Perjalanan Narman yang Dikenal Sebagai Pembuka Cakrawala Baduy

Perjalanan Narman yang Dikenal Sebagai Pembuka Cakrawala Baduy
info gambar utama

Suku Baduy merupakan suku yang sangat menjaga tradisi dan budaya. Salah satunya adalah pelarangan penggunaan teknologi modern di kehidupan sehari-hari. Namun, hal tersebut tak berlaku bagi Narman (34). Pria asal Baduy Luar, tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten yang berhasil memasarkan produk kerajinan tangannya melalui internet.

Dalam Talkshow "Inspirasi dari Kisah Sukses”: Membangun Masa Depan Melalui Kewirausahaan Bersama Penerima SATU Indonesia Awards pada Senin (2/10), Narman mengungkapkan apa yang dilakukannya sempat mendapat teguran dari ketua adat karena melanggar aturan akan tetapi menurutnya kedepannya akan memberi manfaat yang besar.

“Awalnya mendapat teguran dari ketua mandat karena melanggar aturan tetapi tetap dilanjutkan karena manfaatnya bagus dan besar, niatnya baik, membuang yang buruk dan tujuan akhirnya adalah untuk membantu,” jelas Narman

Ia juga mengaku mendapatkan beberapa tantangan dalam proses menjalankan bisnisnya. Mulai dari kendala sinyal yang mengharuskannya untuk berjalan kaki demi dapat mengakses internet. Selain itu lingkungan baduy melarang penggunaan smartphone secara terbuka. Sehingga ia harus berjalan dengan jarak berkilo-kilo meter untuk mendapar akses internet dan membalas pesan dari pelanggan. Kemudian dalam manajemen produksi, bahan pembuatan kerajinan diambil langsung, maka stok yang dihasilkan juga tidak dapat diperkirakan.

Tak hanya itu, pengeloaan sosial media ia pelajari secara otodidak karena tradisi baduy yang tidak menggunakan teknologi. Dalam proses pembuatan ide-ide konten di sosial media, Narman kerap dihadapkan dengan tren-tren terkini. Tentu saja membuatnya dilema karena banyak tren yang dinilai melanggar adat, sedangkan mengikuti tren adalah salah satu untuk cara untuk mempertahankan algoritma di sosial media. Dan hingga saat ini Narman masih belum menemukan solusi terbaik dari tantangan ini.

Meskipun sempat ditegur oleh ketua adat terkait pelanggaran dan pandangan buruk dari lingkungan sekitarnya, Narman tak menyerah dan mendapat dukungan dari keluarganya. Proses pembuatan produk pun ia kerjakan sendiri bersama keluarganya.

Narman membuktikan bahwa keterbatasan tidak selamanya menjadi halangan untuk menghasilkan sebuah karya. Keterbatasan yang ada dapat diubah menjadi kelebihan. Ia juga tak pernah mengenyam pendidikan sekolah, namun kemampuan membaca dan menulis ia dapatkan dengan membaca banyak buku yang didapat dari orang tuanya. Bagi Narman, tidak bersekolah bukan berarti tidak belajar.

Melalui media sosialnya (@baduycraft), ia berhasil membuat masyarakat luar dapat lebih mengenal tentang kearifan lokal suku baduy dan membuka lebar rasa keingintahuan masyarakat luas dengan kerajinan suku baduy. Kerajinan yang dikenalkan adalah kerajinan tangan, kain tenun, tas kepek serta aksesoris lainnya. Hingga saat ini, manfaat dari bisnis penjualan melalui internet telah dirasakan oleh masyarakat suku baduy.

Dan berkat kegigihan Narman membuka cakrawala baru di tanah kelahirannya, ia pun berhasil meraih penghargaan sebagai penerima SATU Indonesia Awards dalam kategori kewirausahaan/ UMKM pada tahun 2018.

Penghargaan tersebut sama sekali tak pernah ia sangka, sedari awal niat membangun bisnis ini adalah untuk membantu. Dengan menjadi seorang yang berhasil membantu meningkatkan perekonomian daerah asalnya, Narman berpesan kepada anak-anak baduy untuk tetap tidak meninggalkan adat budaya leluhur di era kemajuan teknologi. Ia membuktikan bahwa meskipun masyarakat suku baduy tak pernah bersekolah dan tidak menggunakan elektronik dalam kehidupan sehari-harinya, ia tetap dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa melupakan adatnya. Karena hal ini tidak menjadikan alasan untuk membawa perubahan yang lebih baik.

Semangatnya semakin terbuka lebar saat ia mendapatkan penghargaan penerima SATU Indonesia Awards.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini