Panggilan Hati Bhrisco Jordy Bangun Masa Depan Literasi Lewat Papua Future Project

Panggilan Hati Bhrisco Jordy Bangun Masa Depan Literasi Lewat Papua Future Project
info gambar utama

PAPUA - Berangkat dari daerah timur Indonesia banyak dianggap sebagai suatu keterbatasan. Namun, lain cerita bagi Bhrisco Jordy Dudi Padato.

Dengan tekad dan semangat optimisme yang membara, pemuda asal Manokwari, Papua Barat ini justru menginisiasi ‘panggilan hatinya’ untuk membangun Papua Future Project suatu proyek ambisius untuk mengembangkan pendidikan literasi di sana.

Papua Future Project sendiri adalah sebuah komunitas anak muda yang berada di Manokwari yang memiliki interest kepada pendidikan literasi dan juga memberikan akses literasi kepada anak-anak, seperti pojok membaca di daerah pedalaman,” ungkap Jordy.

Eksistensi Papua Future Project terbentuk dari pengalaman pribadi Jordy yang telah 20 tahun lamanya lahir, besar, hingga menempuh bangku pendidikan di Papua. Setiap hari ia merasakan tantangan dari kesenjangan pendidikan di wilayah perkotaan dan wilayah remote atau daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar, red).

Selain itu, kurangnya kehadiran lembaga pendidikan dan angka tenaga pendidik profesional sangat berpengaruh dalam mendorong tingginya angka buta huruf, sehingga menjadi momok tersendiri bagi provinsi paling timur Indonesia kala itu.

Dua puluh tahun saya tinggal di Papua, kemudian kuliah 3 tahun di Jakarta, hingga mendapat salah satu beasiswa di universitas internasional. Ketika saya kembali ke tanah kelahiran, ternyata belum ada perubahan signifikan di sana,” tandas dia.

Saya pergi ke Pulau Mansinam, salah satu daerah yang jaraknya hanya sekitar 15 sampai 30 menit dari Kabupaten Manokwari dengan perahu dan saya kaget karena anak-anak di usia SMP itu bahkan belum bisa membaca sama sekali, menulis namanya pun itu belum bisa,”

Padahal menurut Jordy, Pulau Mansinam justru merupakan salah satu daerah paling bersejarah sebagai pulau tempat pertama kalinya Injil Kristen disebarkan di Tanah Papua. Nilai sejarah, budaya, hingga wisata seharusnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengeksplor daerah ini.

Meskipun demikian, eksotisme alam di pulau ini menyimpan satu fakta yang miris. Tingginya angka buta huruf justru menunjukkan rendahnya akses pendidikan yang dilirik pemerintah daerah.

Daerah yang jaraknya dekat sekali dari Ibu Kota Provinsi saja seperti ini, bagaimana anak-anak yang tinggal di daerah yang lebih jauh lagi, bahkan harus berjam-jam berjalan kaki untuk sampai sekolah. Situasi ini benar-benar membuka mata saya bahwa kita tidak bisa terus berharap kepada pemerintah,” imbuh Jordy.

Baca Juga: Indonesia Jadi Tuan Rumah ASEAN Village Network Meeting, Apa Itu?

Literasi Papua di Tangan Anak Muda

Debut Papua Future Project lahir dari ‘panggilan hati’ seorang Jordi dalam menginisiasi suatu pergerakan anak muda yang mampu berkontribusi bagi masa depan literasi Tanah Papua.

Langkah ini selaras dengan tujuan menciptakan sebuah model sustainable education atau pendidikan berkelanjutan sebagai upaya mendukung pemerataan fasilitas literasi di daerah 3T yang bahkan sama sekali tidak memiliki akses perpustakaan guna mendukung optimalisasi minat baca sejak dini.

Selain berfokus untuk pengembangan edukasi, gerakan Papua Future Project juga memberikan pelatihan tenaga pendidik lokal terkait konsep pembelajaran holistik atau kontekstual yang mampu diimplementasikan di daerah 3T.

Pembelajaran di daerah 3T harus bisa kontekstual atau disesuaikan dengan keadaan di sana. Namun sayangnya memang banyak sekali guru-guru di daerah pedalaman belum mendapatkan pelatihan seputar pendalaman metode seperti itu,” kata dia.

Selain itu, salah satu tantangan terbesar dalam optimalisasi gerakan ini adalah mengajak anak-anak muda Papua untuk ikut berpartisipasi sebagai volunteer. Sebagai sebuah aksi non-profit, Jordy mengaku bahwa susah sekali untuk menjaring lebih banyak tenaga anak-anak muda yang memang mau berkontribusi tanpa dibayar dengan pundi-pundi cuan.

Namun keadaan berbalik setelah Papua Future Project memenangkan apresiasi dari Satu Indonesia Awards yang diberikan oleh Astra Indonesia di tahun 2022. Aksi yang awalnya hanya bergerak di Pulau Mansinam saja, akhirnya semakin meluas hingga menjangkau 14 kampung di 8 Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya.

Tercatat hingga kini terdapat sekitar 725 anak-anak Papua yang sudah mendapatkan output dari program Papua Future Project dan 250 anak-anak muda dari seluruh Indonesia yang telah berpartisipasi secara aktif sebagai komunitas volunteer baik secara daring maupun luring.

Melangkah Lebih Jauh Lagi

Berbicara soal masa depan komunitas andalannya, Jordy memproyeksikan bahwa Papua Future Project masih mampu untuk melangkah lebih jauh lagi. Salah satu visinya adalah dengan menargetkan pembangunan pojok membaca dan akses pembelajaran literasi untuk 100 kampung di tahun 2025.

Untuk sekarang kami juga sedang berupaya untuk tidak hanya menjadi komunitas, tetapi juga lembaga bagi masa depan Papua, sehingga dampak yang kami berikan bisa lebih luas lagi ketika sudah berbadan hukum,” tegas Jordy.

Baca Juga: Eksperimen Pendidikan Romo Mangun di SDE Mangunan

Cita-cita ini tentu dapat tercapai dengan berkolaborasi bersama berbagai stakeholder terkait, mulai dari tingkatan terkecil hingga pemerintah pusat yang berpengaruh dalam menghadirkan akomodasi yang diperlukan gerakan ini.

Sebagai langkah awal, Papua Future Project sedang bekerja sama dengan pakar ahli, dosen, dan beberapa NGO, seperti UNICEF Indonesia untuk mengembangkan sebuah konsep pembelajaran holistic yang tidak hanya memuat materi, tetapi juga ada nilai-nilai menjaga kesadaran lingkungan, utilization of technology, bahasa Inggris, dan pendidikan karakter.

Satu hal yang penting adalah bagaimana anak-anak muda mengupayakan sesuatu pendidikan yang bukan hanya menjadi sekedar informasi sepertinya, tetapi bisa menjadi jawaban atau medium problem solving yang mampu membuat satu perubahan di masyarakat,” imbuh Jordy penghujung obrolan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini