Berbagi Kisah Para Penyintas Autoimun, Tanti Damayanti: Info Penyakit Ini Masih Minim

Berbagi Kisah Para Penyintas Autoimun, Tanti Damayanti: Info Penyakit Ini Masih Minim
info gambar utama

Tanti Damayanti merupakan seorang yang gigih dan berani dalam menyuarakan kampanye kesehatan autoimun. Dirinya membawa perhatian pada masalah yang memengaruhi jutaan orang di Indonesia.

Penyakit autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Ini termasuk penyakit seperti lupus, rheumatoid arthritis, multiple sclerosis, dan sebagainya.

Di kalangan komunitas dan penyintas autoimun, Tanti Damayanti juga dikenal dengan julukan ‘bunda autoimun’. Usai ia menjalani terapi medis, ia pun merasa terpanggil untuk menyuarakan pentingnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang penyakit autoimun.

Salah satu yang ia lakukan adalah memberikan pemahaman di kalangan komunitas penyintas autoimun, sekaligus membagi dan mendengar cerita mereka yang kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku yang bertajuk Metamorfosa (edisi ke-1) dan Metamorfosa 2 (edisi ke-2).

Menilik Ritme Efek Pembelajaran Online pada Psikologi Siswa

Buku edisi pertama terbit pada 2020, sementara edisi ke-2 baru saja diluncurkan pada akhir pekan lalu, Minggu (22/10/2023), dalam acara “Road to Golden Age Sharing is Caring by Tanti Damayanti”.

“Tujuan saya membuat buku sebenarnya lebih kepada berbagi kepada sesama dan menceritakan pengalaman para penyintas autoimun. Bagaimana mereka bisa survive dan mengisi waktunya dengan hal-hal positif dengan tujuan menjaga Kesehatan mental mereka menjadi lebih baik,” jelasnya di sela-sela acara yang berlangsung di Mal Alam Sutera, Tangerang, Minggu (22/10).

Dalam rangkaian acara “Road to Golden Age Sharing is Caring by Tanti Damayanti”, Tanti Damayanti juga melakukan talkshow dengan menghadirkan dr. Sandra Sinthya, SP.PD-KR yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam (reumatologi).

Ini merupakan bagian dari rangkaian dua hari acara yang sebelumnya berlangsung, Sabtu (21/10/2023) di tempat yang sama dengan tajuk “Road To Golden Age Line Dance Competition” yang merupakan hiburan bagi kalangan komunitas autoimun.

Pada kesempatan itu Tanti Damayanti menjelaskan isi dari buku yang diterbitkannya tersebut. Lalu banyak juga stigma yang didapatkan oleh Tanti Damayanti sejak menjadi penyintas autoimun, berikut kutipan wawancaranya:

Boleh dijelaskan buku Metamorfosa edisi kedua ini?

Ingin membagi pengalaman. Di metamorfosa kedua ini lebih banyak cerita cerita dari sahabat. Di sini bisa dibilang metamorfosa seorang Tanty.

Di metamorfosa satu jatuh secara mental. Artinya masih denial dari kondisi yang ada. Di metamorfosa ini menjadi Tanty yang baru. Mengisi hari-harinya dengan cara berbagi apa itu autoimun untuk orang-orang awam

Pengalaman apa yang diceritakan?

Dari versi para penyintas autoimun bukan medis atau praktisi.

Sudah Koordinasi dengan WHO, Indonesia Siap Cabut Status Pandemi COVID-19

Korelasi dengan buku pertama?

Pertama itu kisah diagnosa bunda, sementara ini lebih ke metamorfosa. Jangan pernah takut dan putus harapan dengan penyakit lupus. Karena sampai saat ini bunda masih bertahan.

Kalau buku pertama kebayang akan meninggal. Nanti juga ada kisah-kisah dari teman-teman yang terkena penyakit ini puluhan tahun tapi masih bisa bertahan.

Melihat autoimun di Indonesia?

Melihat autoimun di Indonesia itu penyakit kronis , bisa dibilang dari riset paling sulit didiagnosa. Bisa tegaknya butuh berbulan bulan hingga bertahun-tahun. Termasuk bunda hampir 2 tahun baru tegak.

Intelijen AS Laporkan Tak Ada Bukti Covid-19 Berasal dari Lab Wuhan Tiongkok

Sering mendapatkan stigma?

Banyak sekali. Bunda pernah mengalami. Karena itu diperlukan komunitas untuk menguatkan. Apalagi penyakit ini belum tentu bisa dipahami orang lain.

Bagaimana cara pengobatan?

Penyakit autoimun ini kan penyakit kronis. Jadi pengobatannya panjang. Penyakit ini selalu bersama kita seumur hidup. Selain pengobatan dengan medis. Healthy, lifestyle juga. Gak boleh stress.

Bukunya dijual untuk umum?

Untuk buku ini baru secara internal antar komunitas. Kita coba bagikan. Karena sekarang banyak yang online.

Mengapa tertarik menulis?

Pertama terbit di 2020. Bunda mengalami pergulatan emosi pada masa-masa awal penyembuhan. Pesan dari psikiater. Orang yang kena autoimun itu bermasalah dengan mental.

Dokter menyarankan bunda untuk mencurahkan sesuatu itu dengan tulisan. Karena itu bunda selalu menulis. Di buku pertama banyak yang terbantu. Selang beberapa tahun Bunda mau menceritakan pengalaman dari orang lain yang terkena autoimun berbeda.

Buku 3?

Tentu pengen sekali. Konsepnya belum tahu tapi ada rencana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini