Gede Andika: Melepas Impian Besar Untuk Ciptakan Perubahan Besar Bersama KREDIBALI

Gede Andika: Melepas Impian Besar Untuk Ciptakan Perubahan Besar Bersama KREDIBALI
info gambar utama

KREDIBALI merupakan kependekan dari Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan yang berada di Bali. Didirikan oleh I Gede Andika Wira Teja atau yang lebih sering dikenal dengan nama Gede Andika.

Ia merupakan seorang Academia, Policy Researcher, sekaligus Social Worker. Kredibali sendiri adalah anak program dari Jejak Literasi Bali yang didirikan pada tahun 2019.

Berawal dari keprihatinan melihat kondisi sekitar ketika berkuliah di Bali, akhirnya mengetuk hati seorang Gede Andika untuk turut berkontribusi dan menjadi manusia yang lebih berdampak untuk daerah sana.

Tidak mudah bagi Gede Andika dalam merintis program ini. Banyak halangan, rintangan, dan pengorbanan.

Salah satu dari pengorbanan tersebut ialah ia harus rela untuk membatalkan melanjutkan kuliah S2 dan beasiswa yang telah didapat. Ia harus fokus pada apa yang telah direncakan dan dengan keputusan yang telah diambil ini artinya ia dapat lebih membantu banyak orang.

Baca Juga: Meningkatnya Anxiety dan Depresi di Kalangan Mahasiswa Baru

Gagasan dan inovasi yang Gede Andika usung ini berawal pada masa Covid 19, banyak anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena terkendala perangkat dan jaringan. Tidak semua anak memiliki perangkat dan jaringan yang mumpuni untuk dapat mengikuti program sekolah dari rumah.

Anak-anak menjadi berputus asa dan memilih untuk membantu keluarga dalam mencukupi kebutuhan ekonomi. Seperti ikut orang tua menyari rumput untuk pakan ternak dan membantu melaut bagi anak yang orang tuanya berprofesi sebagai nelayan.

Lalu, Gede Andika mencoba untuk menganalisis lebih dalam tentang apa yang sebaiknya dapat ia perbuat agar lebih bermanfaat dan juga mendapat dukungan dari masyarakat.

Ia melihat bahwa Bali sangat kaya dalam sektor pariwisatanya, namun karena pandemi sektor pariwisata yang dulunya masih, turis bertebaran dimana-mana, lalu berubah drastis menjadi sepi. Tidak lama, munculah Kredibali yang membantu anak-anak SD dan SMP untuk mendapat pelatihan Bahasa Inggris.

Pelatihan Bahasa Inggris yang diberikan oleh Kredibali tidak semata-mata gratis. Anak-anak yang belajar harus membawa sampah plastik sebagai alat tukar atas ilmu yang mereka dapat. Pemilihan sampah plastik sebagai alat tukar tidak lain adalah karena alasan sampah plastik dan pariwisata adalah hal yang sangat konsen oleh Pemerintah Bali.

Selain itu, di desa lain yaitu Desa Batur anak-anak harus membayar pelatihan Bahasa Inggris dari Kredibali dengan menyiram pohon sebelum berangkat belajar. Ini karena maraknya penggundulan hutan di daerah sana.

Dengan seperti ini diharapkan anak-anak penerus bangsa menjadi lebih menaruh perhatian pada lingkungan, khusunya pada sampah. Anak-anak menjadi mengerti bahwa sampah, hal yang kerap dipandang sebelah mata juga memiliki arti. Program ini juga membuat orang tua lebih tersadarkan oleh anak.

Anak-anak menjadi inisiator, anak-anak sebagai pemberi reminder di keluarga, mereka dapat mengedukasi orang tuanya seberapa bahanya sampah jika hanya dibiarkan, dan seberapa bermanfaatnya apabila sampah dikelola dengan baik.

Sampah-sampah yang telah terkumpul tersebut bukanlah untuk para sosok di balik Kredibali, namun sampah tersebut nantinya akan ditukarkan lagi menjadi beras dan disumbangkan kepada lansia yang kurang mampu.

Salah satu capaian membanggakan dari Kredibali tentang sampah adalah untuk Desa Pemuteran telah mendapat 781 kg sampah yang ditukarkan menjadi beras sebanyak 320 kg dan telah disalurkan kepada 127 lansia yg membutuhkan.

Lalu, untuk daerah Desa Gianyar telah memperoleh 314 kg sampah yang ditukarkan dengan 118 kg beras dan disalurkan kepada 72 lansia.

Menurut Gede Andika, pembatalan master yang ia lakukan rasanya sangat sebanding dengan dampak yang didapatkan sekarang. Di daerah Batur ada satu hutan lindung, yang mana di kawasan tersebut ada sekelompok masyarakat yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di sana.

Satu anak di sana menanam satu pohon, mereka harus menjaga pohon tersebut hingga tumbuh dengan baik. Meskipun ini membutuhkan waktu panjang, namun hasilnya juga akan berdampak panjang. Penggundulan hutan yang terjadi di sana, perlahan tapi pasti mulai hijau kembali.

Baca Juga: Yudi Efrinaldi : Grow Mindset Penolong Jiwa Pengusaha untuk Bangkit dan Sukses

Atas dampak-dampak baik yang didapatkan membuat para penggerak Kredibali dan Jejak Literasi Bali menjadi semakin bersemangat dalam mengabdi. Betapa megahnya Bali yang dilihat orang-orang di luar sana, tidaklah terlihat benar-benar demikian.

Masih banyak anak-anak yang butuh uluran kebaikan, meraka yang di pelosok, mereka yang kurang mampu, mari sama-sama kita bantu. Jadikan apa yang mereka miliki sekarang sebagai privilege. Jangan sampai mereka merasa malu. Mari setarakan pembangunan sumber daya manusia dan Pendidikan yang pantas untuk seluruh rakyat Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini