Gelora Mengenal Budaya Jaranan Dor Khas Jombang

Gelora Mengenal Budaya Jaranan Dor Khas Jombang
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Indonesia memiliki banyak budaya, kesenian yang telah lahir sejak zaman prasejarah. Keunikan setiap budayanya memiliki ciri khas yang mampu dinikmati oleh seluruh manusia. Di setiap provinsi Indonesia memiliki ciri khas masing-masing dalam budayanya mulai dari bentuk rumah, tarian, kebiasaan, dan lain sebagainya.

Salah satu budaya Indonesia yang masih terawat dan terlaksana di Jawa Timur khususnya Jombang yaitu, Jaran Kepang Dor. Budaya ini lahir pada tahun 1835, budaya ini adalah turunan dari budaya Kuda Lumping, yang berkembang di Jombang.Nama budaya ini lebih dikenal dengan sebutan Jepaplok Dor. Disebut demikian karena daimbil dari nama topeng Reog Lawas.

Awal cerita lahirnya budaya ini adalah pada saat Wiroguno seorang mantan prajurit Diponegoro dari Ponorogo yang ingin memberikan pesan kepada masyarakat untuk tidak mengikuti perintah Belanda lewat ilmu agama Islam yang telah beliau pahami. Namun, pada saat itu masyarakat Jombang masih kental dengan ilmu gaib sehingga Wiroguno merasa kesulitan untuk menyampaikan pesannya.

Akhirnya Wiroguno memiliki ide agar masyarakat tertarik dengan pesan yang akan dia ajarkan dan dia sampaikan dengan cara menampilkan kesenian Reog saat beliau di Ponorogo kala itu. Lambat laun, masyarakat tertarik untuk belajar ilmu agama Islam yang beliau ajarkan dan masyarakat menjadi tidak patuh terhadap aturan Belanda yang merugikan mereka.

Di tahun 1925 kebudayaan ini memiliki komunitas di daerah Jombang.Tepatnya di Desa Kemambang, Diwek yang beranggotakan 14 orang dan saat ini terdapat satu yang masih hidup yaitu Yasmo berusia 106 tahun di Desa Jatirejo Barat.

alat musik yang ditabuh untuk menghasilkan bunyi dor

Keunikan budaya Jaranan Dor Jombang ini adalah alat musik yang ketika ditabuh akan menghasilkan bunyi dor, sehingga masyarakat lebih sering menyebutnya jaran dor. Alat musik untuk kesenian Jaran Dor ini mulai kendang dan kimplung yang terdiri dari tiga biji dengan ukuran yang berbeda. Kimplung ini ada satu yang berukuran besar di sebut thong dan yang kecil di sebut ketipung. Sekarang, ada tambahan alat musik yaitu gong pekingsaron ketuk kenong yang biasa di sebut dengan gamelan.

Jaran Dor ini ditampilkan dengan tari pengiring dan tari bantengan. Ternyata, tampilan Jaran Dor ini ada urutannya, yaitu dimulai dari Tari Bapangan, Tari Jaranan Dor Jombang, Tari Topeng, Tari Jepaplok dan yang terakhir Tari Bantengan.

Sebelum menampilkan Jaranan Dor ada tampilan tari yang disebut Tari Bapangan. Ciri khas tari ini yaitu penari memakai topeng yang berbentuk mentul, matanya bulat, hidungnya besar, rambut, alis dan kumisnya panjang hingga ke bawah yang terbuat dari buntut sapi. Setelah itu baru Jaranan Dor ditampilkan. Jaranan Dor khas Jombang ini memiliki keunikan tersendiri dalam menampilkan tarinya, yaitu lebih condong mengarah ke gerakan pencak silat karena penarinya kebanyakan adalah pendekar silat sehingga jaranan ini terlihat menampilkan tari dengan apa adanya. Dahulu Jaranan ini hanya ditampilkan oleh laki-laki namun sekarang perempuan juga dapat ikut andil untuk menampilkan gerakan tersebut.

Kuda Lumping yang dipakai oleh Jaranan Dor ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu ujung ekornya berbentuk melengkung. Dahulu tarian ini menggunakan alat properti seperti potongan bambu, cambuk namun untuk era sekarang sudah tidak lagi seperti demikian. Dahulu, jaranan ini diiringi musik menggunakan kendang, tanjidor, tanpa iringan lagu. Tapi, untuk era sekarang Tari Jaranan Dor ini sudah memakai alunan lagu campur sari bahkan dangdut. Pakaian yang dikenakan oleh para penari ini adalah kaos belang merah hitam atau merah putih dilapisi baju panjang berwarna hitam seperti jas kemeja bentuknya, celana pendek yang berpleret merah, untuk laki-laki menggunakan kopyak dan sarung yang diikat di pinggang. Namun, semakin berkembangnya zaman pakaian ini mengikuti slera grub Tari Jaranan Dor masing-masing. Lalu, tarian Jaranan Dor ini dilanjutkan dengan tarian Jepaplok yang memiliki ciri khas menggunakan kepala hewan yang diikat diatas kepala sang penari. Setelah Tari Jepaplok selesai penampilan tari ini ditutup dengan Tari Bentengan yang memiliki keunikan sang penari mengikatkan kepalanya dengan kepala kerbau.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini