Eksperimen Pendidikan Romo Mangun di SDE Mangunan

Eksperimen Pendidikan Romo Mangun di SDE Mangunan
info gambar utama

Jangan kaget jika pergi ke daerah Mangunan melihat Sekolah Dasar yang murid-muridnya belajar dengan pakaian bebas ala kadarnya, suka-suka mereka, dan tidak memakai seragam merah putih layaknya sekolah dasar lainnya. SD itu bernama SD Eksperimental Mangunan yang terletak di tengah kampung Mangunan, Yogyakarta.

Berawal dari SD Hampir Ditutup

SDE Mangunan awalnya bernama SD Kaniius yang berada di bawah Yayasan Kanisius. Pada tahun 1996, SD tersebut terancam ditutup karena kekurangan jumlah murid yang terus-menerus berkurang. Y.B Mangunwijaya, seorang pemuka agama, budayawan, sastrawan, aktivis, sampai arsitek, memutuskan mengambil alih SD Kanisius Mangunan.

Pria yang akrab dipanggil Romo Mangun itu sampai rela mencari murid dari satu pintu ke lain pintu rumah warga Mangunan agar ada anak yang terarik menjadi murid di SD Kanisius Mangunan. Selain mencari murid, Romo Mangun juga mencari pendanaan lewat jalinan kerja sama dengan berbagai mitra dan Kementerian Pendidikan Indonesia.

Di bawah Romo Mangun, SD Kanisius Mangunan berubah menjadi SDE Mangunan yang kini berada di bawah Yayasan Dinamika Edukasi miliknya. Pun, SDE Mangunan juga bermitra dengan Yayasan Kanisius dan Grasindo milik Gramedia.

SDE Mangunan sempat hanya mengkhususkan muridnya dari warga Mangunan saja, terutama mereka yang tidak berpunya. Akan tetapi, setelah Romo Mangun wafat pada 1999, SDE terancam tutup kembali karena siswa berkurang drastis.

Pada akhirnya, SDE Mangunan membuka pendataran bagi murid dari luar SD Mangunan, tetapi tetap memprioritaskan mereka yang tidak memiliki banyak dana untuk bersekolah. Sistem pembayaran yang diterapkan dalam SDE Mangunan adalah dengan subsidi silang, di mana keluarga yang mampu akan ditawari untuk membantu pembiayaan keluarga yang kurang mampu.

Sampai sekarang, SDE Mangunan sudah melebarkan sayapnya sampai memiliki TK dan SMP.

Baca juga: Cerita Sekolah Ongko Loro, Tempat Bung Karno Mengenyam Pendidikan Dasar

Bentuk Eksperimen Pendidikan Romo Mangun

Sebagaimana nama “eksperimental” yang ia sandang, SDE Mangunan merupakan bentuk eksperimen pendidikan milik Romo Mangun. Imam Gereja Katolik Roma itu menganggap pendidikan dasar sangat penting untuk membangun karakter manusia. Untuk membangun karakter manusia yang berbudi pekerti, maka pendidikan dasar menjadi fase krusial untuk menyemainya.

Bagi Romo Mangun, pendidikan itu harus memerdekakan, menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, dilakukan seumur hidup, dan tersedia bagi siapapun, terutama untuk kaum miskin. Konsep itulah yang diterapkan Romo Mangun di SDE Mangunan.

Tidak Ada Pagar dan Seragam

SDE Mangunan tidak memiliki pagar, kecuali pada halaman belakang yang berbatasan dengan rel kereta api. Ketiadaan pagar yang memisahkan antara sekolah dan masyarakat. Siswa harus dekat dengan masyarakat agar mengenal masyarakatnya sendiri. Tidak segan-segan pula kurikulum sekolah juga mengajak siswa belajar dengan turun langsung di masyarakat, seperti melakukan aksi bakti sosial.

SDE Mangunan juga tidak mengenal seragam, kecuali hari senin di mana para murid wajib memakai batik. Murid diperbolehkan memakai pakaian sesuka hatinya, asal sopan. Peniadaan seragam ini bertujuan untuk mengapresiasi karakter murid yang berbeda-beda dan unik.

Baca juga: Keceriaan Anak-Anak Sekolah Dasar di Desa Sikara-kara menerima bantuan perlengkapan sekolah dari The School Projects

Kurikulum yang Berbeda

Kurikulum SDE Mangunan berbeda dengan SD negeri biasanya. Semua basis kurikulum SDE Mangunan didasarkan dari pemikiran Romo Mangun.

Kurikulum bagi kami adalah integrasi antara anak sebagai pembelajar, alam tempat dia belajar, dan alat untuk mengembangkan anak,” ucap Romo Edy, Kepala Kantor Yayasan Dinamika Edukasi Dasar Romo Basilius sebagaimana dikutip dari Katolikana.com.

Selain mata pelajaran wajib yang biasa diberikan di banyak SD, SDE Mangunan memiliki lima mata pelajaran tambahan yang bernama Kotak Pertanyaan, Musik Pendidikan, Matematika Pluspunt, Membaca Buku Bagus, dan Komunikasi Iman. Penambahan lima mata pelajaran itu dilakukan untuk menambahkan kualitas belajar murid-murid yang bersekolah di sana.

Di sisi lain, nilai bukan menjadi prioritas utama pembelajaran di SDE Mangunan. Asal murid berkinginan kuat belajar, maka sekolah dengan senang hati memfasilitasi, karena keinginan belajar lebih substansial daripada nilai yang belum tentu mencerminkan kualitas belajar tertentu.

Referensi:

  • https://www.suara.com/news/2018/12/10/161536/sd-mangunan-ini-tanpa-pagar-seragam-dan-tidak-ada-pelajaran-agama?page=all
  • https://www.katolikana.com/2022/06/08/sekolah-eksperimental-mangunan-kembangkan-pendidikan-dasar-untuk-pemekaran-utuh-kepribadian-anak/
  • https://eksperimental.org/sdeksperimental/
  • https://hmpsfis.student.uny.ac.id/?p=1077

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini