Abadikan Hangatnya Tradisi dalam Seni Topeng Jigprak

Abadikan Hangatnya Tradisi dalam Seni Topeng Jigprak
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Tradisi masyarakat Cibungbulang dikemas dengan apik dalam pertunjukan Seni Topeng Jigprak yang mengagumkan. Menyuguhkan seni tari, teater, dan atraksi menegangkan dalam sekali pertunjukannya, membuat penonton betah berlama-lama di depan panggung. Obor dinyalakan pertanda pertunjukan akan segera dimulai. Siapapun yang menyaksikan, akan terbawa kembali ke masa lalu. Merasakan rindu dengan kesederhanaan dan kehangatan hidup yang tidak akan terulang kembali.

Berkenalan dengan Seni Topeng Jigprak

Nama Seni Topeng Jigprak mungkin masih cukup asing didengar telinga. Padahal, keberadaannya sudah ada sejak 43 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1980, dan betul-betul rampung di tahun 1990. Kesenian ini diciptakan oleh seorang seniman kelahiran Jakarta, bernama Raden Nasan Sujana, atau akrab disapa Abah Jana. Kesenian ini sengaja diciptakan sebagai identitas jati diri masyarakat Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Abah Jana sedang menari Nyarungsa Seni Topeng Jigprak
info gambar

Dengan ide kreatifnya, Abah Jana membuat Seni Topeng Jigprak memiliki tiga babak pertunjukan. Masing-masing babaknya menampilkan seni dan tradisi yang berbeda. Layaknya nasi campur yang lezat dinikmati karena memiliki bermacam jenis lauk dalam satu suapan, Seni Topeng Jigprak pun menjadi sangat menarik disaksikan karena memiliki bermacam seni tradisi dalam satu pertunjukannya.

Banyaknya babak di pertunjukan Seni Topeng Jigprak membuat panjangnya durasi yang dibutuhkan, yaitu sekitar satu hingga tiga jam untuk satu kali pertunjukan. Biasanya, kesenian ini dipertunjukan oleh sepuluh, lima belas, hingga tiga puluh orang pemain. Jumlah tersebut disesuaikan dengan judul dari pertunjukan yang diangkat.

Potret Pertunjukan

Pertunjukan Seni Topeng Jigprak dimulai dengan masuknya penari obor yang mengenakan topeng dengan membawa obor di kedua tangannya. Seirama dengan musik yang mengalun, penari obor menari dan menghampiri sundung (alat angkut padi yang dijadikan properti pertunjukan). Penari mulai menyalakan dua obor yang berada di kedua sisi sundung, yang menandakan pertunjukan dimulai.

Babak pertama dari kesenian ini adalah Nyarungsa, sebuah pertunjukan tari topeng yang penarinya memainkan tiga kain, berwarna putih, merah, dan hitam. Babak kedua adalah Ngadongéng, sebuah pertunjukan teater bertema politik atau kondisi yang sedang hangat terjadi. Babak terakhir, sekaligus sebagai penutup, Seni Topeng Jigprak menyuguhkan Pangabaran, sebuah atraksi kekebalan tubuh yang sangat menegangkan ketika disaksikan.

Seni Pangabaran Seni Topeng Jigprak
info gambar

Mengingat adanya atraksi berbahaya dalam pertunjukan ini, Abah Jana mengatakan bahwa dirinya selalu melakukan ritual terlebih dahulu untuk memohon keselamatan para pemain maupun penonton yang menyaksikan. Selanjutnya, sebelum pertunjukan dimulai juga akan dibacakan rajah, semacam pantun berbahasa Sunda yang bertujuan untuk memohon perlindungan selama pertunjukan berlangsung.

Hangatnya Tradisi Menjadi Cikal Bakal Lahirnya Seni

Keseluruhan yang ada di dalam pertunjukan Seni Topeng Jigprak bersumber inspirasinya dari kehidupan masyarakat Cibungbulang pada tahun 1980, yang masih sangat sederhana. Saat itu, seluruh desa belum terjamah listrik. Ketika malam tiba, langit perlahan meredup dan kehilangan cahayanya.

Abah Jana, yang saat itu masih berusia 28 tahun, berdecak kagum. Bukan karena melihat kampung yang menjadi gelap gulita. Namun, Abah Jana melihat anak-anak di kampung yang begitu semangat berangkat mengaji dengan hanya mengandalkan lampu obor sebagai cahaya penerangan.

Tak hanya menjadi penerang kampung, Cibungbulang juga menjadikan obor sebagai ‘penerang’ masa depan anak-anaknya. Kesederhanaan dan semangat anak-anak ini yang menjadi awal mula lahirnya Seni Topeng Jigprak. Kenangan obor sebagai penerang dijadikan sebagai tari obor pada kesenian ini.

Bukan hanya obor, kaulinan barudak santri (bahasa indonesia: permainan anak-anak santri) pada saat itu juga menjadi inspirasi dalam terciptanya seni Nyarungsa. Anak-anak santri menjadi kalangan dominan di tempat diciptakannya kesenian ini. Identik dengan sarung yang dikenakannya, anak-anak santri itu sering menjadikan sarung sebagai permainan yang menyenangkan.

Dibentuknya sarung mereka menjadi seperti topeng, yang kemudian dalam kesenian ini menjadi tarian topeng yang penarinya memainkan sarung. Berbeda kondisinya dengan saat ini, yang sejak kecil anak-anak sudah sibuk dengan gawainya masing-masing. Tanpa pernah merasakan serunya kebersamaan dari permainan sederhana yang mereka ciptakan sendiri.

Selanjutnya, seni Ngadongéng atau seni bercerita. Inspirasinya bersumber dari masyarakat setempat yang sangat senang mendengarkan cerita. Tak seperti kondisi saat ini yang hidupnya begitu asing satu sama lain, pada zaman dahulu masyarakat justru begitu akrab. Mereka bersama-sama mendengarkan cerita tanpa sibuk dengan urusannya masing-masing.

Salah satu pendongeng yang terkenal di Cibungbulang pada tahun 1980, bernama Ki Balap. Beliau sangat disukai karena selalu berceramah dengan cara bercerita yang santai. Hal ini kemudian diangkat untuk menjadi pertunjukan teater di Seni Topeng Jigprak, agar para penonton selalu mendapatkan pesan baik setelah menyaksikan pertunjukan.

Terakhir, seni Pangabaran, menjadi puncak dari pertunjukan yang sangat menegangkan. Pangabaran akan mempertunjukan atraksi kekebalan tubuh dengan menyayat kulit tanpa terluka, membakar kepala tanpa meninggalkan bekas luka bakar, dan atraksi mengerikan lainnya. Dalam Pangabaran juga dipertunjukan Ibing Pencak, yang merupakan kesenian bela diri khas dari Kabupaten Bogor.

Pentingnya Merawat Tradisi dan Seni

Melihat kenyataan yang saat ini terjadi, sepertinya sangat sulit untuk mengulang kembali hangatnya tradisi. Sebab, kehidupan sederhana sudah mulai ditinggalkan dan digantikan oleh kehidupan modern. Tanpa sadar, kebersamaan juga perlahan luntur dan hilang. Namun, meskipun hangatnya tradisi tidak bisa terulang, kenangannya tetap dapat tersimpan rapi dalam sebuah kesenian.

Pemain Seni Topeng Jigprak
info gambar

Seni Topeng Jigprak menjadi salah satu bentuk mengabadikan tradisi agar dapat terus dikenang sepanjang masa. Berkenalan dengan Seni Topeng Jigprak berarti berkenalan dengan tradisi masa lalu yang pernah ada di masyarakat. Merawat Seni Topeng Jigprak juga berarti merawat tradisi yang saat ini sudah tidak lagi dapat hadir dan dirasakan di masyarakat.

Bukan hanya berlaku untuk Seni Topeng Jigprak, tetapi upaya kita mengenal kesenian-kesenian lokal lainnya menjadi penting dalam mendukung dan mengapresiasi keberadaan tradisi dan seni itu sendiri. Meskipun kehidupan modern tidak dapat dihindari, setidaknya berkenalan dan mencoba merawat seni tradisi dapat kita lakukan setiap hari.



Narasumber

Raden Nasan Sujana (71), pencipta Seni Topeng Jigprak.

Ateng Aliudin (-), sesepuh Kampung Babakan, Desa Situ Ilir, Cibungbulang, Kab. Bogor.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini