Orang Sumatera Yang Mencintai Makanan Daerah Khas Pulau Jawa

Orang Sumatera Yang Mencintai Makanan Daerah Khas Pulau Jawa
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbungUntukMelambung

Perkenalkan, saya adalah seorang wanita berdarah Kalimantan yang lahir di Jakarta dan dibesarkan di Medan.

Papa saya berasal dari Kalimantan Barat tepatnya di Pontianak, dan Mama saya berasal dari Jakarta.Kami sekeluarga memutuskan untuk pindah ke kota Medan di tahun 1998 disebabkan kejadian pada bulan Mei waktu itu.

Setelah menetap di Medan selama lebih dari puluhan tahun, lidah kami pun harus terbiasa dengan makanan-makanan khas Sumatera yang terkenal pedas dan identik dengan rempah-rempah yang mereka gunakan hampir di setiap masakan.

Mulai dari Nasi Padang khas Minangkabau yang memiliki lauk beraneka ragam dan rasa yang kuat, Mie Balap khas Medan yang dimasak secara cepat dengan porsi yang banyak dan harganya juga relatif murah, dan juga ada Mie Rebus khas Medan yang menggunakan mie kuning dan memiliki cita rasa yang gurih.

Namun, darah Jawa yang menempel erat di salah satu sel-sel tubuh saya ini ternyata berontak dan mengakibatkan saya tidak menyukai makanan-makanan pedas, dan lebih menyukai makanan yang memiliki cita rasa manis.

Maka dari itu, ketika saya akhirnya merantau ke Jakarta sendirian pada tahun 2018, betapa bahagianya saya menemukan makanan khas Jawa yang ternyata sangat cocok di lidah saya.

Baca Juga: Pempek Palembang Goes Global

Hari pertama saya sampai di Jakarta saja, saya sudah langsung terpukau dengan Sate Ayam yang memiliki kuah kacang kental dengan cita rasa manis. Beberapa hari setelahnya, saya terus membeli Sate Ayam tersebut dan tidak merasa bosan.

Saya juga takjub menemukan Ketoprak, Gado-Gado, Bubur Ayam Jakarta dan masih banyak lagi makanan khas Jawa yang nyaman di lidah saya.

Juga ada Lontong Sayur dengan kuah sayur lodeh yang tidak hanya gurih, tapi juga tidak pedas. Sangat cocok di lidah saya yang selama ini selalu kepedasan bila sedang makan Lontong Sayur khas Medan yang memiliki cita rasa pedas.

Beberapa hari kemudian, saya pun diajak oleh salah satu saudara saya untuk mengunjungi kota Bogor yang berjarak hanya 1 jam dari Jakarta. Disana, saya diajak untuk mencicipi Asinan Bogor yang merupakan oleh-oleh khas kota hujan tersebut.

Rasa asin, asam bercampur dengan sedikit pedas ternyata cocok dipasangkan dengan beragam macam buah dan kacang tanah ini. Lalu, juga ada Roti Unyil yang juga merupakan oleh-oleh wajib dan salah satu toko-nya bertetangga dengan toko yang menjual Asinan Bogor di Jalan Suryakencana.

Bayangkan, saya bisa kalap membeli semua varian Roti Unyil karena tidak tahan dengan bentuknya yang mini dan lucu. Itu baru di kota Bogor saja. Beberapa bulan kemudian, saya pun diajak untuk mengunjungi kota Bandung yang lebih membuat saya takjub.

Di Bandung, saya mengunjungi sebuah rumah makan yang menyajikan makanan khas Sunda, yakni Nasi Liwet, Nasi Timbel, Nasi Tutug Oncom, dan tentu saja Sayur Asem yang walaupun memiliki rasa pedas, namun pedas yang masih wajar dan bisa saya nikmati.

Sayur Asem di Bandung ini juga berbeda dengan Sayur Asem yang sering saya makan di Medan dengan tingkat kepedasan yang membuat lidah saya tidak nyaman.

Setelah itu, saya juga menyempatkan diri untuk mencoba Siomay Bandung yang disiram dengan kuah kacang, yang awalnya saya pikir merupakan kombinasi aneh karena selama ini saya hanya tahu bahwa Siomay merupakan salah satu jenis dimsum asal Tiongkok dan langsung dimakan begitu saja.

Terpesona, takjub dan tak terbayangkan bagi saya pada saat itu akan bisa menikmati kudapan khas daerah di Indonesia yang beragam.

Baca Juga: Harmoni 2 Budaya : Warisan Budaya Kuliner Selat Solo

Atas dasar salah satu faktor itu pulalah yang membuat beberapa teman saya sampai berceletuk begini, "Orang Sumatera kok doyannya makanan Jawa?" Saya hanya tertawa menanggapinya.

Saya sendiri merasa bahwa diri saya ini unik dengan percampuran darah dari dua kota berbeda di Indonesia lalu dibesarkan di kota lain pula, dan ini yang membuat saya semakin tertantang untuk mengunjungi kota-kota lainnya di Indonesia.

Berbicara mengenai kebudayaan di daerah saya tidak hanya berbicara mengenai bahasa, tarian, alat musik, atau rumah adat khas masing-masing daerah, tapi saya ingin berbicara mengenai makanan khas daerah yang kita temui hampir di setiap saat dan dimana saja.

Masih banyak orang-orang awam yang hanya tahu makannya saja tanpa tahu bahwa makanan yang mereka makan merupakan makanan khas daerah dan patut diapresiasi serta dilestarikan.

Tentu masih banyak lagi kota-kota yang ingin saya kunjungi untuk saya cobai kuliner daerahnya, seperti Papeda yang berasal dari Papua, Ayam Betutu yang berasal dari Bali, Ayam Taliwang yang berasal dari Nusa Tenggara Barat, dan masih banyak lagi.

Seperti Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda makanan daerahnya, intinya tetap satu jua, makan!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini