Rumah Pohon bagi Suku Korowai, Benarkah untuk Lindungi dari Zombie?

Rumah Pohon bagi Suku Korowai, Benarkah untuk Lindungi dari Zombie?
info gambar utama

Korowai merupakan suku yang hidup di pedalaman hutan Papua. Selain tidak tersentuh oleh modernitas zaman, suku ini memiliki keunikan lainnya, yaitu tinggal di rumah pohon. Bahkan rumah pohonnya sangat tinggi.

Dimuat dari Detik, Suku Korowai membangun rumah-rumah di atas ketinggian 8 hingga 15 meter. Bahkan ada juga rumah yang dibangun hingga 45 meter di atas pohon. Sehingga sulit untuk dijangkau manusia dan hewan buas lainnya.

Mantri Penuh Dedikasi: Kisah Marsellinus Wellip dan Pelayanan Kesehatan di Papua

Biasanya masyarakat Korowai menggunakan pohon beringin sebagai tiang penyangga rumah. Sedangkan untuk struktur rumah dibangun dengan ranting pohon, rotan, dan kulit pohon sagu.

“Rumah ini dibangun tanpa paku, hanya mengikat struktur dengan tali rotan yang mereka buat sendiri,” tulis laman tersebut.

Menghindar dari iblis

Rumah pohon ini akan bertahan selama tiga atau lima tahun. Pembangunan rumah pohon akan dilakukan oleh para pria Suku Korowai dan memakan waktu sekitar tiga hari. Untuk keamanan, rumah ini dilengkapi pembatas kayu.

Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan bukan tanpa alasan masyarakat Suku Korowai membangun rumah di atas pohon. Hal ini untuk menghindari keluarga mereka dari segala ancaman.

“Semakin tinggi rumah pohon, semakin aman keluarga yang tinggal di dalamnya dari ancaman pemburu kepala, binatang buas dan tidak terjangkau oleh nyamuk malaria,” kata Hari.

Peningkatan Pendidikan Literasi sebagai Langkah Awal Membangun SDM Indonesia yang Unggul

Selain itu, Suku Korowai juga mempercayai adanya sosok iblis yang menyerupai mayat bernama laleo. Makhluk ini berjalan pada malam hari untuk mencari kerabat mereka. Siapapun yang bersekutu dengan laleo diperbolehkan untuk dibunuh.

“Laleo adalah iblis atau zombie yang hidup di dunia serupa manusia, tetapi semua isinya bertentangan dengan yang ada pada manusia. Setan-setan melihat malam sebagai siang hari,” katanya.

Tak khawatir akan hancur

Orang-orang Suku Korowai mengaku merasa aman dengan hidup di atas pohon. Mereka juga tak khawatir rumah pohon itu bakal hancur tertiup angin karena sudah memperhitungkan diameter dan kekokohan pohon yang menjadi penopang.

Rumah pohon Suku Korowai tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga simbol hubungan sosial di antara mereka. Struktur rumah ini mencerminkan hubungan antar anggota keluarga.

Panggilan Hati Bhrisco Jordy Bangun Masa Depan Literasi Lewat Papua Future Project

“Sebuah rumah seringkali tidak hanya ditempati oleh pasangan suami-istri dan anak-anak mereka, tetapi juga oleh saudara mereka beserta keluarga,” jelasnya.

Karena itu mereka sering membagi tempat tinggal antara beberapa rumah, yang melibatkan hampir semua anggota keluarga. Ini menciptakan rasa pemisahan yang penting dalam struktur sosial mereka.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini