Gibran Huzaifah: #TumbuhBersama eFishery dan Pembudidaya Ikan-Udang Membasmi Kelaparan

Gibran Huzaifah: #TumbuhBersama eFishery dan Pembudidaya Ikan-Udang Membasmi Kelaparan
info gambar utama

Dalam hiruk-pikuk kota metropolitan, tersembunyi kisah pemuda yang sangat inspiratif. Ia adalah sosok pemuda yang memiliki pemikiran inovatif dan bertujuan mulia untuk Indonesia.

Di masa kecil sudah terlihat sosoknya yang akan menjadi lentera bagi masyarakat Indonesia. Saat anak seusianya gemar bermain, ia lebih memilih untuk menyelami buku-buku pengetahuan, belajar adalah rutinitasnya tiap hari. Ia adalah Gibran Huzaifah, sosok pemuda inspiratif yang membawa cakrawala baru untuk industri perikanan di Indonesia.

Gibran lahir di Pulogadung pada 31 Desember 1989 dalam keluarga sangat sederhana. Meskipun begitu, semangat juangnya yang tinggi berhasil membawanya menjadi mahasiswa ITB dan membuat orang tua nya berbinar tersenyum bangga pada putranya itu. Namun ketika masih awal masuk kuliah, suatu pengalaman yang mengguncangkan menimpa dirinya.

3 Hari Perut Kosong, Gibran Hampir Putus Asa

Waktu itu ketika bulan Ramadhan, Gibran tidak sempat sahur karena bangun kesiangan dan uang sakunya sisa 6rb saja. Dengan berbekal uang 6rb itu, paginya ia pun berangkat kuliah dengan menaiki kendaraan umum yang harganya Rp5.500.

Badan yang lemas, perut yang keroncongan, dan sisa uang yang hanya Rp500 itu membuatnya tidak bisa pulang ke kos. Akhirnya dengan tertatih-tatih setelah selesai kuliah di sore hari, ia pun memutuskan untuk bermalam dan buka puasa dengan 3 biji kurma di masjid kampus.

Kepasrahan dirinya pada sang pencipta mendorong dirinya untuk menginfakkan saja sisa uang Rp500 itu ke kotak amal. Perut yang kosong tanpa isi sama sekali, hanya seteguk air yang ada didalamnya, Gibran rasakan hingga 3 hari berturut-turut.

Ia tidur di masjid, tanpa sahur, dan buka puasa hanya dengan air yang tersedia di masjid. Di hari yang ketiga itu, ia sudah benar-benar di titik tidak berdaya, perut yang sangat perih, pusing dengan mata berkunang-kunang, dan benar-benar pasrah kalau saja ia kehilangan nyawa di masjid karena kelaparan. Ketika itu, gibran merasa malu dan tidak tega untuk minta uang saku ke orang tuanya karena memang kondisi keuangan keluarga pun juga kurang mendukung.

Angan-angan yang sudah melayang kemana-mana terpatahkan ketika tiba-tiba HP nya bergetar ada pesan masuk di jam 1 malam, ternyata itu ibunya. Tertulis di pesan itu “Kak, uang udah dikirim maaf terlambat,” kata Gibran, dikutip dari kanal youtube Gita Wirjawan.

Akhirnya dengan uang yang ada itu, ia bisa mengisi perut kosongnya dengan lezatnya makanan setelah tiga hari tanpa isi makanan sedikitpun. Pengalaman tak terlupakan inilah yang ternyata menjadi pesan dari alam semesta dan jalan Gibran menuju kesuksesan yang nyata.

Tragedi Kelaparannya Membawa Gibran Sukses di Bisnis Lele

Kelaparan yang menimpanya selama tiga hari berturut-turut, mengilhami Gibran terjun ke bidang pangan agar masyarakat tidak merasakan perihnya perut kosong karena kelaparan. Jiwa entrepreneurship sudah mulai terbentuk ketika masa awal kuliah. Ia berusaha secara kreatif untuk bisa survive selama kuliah dan tidak meminta uang ke orang tuanya lagi.

Ia pernah berjualan donat ke kantin kampus, menjual sayur ke restoran-restoran, dan bahkan menjual cacing serta pupuk komposnya dan akhirnya sekarang berakhir di bidang perikanan. Awal mula ia terjun ke bidang perikanan pun sebenarnya tidak disengaja, diawali dari keikutsertaannya dalam perkuliahan akuakultur.

Suatu hari setelah ia selesai mengikuti kelas akuakultur dan memperoleh ilmu dari dosennya yang sangat inspiring, muncul ide cemerlang dalam kepala kreatifnya Gibran. Ia langsung mencari kolam ikan dan akhirnya dapatlah ia 1 kolam ikan yang bisa disewa di daerah Bandung Selatan.

Gibran langsung mengeksekusi kolam sewaannya itu, ditebarlah bibit lokal ikan lele ke dalam kolam tersebut. Masa panen sudah tiba dan di titik inilah ia berusaha ‘memutar’ otak mau dikemanakan hasil panen lele nya yang berjumlah 130 kg itu. Setelah gagal menawarkan hasil panennya ke penjual pecel lele dan pasar ikan, hasil panen Gibran pun berakhir di tengkulak. Namun, profit yang diperoleh ketika itu tidak seberapa, hanya Rp500 per kg nya dan total profitnya selama 2 bulan bisnis ikan lele itu hanya Rp65.000.

Menyadari profit yang diperoleh selama dua bulan di panen pertamanya itu sangat sedikit, Gibran pun berusaha untuk ‘memutar’ otak lagi bagaimana agar ikan lele nya itu bisa dijual tiap hari dan memperoleh untung yang lebih banyak.

Akhirnya, ia pun membuka bisnis kuliner olahan ikan (fillet dan nugget) di kantin kampus dengan nama brand nya adalah Dori. Keputusan cemerlangnya inilah yang akhirnya berhasil membawa bisnis lele tersebut semakin berkembang, dari yang awalnya hanya memiliki 1 cabang brand Dori menjadi 7 cabang dan dari awalnya memiliki 1 kolam menjadi 26 kolam. Dan yang paling fantastis nya adalah ketika ia sudah lulus dari ITB, Gibran sudah berhasil mempunyai 76 kolam ikan lele dengan omset mencapai Rp3 M.

Dari Pembudidaya Lele Menjadi CEO Startup eFishery

Foto: Instagram eFishery Official

Kesuksesannya pada bisnis lele tidak membuat Gibran berhenti begitu saja untuk terus berkembang di bidang perikanan dan inilah yang akhirnya menjadi titik awal muncul ide cemerlang nan inovatif, yakni terbentuknya eFishery. Ide startup ini muncul ketika Gibran ingin mengembangkan kolam ikan lele miliknya menjadi 1000 kolam. Ia kesana kemari mengunjungi pembudidaya satu ke pembudidaya lainnya yang sudah sukses di wilayah Jawa Barat untuk saling sharing pengalaman.

Suatu hari, ia mengobrol dengan pembudidaya ikan bernama Pak Haji yang sudah memiliki 2000 kolam ikan. Dari obrolannya tersebut, Gibran memperoleh ide cemerlang untuk mengatasi masalah pakan yang kerap kali menghantui para pembudidaya dimana cost production untuk pakan saja mencapai 70-90% dari total keseluruhan.

Semakin besar dan banyak kolamnya, biaya untuk pakan semakin banyak, belum lagi kalau ada karyawannya yang curang menjual pakan ikan tersebut secara diam-diam. Permasalahan lainnya adalah pemberian pakan masih dilakukan secara manual sehingga terkadang lupa diberi makan yang mana berpengaruh pada besar kecilnya ikan. Mendengar adanya permasalahan itu, Gibran menyeletuk begitu saja ke Pak Haji bahwa dia akan membuatkan sebuah alat yang bisa memberi pakan ikan secara otomatis hanya dengan klik melalui smartphone.

Awalnya tidak ada pikiran sama sekali ingin membuat sebuah alat dan membangun startup eFishery, namun ternyata pertemuannya dengan Pak Haji pada tahun 2013 saat itu membawanya menjadi sosok yang sangat inspiratif hingga sekarang. Perjuangan yang tiada henti, perjalanan naik turun seperti roller coaster hingga pernah di titik kehabisan modal, akhirnya berhasil dilewati dan pada tahun 2023 ini, Gibran dan para tim berhasil membawa eFishery menjadi startup dengan status Unicorn dan memperoleh pendanaan Seri D sejumlah US$ 200 juta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini