Beji Antaboga dan Harmoni Keragaman Agama di Banyuwangi

Beji Antaboga dan Harmoni Keragaman Agama di Banyuwangi
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Negara Indonesia yang plural ini menuntut masyarakatnya untuk senantiasa menjunjung tinggi toleransi. Keberagaman agama apalagi, hendaknya menjadi satu aspek mengapa sikap saling menghargai bernilai wajib agar kehidupan semakin harmonis. Gambaran keragaman agama di Indonesia dapat kita temui dalam berbagai bentuk, salah satunya dari destinasi wisata Beji Antaboga.

Beji Antaboga merupakan wisata religi yang terbuka untuk masyarakat umum baik lokal maupun mancanegara. Berada di lereng Gunung Raung dengan dikelilingi hutan pinus wilayah Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat, Dusun Selorejo, Desa Kalirejo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.

Pemilihan istilah "Beji Antaboga" sendiri diambil dari salah satu nama Sang Hyang Naga Tiga (kepercayaan oleh umat Hindu) yaitu Ananthaboga yang melambangkan bumi. Lalu apa hubungan antara wisata ini dengan keragaman agama? Ya. Beji Antaboga rupanya adalah hutan seluas 3 Hektar, di dalamnya terdapat enam simbol agama yang resmi dianut oleh masyarakat Indonesia. Enam agama tersebut seperti yang kita ketahui saat ini yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hucu.

Tempat ini dipercaya sebagai petilasan Resi Markandeya, penyebar ajaran agama Hindu di Bali. Awalnya Beji Antaboga hanya diperuntukkan sebagai tempat ibadah umat Hindu. Namun, seiring berjalannya waktu kemudian didirikan bangunan ibadah agama lainnya.

Kita bahas mulai dari tempat peribadatan umah Hindu yakni Pura Beji Ananthaboga yang pertama kali dibangun di kawasan wisata ini. Pembangunannya selesai pada Juli 2011. Memiliki 15 sumber mata air yang diberi nama Pancur Sewu. Salah satu di antara sumber tersebut mengeluarkan air yang meluap hingga disebut sebagai Tirta Mumbul.

Sebenarnya bangunan peribadatan Hindu tak hanya satu. Terdapat Petirtaan dan Pelinggih Dewi Gangga yang seringkali digunakan untuk upacara ruwatan. Selain itu, ada pula Padmasanan Nandini dan Pelinggih Siwa Budha, Gumuk Bedawang Nala, Campuhan Tiga, Gumuk Ganesha dan Linggayoni, Pelinggih Wishnu dan Brahma, Ratu Gede Dalem Ped sebagai Dewa Penjaga serta Ibu Pertiwi.

Kedua yakni tempat peribadatan umat Budha dan Konghucu berupa Altar Dewi Kwan Im. Altar ini sebelumnya berada di antara pohon beringin yang cukup besar. Kemudian dilakukan relokasi hingga mendapatkan posisi yang sesuai di salah satu petirtaan Beji Antaboga.

Ketiga, tempat peribadatan umat Islam. Dalam kawasan wisata ini, umat Islam dapat melakukan ibadah di sebuah surau. Surau merupakan tempat seperti masjid namun tidak digunakan untuk sholat Jumat. Bentuknya kurang lebih seperti mushola. Lokasinya berada di dekat pintu masuk Beji Antaboga dan sudah dilengkapi dengan peralatan ibadah serta Al-Quran. Pancuran di dekat surau difungsikan sebagai tempat berwudhu.

Selanjutnya, tempat peribadatan umat Kristen dan Katolik berupa Bukit Maria Medali Wasiat, Bukit Yesus serta Bukit Maria yang memangku Yesus setelah disalib. Pemberkatan tempat ibadah ini dihadiri oleh umat Kristen dan Katolik pada 4 Juni 2016 lalu. Kini dapat digunakan untuk melakukan Misa di tiap bulannya. Pembangunan wisata religi ini akhirnya selesai pada tahun 2016 lalu mulai dibuka untuk masyarakat umum.

Untuk masuk ke dalam Beji Antaboga, masyarakat tidak dipungut biaya sepersen pun. Hanya disediakan kotak amal kepada siapa saja yang ingin berdonasi untuk biaya pemeliharaan tempat ibadah. Pengunjung juga diwajibkan untuk menaati peraturan yang ada dan saling menghormati satu sama lainnya. Tidak perlu khawatir soal perbekalan karena sudah stanby UMKM yang menjajakan makanan dan minuman.

Bangunan ibadah tiap umat beragama di kawasan Beji Antaboga sengaja ditata berdampingan agar menjadi ukiran toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Beji Antaboga merupakan simbol persatuan dan keharmonisan di tengah keragaman. Mengajak kita untuk menghargai peran masing-masing kepercayaan agama dalam memelihara keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini