Peran Bujang Gadis Dalam Melestarikan Budaya Lampung

Peran Bujang Gadis Dalam Melestarikan Budaya Lampung
info gambar utama

Peran Bujang Gadis Waykerap Dalam Melestarikan Budaya Lampung

#LombaArtikelIPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Seperti yang kita semua tahu bujang gadis merupakan pihak yang sangat penting perananannya dalam melestarikan adat istiadat. Hal ini tidak terlepas dari sumbangsih mereka dalam menjunjung adat isitiadat dan melestarikan budaya lokal. Misalnya saja mulli mekhanay ( bujang gadis ) desa/pekon Waykerap Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung yang setiap hari raya Idhul fitri kerap kali mengadakan acara adat. Mereka membentuk struktur dimulai dari Kepala bujang, kepala mully ( gadis ) dan bendahara dari jauh - jauh hari. Kepala bujang kemudian akan menghimbau seluruh bujang gadis Waykerap tersebut untuk musyawarah di tempat Dalom ( tokoh adat tertinggi ) untuk membentuk tukang tarik . Tukang tarik adalah bujang yang memiliki tugas untuk menarik iuran warga dari rumah kerumah. Biasanya tukang tarik ini terdiri dari empat orang, ketentuan iuran masyarakat tersebut adalah jika rumah tersebut memiliki mully atau mekhanay atau mungkin kedua - duanya( bujang gadis ) maka akan ditarik senilai Rp100.000 atau gabah 25 Kg, tapi jika rumah tersebut tidak memiliki bujang gadis maka akan dikenakan uang penugung sebesar Rp50.000 atau gabah 15 Kg. Bisa dibilang tukang tarik ini mirip seperti tukang pajak.

Setelah dana terkumpul maka kepala bujang akan mengumpulkan lagi seluruh mully mekhanay untuk menunjukan hari H acara dan membentuk kepanitiaan acara. Biasanya membentuk kordinator acara, kordinator pincak silat, MC, syaritilawah, kordinator sapu khanjau ( sapu jagat ), humas, dokumentasi, kordinator cakak buah ( panjat pinang ), kordinator sambayan ( putar selendang ),dan yang terakhir kordinator majak way ( merebus air ) lengkap dengan anggotanya masing - masing.

Setelah semua terbentuk orang yang pertama kali bertugas adalah humas, dia orang yang paling sibuk karna membuat undangan. Setelah undangan jadi maka tugas humas selanjutnya adalah menyebarkan undangan ke kampung - kampung yang dianggap berpotensi menghadiri dan menemui kepala bujang baya ( kepala bujang desa saudara ) untuk mengabarkan waktu hari H tersebut dengan tujuan tidak tabrakan dengan hari H desa saudara tersebut. Hal ini terjadi karna baya - baya tersebut wajib hukumnya menghadiri acara tuan rumah maka dari itu hari H tidak bisa ditetapkan tanpa pertimbangan agar tidak ada salah persepsi nantinya.

15 hari sebelum hari H, kordinator cakak buah ( panjat pinang ) akan mengumpulkan seluruh bujang untuk menebang pohon pinang dan menggotongnya ramai - ramai. Nah kekompakan dan kerja sama sangat terasa sekali disini karena pohon pinang tersebut akan diangkat ke bahu setiap bujang dan menggotongnya walaupun dari tempat yang sangat jauh.

Setelah sampai di sekitar tempat acara biasanya pohon pinang tersebut ditempatkan dibawah lamban langgakh ( rumah panggung ) untuk dikupas kulitnya dan dan haluskan permukaannya. Setelah halus maka rombongan bujang akan dikumpulkan lagi untuk mencari bambu. Bambu tersebut akan dibuat melingkar dengan tujuan akan digunakan untuk menggantung buah - buah ( hadiah ) pinang yang berupa pakaian dan perabotan rumah tangga.

Setelah lingkaran bambu selesai maka kordinator perlengakapan akan belanja pakaian atau perabotan sebagai hadiah panjat pinang. Kemudian setelah semua persiapan telah siap seperti pohon pinang halus dan seluruh hadiah telah di gantung, maka selanjutnya masyarakat akan berbondong - bondong datang ke tempat acara untuk menegakan pohon pinang tersebut dimulai dari orang dewasa, bujang, orang tua dan termasuk anak - anak. Setelah tegak maka selanjutnya hal yang harus dilakukan adalah menunjuk orang untuk memberi oli di pohon pinang tersebut.

Pada saat hari H seluruh mully mekhanay diwajibkan nukhun buak ( membawa kue ) satu toples, dan nukhun mi ( membawa jamuan makan untuk tamu) , nukhun jekhawwan ( membawa kayu bakar ) untuk masak air, nukhun apai ( membawa tikar ).

Ketika hari togok ( hari H ) acara hal pertama yang dilakukan adalah mengaji, setelah itu siraman rohani, kemudian masuk acara inti yaitu tari sembah, setelah tari selesai lanjut acara inti yaitu pincak silat dimulai dari bujang - bujang tuan rumah, tamu undangan dan yang terakhir biasanya pendekar ( gukhu ) daerah tuan rumah yang di adu dari pendekar desa lain. Dengan diiringi musik tala ( gung ) yang ditabuh mully atau gadis.

Setelah dirasa mencapai waktu yang tepat,maka acara selanjutnya adalah cakak buah, sembari acara pincak silat tetap jalan. Selanjutnya kordinator cakak buah akan mengorganisir siapa - siapa orang yang akan menjadi sekura. Sekura adalah orang bertopeng yang akan memanjat pinang. Dalam hal ini sekura dibagi menjadi dua yaitu sekura kecah dan sekura kamak. Sekura kecah adalah orang bertopeng untuk menjaga jalan raya dan menakuti anak - anak yang dianggap mengganggu jalannya suatu acara sedangkan sekura kamak adalah orang bertopeng dengan segala rupa dan pakainya yang memiliki tugas untuk memanjat pohon pinang

Lanjut pada malam hari mully mekhanay atau bujang gadis akan melakukan acara sambayan atau putar selendang dimana acara tersebut dianggap sebagai ajang mencari jodoh dan dianggap sebagai upah capek. Acara ini hanya membutuhkan sebuah piring dan selendang dan balon yang diberikan bujang ke gadis atau sebaliknya dengan diringi musik khas Lampung. Balon sendiri dianggap sebagai acuan waktu acara artinya jika balon sudah habis maka selesailah acara sambayan tersebut. Aturan acara sambayan sebenarnya sangat senderhana yaitu apabila musik mati, maka orang terakhir yang memegang piring dan selendang tersebut akan mendapat hukuman. Hukumannya pun beragam ada yang suruh pantun sahut ( segata ), wayak ( puisi Lampung ), merayu lawan jenis dan masih banyak lagi.

Peran bujang gadis sangat vital dalam hal melestarikan adat istiadat atau mungkin bisa dibilang pemeran utama. Dengan melestarikan warisan leluhur berarti kita menjaga warisan budaya kita, hal ini berguna untuk menjaga keberlangsungan adat isitiadat yang nyaris memudar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini