Banyumas Atasi Masalah Sampah dengan Program “Sumpah Beruang”

Banyumas Atasi Masalah Sampah dengan Program “Sumpah Beruang”
info gambar utama

Suatu kota atau kabupaten pasti menghadapi permasalahan sampah yang pada umumnya sampah hanya dikumpulkan hingga menumpuk begitu saja di tempat pembuangan akhir (TPA), tahukah Kawan GNFI ternyata ada salah satu kabupaten di Jawa Tengah pada 2023 yang berhasil mengolah seluruh sampahnya menjadi produk tanpa menyisakan residu yang dapat mencemari lingkungan yaitu Kabupaten Banyumas. Bupati Banyumas itu sendiri ialah Insinyur Achmad Husein yang sudah menjabat sebagai Bupati Banyumas dua periode sejak 2013.

Sebelum menjadi bupati, Achmad Husein pernah menjabat sebagai direktur utama PDAM Banyumas pada tahun 2005 sampai 2007. Achmad Husein, seorang yang tenang, humoris, bekerja keras, dan juga ramah ternyata memiliki julukan ‘bakul peso’ atau penjual pisau karena berawal dari salah satu laman sosial medianya Achmad Husein sedang memakai peci yang miring sehingga dijuluki warganet dengan ‘bakul peso’ karena identik dengan pecinya.

Latar belakang adanya inovasi pengelolaan sampah saat ini karena ketika akhir masa jabatan periode pertama Achmad Husein mendapati keluhan warga karena tempat pembuangan akhir mengalami bencana longsor hingga masuk ke area sawah yang tentunya sangat merugikan warga. Kemudian Achmad Husein melakukan studi banding ke beberapa daerah dan menemukan filosofi yaitu sampah semula adalah berasal dari barang-barang yang bermanfaat. Oleh karena itu, meskipun sudah menjadi barang yang bau dan menjijikkan, sebisa mungkin sampah itu dikembalikan lagi menjadi barang yang bermanfaat.

Program yang dilaksanakan Bupati Husein ialah bernama “Sumpah Beruang” yang memiliki singkatan sulap sampah berubah uang. Saat ini sudah ada 29 tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) yang sudah tersebar di Banyumas dengan tambahan 10 lagi yang sedang dibangun pada tahun 2023. Awalnya mesin ini dibuat secara sederhana yang diuji coba sendiri oleh Achmad Husein seperti mesin dilengkapi baling-baling pisau untuk mencacahnya. Mesin yang digunakan untuk memilah sampah antara organik dan anorganik yaitu bernama Bag Opener yang memiliki kapasitas sekitar 3-5 meter kubik.

Produk yang dihasilkan dari sampah organik yaitu berupa media manggot, setelah itu bekas hasil media manggot juga bisa dijadikan pupuk kompos maupun sebagai campuran bahan bakar refuse derived fuel (RDF). Sampah Organik dapat menghasilkan sekitar 3,5 ton manggot per hari yang dijual Rp5.000 setiap kilogramnya. Sementara sampah anorganik seperti plastik dapat diolah menjadi paving blok yang awalnya dicetak secara manual tetapi sekarang sudah memiliki mesin pencetak paving sendiri, dan memiliki kapasitas untuk per harinya sekitar 500-600 produk paving blok, serta produk berikutnya yaitu refuse derived fuel (RDF) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara yang nantinya akan disalurkan ke PT Solusi Bangun Indonesia (SBI).

Sehari RDF yang bisa dihasilkan mencapai 24 ton yang dijual dengan harga Rp375.000 per tonnya. Hasil penjualan tersebut nantinya akan dikelola oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang mengelola pusat daur ulang dan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) yang ada di Banyumas. Banyumas juga membuat aplikasi salinmas (sampah online Banyumas) dan jeknyong (ojeke inyong) sebagai inovasi baru dalam menangani sampah di Kabupaten Banyumas.

Sampah bisa ditukar lewat aplikasi dan dibayar sesuai dengan harga yang tertera di aplikasi lalu sampahnya nanti akan dijemput oleh petugas jeknyong untuk membantu memudahkan dalam bentuk mengedukasi masyarakat untuk memilah sampah dalam hal rumah tangga terlebih dahulu. Pengelolaan sampah ini tentunya melibatkan masyarakat secara modern seperti merangkul kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang sudah terbukti mampu mengolah sampah terpadu seperti keseluruhan sampah dari beberapa desa maupun kecamatan sehingga mampu berdampak dalam segi ekonomi masyarakat seperti menurunnya angka kemiskinan.

Keberhasilan yang diperoleh Achmad Husein saat ini membuahkan hasil seperti menjadi pembicara di konferensi iklim PBB di Mesir, Beban APBD turun, pendapatan asli daerah naik tiga kali lipat yang awalnya 280 miliar menjadi 900 miliar, kelompok swadaya masyarakat meraih laba bersih sekitar 50 juta per bulan dari 1 tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), dan ketika mendekati masa akhir jabatan periode kedua Banyumas menjadi tuan rumah Smart Green ASEAN Cities (SGAC) pada tanggal 12-14 September 2023 yang menjadi contoh dalam penerapan sistem pengelolaan di kota dan negara mereka masing-masing.

Referensi Data:

https://youtu.be/DMX25IURguY?si=DEW4xeZM_ytYr1OS

Tiktok Banyumas Zero Waste



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini