Sungai Siluk: Sebuah Ruang Seni bagi Pameran Sewu Lukisan Anak

Sungai Siluk: Sebuah Ruang Seni bagi Pameran Sewu Lukisan Anak
info gambar utama

Ketika mendengar kata sungai, pasti yang terbesit dalam benak adalah sebuah aliran air dari hulu menuju hilir dengan pemandangan indahnya, serta hamparan pemandangan rumah di sekitar bantaran sungainya.

Konon katanya, sebuah sungai tidak hanya membawa air, tetapi juga membawa kehidupan. Seperti adanya Sungai Siluk yang kami kunjungi pada 28 Oktober 2023 lalu. Dengan semangat Sumpah Pemuda, kami berkesempatan mengunjungi Sungai Siluk yang terletak di Jl. Imogiri Siluk, Siluk 2, Siuk 2, Selopamioro, Kec. Imogiri, Bantul, Yogyakarta yang menghadirkan keberkahan dan kehidupan dengan adanya “Sekolah Sungai Siluk” (SSS).

Berkunjung ke sana tentu saja bukan tanpa tujuan. Saya bersama kawan-kawan sengaja berkunjung untuk menikmati dan mengapresiasi karya dalam pameran yang menampilkan lukisan anak yang berjumlah lebih dari 1.000 buah yang diselenggarakan oleh SSS.

Kapan lagi bisa melihat pameran lukisan anak di bantaran sungai? Memang sudah semestinya bahwa seni sebagai satu disiplin yang tidak terpisahkan dengan praktik keseharian dan melahirkan percakapan di antara apa yang sudah berlangsung dalam kehidupan sehari-hari dan apa yang diimajinasikan untuk membangun sebuah dunia yang lebih baik tanpa terbatas ruang dan waktu.

Hal ini tentu saja dapat memutus stigma kebanyakan orang bahwa pameran lukisan harus diselenggarakan dalam sebuah ruang galeri seni yang eksklusif. Dengan diselenggarakannya pameran lukisan anak di bantaran sungai Siluk tepatnya di Siluk Art Education (SAE) tentu sangat menarik dan lebih inklusi. Pameran lukisan anak ini memang menjadi acara tahunan dari SSS sebagai bentuk apresiasi hasil karya, melatih kreativitas, dan mewujudkan imajinasi anak-anak yang belajar seni rupa di sana.

Beberapa karya lukisan anak dipamerkan dalam Siluk Art Education
info gambar

“Pameran Sewu Lukisan Anak #5” ini dibuka oleh produser dan sutradara film kenamaan Ifa Isfansyah. Ifa menyebutkan dirinya tertarik dan berencana untuk melakukan pelatihan terkait perfilman yang akan diselenggarakan di SSS tersebut. Sesuai namanya (#5), pameran ini merupakan kali kelimanya yang diselenggarakan oleh SSS.

Sebagai tambahan informasi, Kawan GNFI juga harus tahu bahwa SSS ini merupakan sekolah edukasi yang berdiri atas inisiasi dari Kuat pada 2016 dengan bantuan dana dan pembinaan dari PLN. “Awal berdirinya dulu berada di bawah jembatan Sungai Siluk, tapi karena terkena banjir maka kami pindah ke bantaran sungai supaya anak-anak lebih nyaman dan aman dalam belajar,” kata Kuat saat diwawancarai.

Adanya sekolah sungai Siluk ini juga sekaligus mengedukasi masyarakat supaya tidak membuang sampah di sungai. Sekolah di Sungai Siluk ini juga tanpa dipungut biaya dengan syarat setiap anak yang akan belajar di SSS harus membawa minimal tiga botol plastik untuk dikumpulkan kemudian dijual ke pengepul setiap harinya. Tentu ini dapat mengedukasi anak-anak untuk mengurangi sampah plastik.

Proses wawancara dengan founder Sekolah Sungai Siluk
info gambar

Di sana, anak-anak dapat mengikuti berbagai kelas gratis di antaranya kelas melukis, kelas tari, kelas teater, kelas senam, kelas bimbel, dan kelas desain. Selain pameran, beberapa acara juga kerap diadakan dengan merespon permintaan dan kebutuhan dari masyarakat setempat, seperti pentas karawitan anak dan orang tua, pengajian, pemutaran film, bahkan pentas tari yang diadakan dengan event tersendiri.

Di SSS ini, Kawan GNFI juga dapat mengunjungi library digital, menyewa sepeda listrik ataupun scooter listriknya yang tentu saja lebih ramah lingkungan, dan menikmati kuliner yang sangat culture sehingga dapat memajukan UMKM setempat. Hal tersebut tentu menjadikan Sekolah Sungai Siluk kian terus berkembang.

Dalam “Pameran Sewu Lukisan Anak #5” ini menampilkan 1086 karya dari 82 anak didik Sekolah Sungai Siluk dan 48 peserta yang lolos seleksi dari berbagai daerah di luar Yogyakarta dan bisa dinikmati dan diapresiasi pada 28 Oktober sampai 4 November 2023 secara gratis.

Nantinya, setelah pameran ini berakhir semua karya akan diarsipkan sebagai penanda untuk tahun-tahun berikutnya yang suatu saat akan dipamerkan lagi dan tentu saja sebagai rekam jejak kenangan bagi anak-anak ketika telah beranjak dewasa. Seperti halnya Weda sang “seniman” cilik, salah satu partisipan pameran tersebut. Ia dengan senang dan antusias menunjukkan karyanya yang berupa lukisan ikan koi. “Senang sekali bisa berkarya dan ikut pameran, aku melukis ikan koi karena lebih simpel aja sih,” katanya saat dijumpai beberapa waktu lalu.

Weda saat menunjukkan karya
info gambar

Adanya pameran ini juga mendapatkan respon yang positif dari warga setempat dan para orang tua. Selain berkarya, anak-anak juga berlatih merawat karyanya sendiri. Dengan pengalaman bertemu dengan orang-orang baru saat pembukaan pameran dan pengalaman mulai dari persiapan hingga terselenggaranya pameran, mereka dapat menambah nilai yang berharga bagi anak-anak kelak.

Terkait karya lukisan yang berjumlah sangat banyak ini tentu dibuat untuk meningkatkan semangat berkarya pada anak-anak setiap minggunya. Terselenggaranya pameran ini juga melibatkan perjuangan dari berbagai pihak yang tentu tidak mudah terutama dari para pengajar dalam proses mengajarkan ilmunya kepada anak-anak.

Kepada mereka yang telah tergugah hatinya walaupun tanpa imbalan yang tak seberapa, tentu saja menjadi tantangan jika bukan karena dorongan jiwa humanis-sosialisnya dan kecintaannya. Dengan tagline #OJOISINTUMINDAKBECIK (bahasa Jawa yang berarti jangan malu berbuat baik) tentu sudah seharusnya menggugah kita untuk peduli dan berbuat baik dengan lingkungan sekitar dan terus merawatnya walaupun dengan cara yang sederhana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini