Memaknai Peribahasa Padi, Menyelami Kognisi dan Budaya Masyarakat Indonesia terhadap Padi

Memaknai Peribahasa Padi, Menyelami Kognisi dan Budaya Masyarakat Indonesia terhadap Padi
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Pernahkah Kawan GNFI mendengar peribahasa mengenai padi? Salah satu peribahasa padi yang populer adalah “Ingat akan ilmu padi, kian berisi kian menunduk”. Peribahasa ini digunakan untuk memberikan nasihat kepada manusia untuk tidak berlaku sombong dan bersikap rendah hati.

Tahukah Kawan, bahwa peribahasa merupakan salah satu cara manusia untuk memberikan nasihat, perumpamaan, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Peribahasa dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah proverb, yang merupakan turunan dari bahasa Latin proverbium yang mengandung arti kata-kata konkrit dan sederhana.

Peribahasa adalah produk dari budaya. Peribahasa juga mencerminkan kebudayaan dan cara berpikir masyarakat dan bangsa. Sibarani (2004:61) menyatakan bahwa setiap pembentukan kata-kata bahkan kalimat dalam suatu bahasa (termasuk yang dipakai dalam peribahasa) dapat menentukan sifat atau ciri pikir dalam kebudayaan suatu bangsa.

Peribahasa merupakan hasil olah pikir masyarakat pada masa lalu. Nenek moyang kita menggunakan peribahasa untuk memberikan nasihat bahkan sindiran sehingga peribahasa memiliki tingkat budaya yang tinggi dan luhur.

Penggunaan metafora banyak digunakan dalam peribahasa. Metafora adalah membandingkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang sifatnya konkrit. Seperti peribahasa padi tadi, untuk menunjukkan sifat rendah hati yang abstrak, digunakan gambaran yang konkrit yaitu padi.

Padi jika berisi penuh akan mengarah ke bawah bukan tegak ke atas. Gambaran semacam ini akan memberikan nasihat yang lebih dekat dan nyata bagi manusia bahwa yang berisi itu tunduk bukan tegak. Yang berilmu itu akan bersikap rendah hati bukan tinggi hati. Keluhuran nenek moyang kita menggunakan perumpamaan ini, menunjukkan betapa peradaban masyarakat Indonesia begitu tinggi.

Peribahasa banyak menggunakan leksikon-leksikon tertentu, seperti tumbuhan, binatang, kosmis, benda, dan lain-lain. Tumbuh-tumbuhan yang ditemukan dalam peribahasa Indonesia adalah delima, kacang, kopi, nangka, ubi, cabai, cempedak, durian, limau, lada, bambu, mentimun, padi, rumput, tebu, mawar, pisang, jagung, kelapa, kunyit, dan sirih. Dari macam-macam tumbuhan tersebut padi merupakan tumbuhan yang banyak digunakan sebagai metafora dalam peribahasa Indonesia.

Berikut ini merupakan contoh peribahasa yang menggunakan metafora padi.

  • “Berjagung-jagung sementara padi belum masak”
  • “Ingat akan ilmu padi, kian berisi kian menunduk”
  • Padi ditanam tumbuh ilalang”

Banyaknya penggunaan padi dalam peribahasa mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang sangat kuat dengan tumbuhan ini. Pencipta peribahasa menggunakan nama-nama tidaklah sembarangan, melainkan berdasarkan pengamatan, penelitian, dan ketajaman rasa dan olah pikir melihat suatu kejadian.

Bahkan pada lambang negara Indonesia digunakan padi dan kapas sebagai simbol sila ke 5, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Peribahasa lain yang menggunakan padi adalah peribahasa “Berjagung-jagung sementara padi belum masak”dan “Padi ditanam tumbuh ilalang”. Peribahasa yang pertama membandingkan antara padi dengan jagung. Makna peribahasa “Berjagung-jagung sementara padi belum masak adalah ”Sambil menunggu barang yang baik, sementara gunakan barang seadanya”.

Secara harfiah, peribahasa yang menggunakan padi-jagung memiliki makna komplementer/pengganti/pelengkap bahwa padi dan jagung adalah dua jenis bahan makanan yang memiliki kesamaan jika dilihat dari fungsinya yang sebagai makanan pokok. Namun, padi digunakan lebih utama dibandingkan dengan jagung yang hanya sebagai pelengkap.

Peribahasa “Padi ditanam tumbuh ilalang” memiliki makna bahwa “orang yang sial, yang malang, yang bernasib buruk. Yang ditanamnya padi, tetapi yang tumbuh hanyalah alang-alang”. Peribahasa yang menggunakan kombinasi padi-ilalang memiliki makna pertentangan antara kebaikan dan keburukan; nasib baik dan nasib buruk.

Domain dari peribahasa yang menggunakan padi-ilalang adalah pertentangan (baik dan buruk). Padi adalah hal baik dan ilalang adalah hal buruk.

Dari paparan di atas jelas bahwa padi memiliki makna bagi masyarakat Indonesia. Padi adalah kebajikan, keutamaan, dan kemakmuran.

Padi bagi Masyarakat Indonesia

Padi merupakan sumber bahan makanan dan sumber penghasilan masyarakat Indonesia. Indonesia memiliki tanah yang subur serta wilayah yang sangat luas sehingga memiliki lahan persawahan yang sangat luas.

Indonesia adalah negara agraris sehingga masyarakatnya banyak yang berprofesi sebagai petani. Kedekatan masyarakat Indonesia dengan padi tentu saja begitu erat dan tak terpisahkan. Padi merupakan penopang kehidupan masyarakat Indonesia.

Masyarakat Indonesia dekat dengan tumbuhan padi sehingga kebaikan, keutamaan, dan kemakmuran menjadi makna dari peribahasa padi. Hal ini juga bisa dilihat dari bagaimana masyarakat Indonesia memiliki mitos-mitos mengenai padi.

Sebut saja Dewi Sri (Jawa) atau Nyai Pohaci (Sunda). Dewi Sri (bahasa Jawa), Nyai Pohaci (bahasa Sunda) adalah dewi pertanian, dewi padi dan sawah serta dewi kesuburan di pulau Jawa dan Bali. Pemuliaan dan pemujaannya berlangsung sejak masa pra-Hindu dan pra Islam di pulau Jawa.

Dewi Sri dipercaya menguasai ranah dunia bawah tanah. Perannya mencakup segala peran dewi yakni sebagai pelindung kelahiran dan kehidupan. Ia juga dapat mengendalikan bahan makanan di bumi terutama padi. Maka ia mengatur kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran.

Kepercayaan yang kuat terhadap dewi dan pemujaannya menjadikan padi merupakan bahan makanan yang dipuja oleh masyarakat Indonesia. Padi merupakan sesuatu yang utama, sumber kemakmuran, sumber kebaikan dan segala sesuatu yang mengatur kehidupan.

Referensi:

  • Chaer & Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Sibarani, Robert. 2004. Antropologi Linguistik, Linguistik Antripologi. Medan: Poda.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini