Biennale Jogja 17: Hadirkan Nuansa Berbeda dengan Tema “Titen”

Biennale Jogja 17: Hadirkan Nuansa Berbeda dengan Tema “Titen”
info gambar utama

Kawan GNFI pasti sudah tidak asing lagi dengan ‘Biennale’ yang sedang diadakan baru-baru ini. Biennale merupakan pameran seni yang digelar setiap dua tahun sekali. Menurut Yayasan Biennale Yogyakarta, Biennale Jogja termasuk dalam Biennale Internasional yang berfokus pada seni rupa sejak tahun 1988 dan diadakan setiap dua tahun sekali.

Biennale Jogja 17 yang diadakan pada tanggal 6 Oktober hingga 25 November 2023 kali ini mengusung nuansa yang berbeda dengan menghadirkan 69 seniman dari kawasan Eropa Timur, Asia Selatan, dan juga Indonesia. Seniman-seniman yang turut serta berpartisipasi dalam Biennale Jogja 17 antara lain Endang Lestari (Yogyakarta/Aceh), Erub Arts (Torres Strait Island), Anca Bucur (Bucharest), Jasmina Cibic (Ljubljana/London), Nadya Jiwa (bandung/Jakarta), dan masih banyak lagi.

Kawan, Biennale Jogja 17 ini diselenggarakan di berbagai tempat di Yogyakata yang terbagi menjadi 4 area yaitu Taman Budaya Yogyakarta, Bangunjiwo, Panggungharjo, dan Area Pabrik Gula Madukismo. Terdapat 13 titik pameran yang dapat diakses seperti di Area Bagunjiwo, pameran diselenggarakan di Kantor Kelurahan bagunjiwo, Lohjinawi, Monumen Bibis, Joning Artspase, Sekar Mataram, dan Rumah Tua. Selain itu, untuk area Panggungharjo pameran diselenggarakan di Kantor Kelurahan Panggungharjo, Gedung Olahraga Panggungharjo, The Ratan, Kawasan Budaya Karang Kitri, dan Kampoeng Mataraman.

Acara ini memilih judul ‘TITEN: Pengetahuan Menumbuh, Pijakan Berubah’ untuk menunjukkan gerakan yang beragam namun saling beririsan dengan praktik yang tumbuh di kawasan Global Selatan dan relasi historisnya pada lintas Selatan ke Selatan. Kata titen diambil dari bahasa Jawa (ilmu titen) di mana diartikan sebagai kemampuan atau kepekaan seseorang dalam membaca tanda-tanda yang ada di alam. Ilmu ini digunakan untuk membuat suatu keputusan tindakan apa yang diperlukan untuk menanggapi dan mengantisipasi gejala alam yang terjadi.

Titen dipilih untuk mendekatkan karya seni dengan masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan seni pada hakikatnya merupakan suatu praktik kehidupan dan tidak seharusnya berjarak dengan masyarakat.

Biennale Jogja 17 yang diselenggarakan mengusung gagasan trans-lokalitas dan trans-historisitas. Gagasan ini diusung agar dapat menjadi titik temu antara pandangan de-kolonial, juga menjadi langkah awal agar budaya dan pertemuan ideology antar wilayah bekas jajahan yang terpinggirkan dapat terlihat kembali guna menjaga kearifan lokal.

Konsep trans-lokalitas adalah upaya Biennale Jogja untuk menghubungkan pengetahuan dari beberapa lokalitas, sistem seni budaya dari adat tertentu, pengetahuan artikulasi dari bahasa lokal, juga mimpi untuk menyatukan seniman dari seluruh dunia sebagai wadah pertemuan dan pertukaran pengetahuan melalui seni dan budaya.

Kawan, selain itu gagasan trans-historisitas yang diangkat terinspirasi dari perjalanan sejarah gerakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) untuk ikut berkontribusi dalam perubahan tatanan kekuasaan di dunia seni rupa. Hal ini karena Indonesia dianggap berhasil menggagas diadakannya pertemuan negara-negara yang baru saja merdeka di kawasan Asia-Afrika.

Berbagai rangkaian acara, Biennale Jogja menempatkan acara di beberapa titik yang tersebar di pinggiran kota. Hal ini dilakukan untuk melakukan praktik kesenian yang lebih dekat dengan masyarakat, di mana melibatkan partisipasi masyarakat dan acara kesenian ini. Hal ini juga dilakukan agar dapat menciptakan perbincangan yang luas mengenai bermacam-macam latar budaya yang berbeda.

Selain pameran seni utama, Biennale Jogja juga mengadakan program untuk publik yang terdiri pertunjukan, diskusi, pemutaran film, dan lainnya. Acara-acara yang diselenggarakan seperti Tangga Teparo, Biennale Forum, Wicara Kurator, Pilin Takarir, Pameran Seni Rupa Anak, Baku Pandang, Tur Kuratorial, dan Bentang Silir.

Sumber:

Web Yayasan Biennale Jogja: https://www.biennalejogja.org

Yayasan Biennale Jogja: https://www.biennalejogja.org/tentang-biennale-jogja/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini