Upaya Atasi Ancaman Wabah Baru, Tim Ahli Global Bentuk Komisi Pencegahan Pandemi

Upaya Atasi Ancaman Wabah Baru, Tim Ahli Global Bentuk Komisi Pencegahan Pandemi
info gambar utama

Banyak negara di seluruh dunia telah mengurangi urgensi penanganan ancaman pandemik, meskipun kenyataannya penularan penyakit dari hewan ke manusia terus meningkat. Untuk mengatasi salah satu ancaman serius terhadap manusia ini, The Lancet dan Koalisi untuk Mencegah Wabah Virus pada Sumbernya telah membentuk sebuah komisi.

Komisi ini, yang dikenal dengan nama The Lancet-Preventing Pandemics at the Source Commission on Prevention of Viral Spillover, bertujuan untuk menyelidiki dan memberikan panduan mengenai kebijakan, praktik, riset, dan undang-undang yang dapat mengatasi risiko penularan virus dan mengurangi kemungkinan terjadinya pandemi di masa depan.

Dengan kata lain, komisi ini merupakan sebuah lembaga global yang terdiri dari para ahli yang berdedikasi untuk mengatasi masalah yang saat ini kurang mendapatkan perhatian dan pendanaan.

“Sebagian besar upaya pencegahan pandemi berfokus pada membatasi wabah penyakit melalui perlengkapan perlindungan pribadi, vaksin dan lain-lain,” ujar Sonila Cook, co-founder lembaga ini dan CEO Dalberg Catalyst dikutip dari keterangan resmi pada (15/10).

Lebih lanjut, komisi yang terdiri dari 28 ahli ini memusatkan perhatiannya pada upaya mencegah terjadinya wabah penyakit, suatu pendekatan yang dianggap lebih bermanfaat, ekonomis, dan berdaya guna bagi manusia dan bumi.

Upaya ini memerlukan kerjasama yang erat dan sinergi di berbagai bidang, termasuk kesehatan, ekologi, konservasi, ilmu kedokteran hewan, dan pengetahuan tradisional masyarakat adat. Tujuan komisi ini adalah memperoleh perhatian global terhadap isu ini dan menghasilkan laporan penting mengenai pencegahan penyebaran penyakit menular dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan.

Pandemi COVID-19 Membuat Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia Membaik

Pencegahan secara komprehensif

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyebaran patogen diperburuk oleh perilaku peternakan, perdagangan dan perburuan satwa liar, serta perubahan guna lahan seperti perusakan hutan. Perubahan iklim juga mengurangi habitat, memaksa hewan migrasi ke tempat baru, membuka peluang bagi patogen untuk memasuki inang barunya.

Hanya saja hingga saat ini masih sedikit upaya yang dilakukan untuk menyusun rencana aksi global yang fokus pada bagaimana mencegah efek domino penyebab epidemi regional atau pandemi.

Komisi ini akan melakukan riset dan menggunakan ilmu pengetahuan paling mutakhir serta contoh-contoh di lapangan bagaimana langkah pencegahan penyebaran wabah bisa berpadu dengan faktor lain –seperti ketahanan pangan dan kesehatan– untuk mencegah pandemi.

“Asal mula hampir semua epidemi yang terjadi belakangan ini sudah jelas, dari satwa liar. Hanya saja, pencegahan penyebaran adalah topik yang kurang dicermati dan kurang diperhatikan oleh banyak institusi besar yang bekerja di bidang kesehatan publik.” ujar Dr. Raina Plowright, Profesor dari Universitas Cornell yang juga salah satu pimpinan komisi. “

Komisi ini akan beroperasi dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai ahli untuk mencapai sejumlah tujuan yang bertujuan untuk meredam penyebaran virus. Selain itu, komisi juga akan menekankan pentingnya mengakomodasi pengetahuan dan kebijakan para ahli ilmu pengetahuan dan kebudayaan dari kawasan Selatan, dengan mempertimbangkan faktor ketimpangan yang ada.

“Banyak negara kesulitan untuk mengatasi pertentangan antara pembangunan ekonomi dan menjaga pasokan pangan yang terjangkau bagi populasi yang terus bertambah, sambil dalam waktu bersamaan menjaga kesehatan penduduk pedesaan. Masyarakat inilah yang punya risiko terbesar dari ancaman pandemi,” kata Dr. Latiffah Hassan.

Di Batas Utara Indonesia, Pengajar Muda Mencoba Meminimalkan Ketertinggalan Akibat Pandemi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini