani Hijab adalah untuk membantu masyarakat. Menurutnya, bisnis ini dilakukan sebagai bentuk ibadah yang kelak akan menjadi amal jariyah di akhirat, “Jadi memang kita itu membangun bisnis itu bukan untuk diri sendiri, kita membangun bisnis itu adalah (untuk) menjadi jariyah kita nanti ke surga, gitu,”. Baginya, modal utama dalam menjalankan bisnis adalah kemauan untuk berbagi dengan orang lain. Sedangkan tanggung jawab pebisnis adalah membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. #kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini