Mariana Yunita Hendriyani Opat, Sang Pejuang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja

Mariana Yunita Hendriyani Opat, Sang Pejuang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja
info gambar utama

Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) adalah hak yang semestinya dapat diperoleh oleh setiap individu tanpa terkecuali. Sayangnya, pemenuhannya di Indonesia masih menjadi tantangan yang berat karena kerap dianggap sebagai hal tabu serta terbentur oleh tradisi dan norma-norma di Masyarakat. Dilema ini turut dirasakan oleh Mariana Yunita Hendriyani Opat di tempat kelahirannya, Nusa Tenggara Timur. Perempuan yang akrab disapa Tata ini merasa prihatin dengan kondisi temuannya bahwa banyak perempuan di salah satu daerah menggunakan pembalut dari koran dan kardus bekas.

Selain dari itu, kasus kehamilan tidak direncakan dan aborsi ilegal yang menimpa remaja di NTT turut menyadarkan Tata bahwa isu ini tidak dapat disepelekan begitu saja. Minimnya akses edukasi kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja, terutama bagi mereka yang berada dalam kelompok miskin dan marjinal, kemudian mengetuk hati Tata serta rekan-rekannya untuk mendirikan sebuah komunitas bernama Tenggara Youth Community pada tahun 2016.

Komunitas Tenggara menjadi wadah yang diciptakan Tata untuk memberikan edukasi seputar kesehatan seksual dan reproduksi kepada remaja. Tak hanya itu, Tenggara juga difungsikan sebagai ruang aman untuk berbagi cerita dan pemulihan dari kekerasan seksual, sebuah hal yang masih minim ditemukan Tata, yang juga merupakan penyintas kekerasan seksual, di provinsi yang terkenal sebagai serpihan surga ini.

"Sampah Menjadi Harta Karun Pendidikan" : Kisah Inspiratif Komang Anik Sugiani

Mendobrak Stigma Edukasi Seksual dan Reproduksi Lewat Bacarita Kespro

Tenggara mempunyai salah satu program utama yaitu Bacarita Kespro untuk mengedukasi hak seksual dan reproduksi kepada remaja. Kata ‘bacarita’ sendiri diambil dari bahasa Melayu Kupang yang mengandung makna bahwa belajar seksualitas dan reproduksi dapat dilakukan dengan mudah serta menyenangkan. Metode pengajaran dilakukan secara kreatif dengan cara mendongeng, memainkan permainan edukasi, dan menggunakan alat peraga.

Melalui Bacarita Kespro, Tata ingin mengubah perspektif orang-orang bahwa mengajarkan seksualitas dan reproduksi itu bukan berarti mengajarkan pornografi ataupun seks bebas pada remaja. Tata dan rekan-rekannya juga memiliki harapan untuk dapat membuat modul pendidikan seksual secara komprehensif yang berbasis konteks lokal untuk dapat digunakan oleh khalayak luas di tingkat pendidikan formal ataupun informal. Dengan Bacarita Kespro, harapannya agar remaja di NTT tidak lagi merasa sendirian dalam menghadapi fase remajanya dan bimbang ketika mengalami perubahan pada dirinya.

Kegigihan Perjuangan Bacarita Kespro yang Berbuah Manis

Perjuangan Tata dan rekan-rekan Tenggara untuk mengedukasikan seksualitas dan reproduksi pada remaja di NTT juga mengalami tantangan dalam perjalanannya. Utamanya pada pola pikir yang telah mengakar sejak lama di benak para orang tua bahwa seksualitas dan reproduksi adalah hal tabu. Akibatnya yaitu pelarangan atau pengekangan dilakukan sebagai satu-satunya jalan untuk menghindarkan anak mereka dari resiko berbahaya.

Yang membuat Tata senantiasa gigih dalam berjuang, tak lain karena ia percaya bahwa resiko seksualitas dan reproduksi akan tetap ada serta masalah seperti kekerasan seksual pun tidak tahu akan berakhir kapan. Tata juga menyadari bahwa privilege yang didapatkannya belum tentu didapatkan juga oleh remaja lainnya sehingga semangatnya tak henti untuk mendorongnya agar terus berjuang.

Bacarita Kespro : Wujudkan Pendidikan Kespro Yang Komprehensif Bagi Anak Remaja NTT

Kegigihan Tata dan rekan-rekannya mulai berbuah manis, salah satu momen yang tak terlupakan baginya adalah ketika anak-anak di Pulau Timor kemudian memiliki inisiatif sendiri untuk beralih dari tradisi Sifon ke sunat medis. Sifon sendiri merupakan sebuah tradisi sunat turun-temurun di suku Atoni Meto, prosesinya menggunakan bambu sebagai alat sunat kemudian laki-laki yang baru disunat ini diharuskan melakukan hubungan seksual dengan kondisi penis masih berdarah. Hal ini berbahaya karena memiliki resiko penularan infeksi menular seksual (IMS) bahkan HIV. Selain pencapaian itu, program Bacarita Kespro saat ini secara luas telah menjangkau sekitar 4000 remaja di lebih dari 30 komunitas.

Tata menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2020. Penghargaan ini membuat komunitas Tenggara dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas, tidak hanya di Indonesia Timur tetapi juga menjalin jejaring dengan pusat. Jejaring ini membantu Tata dan rekan-rekannya di Tenggara Youth Community dalam perjuangannya seperti mendampingi kasus-kasus kekerasan seksual serta mengedukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi. Mimpi besar Tata agar semua remaja dapat memperoleh akses pada isu seksualitas dan reproduksi dengan adil dan setara.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini