Keterkaitan Minuman Rempah Wedang Uwuh Khas Imogiri dengan Jalur Rempah

Keterkaitan Minuman Rempah Wedang Uwuh Khas Imogiri dengan Jalur Rempah
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbungUntukMelambung

Berbicara mengenai rempah-rempah, pasti Kawan GNFI sudah tidak asing lagi. Pasalnya beberapa sumber mengatakan bahwa Nusantara terhubung karena adanya jalur rempah. Berangkat dari kisah Cornelis de Houtman dalam perjalanannya ke Nusantara untuk mencari rempah-rempah menjadi bukti bahwa Nusantara kaya akan rempah-rempah. Pelabuhan-pelabuhan yang ada di Nusantara menjadi pusat perdagangan sekaligus pertukaran budaya. Bahkan sebelum kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara, pelabuhan telah menjadi persinggahan para saudagar dan rakyat biasa. Tidak dapat dipungkiri bahwa sarana mobilisasi masyarakat saat itu hanya melalui jalur laut. Sehingga terbentuknya Indonesia sebagai negara kepulauan disebabkan oleh keterhubungan antar pulau melalui perdagangan rempah beberapaa ratus tahun silam.

Tidak terlepas dari sejarahnya, rempah-rempah hingga saat ini masih cukup eksis. Tidak hanya sebagai bahan masakan, saat ini rempah-rempah juga sering ditemui sebagai bahan pembuatan minuman berkhasiat. Salah satunya adalah Wedang Uwuh sebagai minuman penghangat khas Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Jika Kawan GNFI mengunjungi daerah Imogiri, akan menemui banyak kedai yang menjual Wedang Uwuh. Minuman ini berbahan dasar rempah-rempah yang diracik hingga menjadi minuman berkhasiat. Dikutip dalam Rahmawati, Fitri (2011), racikan rempah Wedang Uwuh terdiri dari kayu secang, jahe, pala, kayu manis, cengkeh, akar sereh, dan kapulaga. Campuran rempah-rempah tersebut menjadi kunci Wedang Uwuh untuk menjadi minuman penghangat yang berkhasiat.

Ada beberapa versi terhadap sejarah dan asal-usul keberadaan Wedang Uwuh. Mulai dari kisah Sultan Agung Raja Mataram yang sedang bertapa meminta untuk dibuatkan minuman penghangat, hingga Prajurit Mataram yang sedang bertugas berinisiatif untuk meracik ramuan penghangat. Namun sudah menjadi rahasia umum bahwa tujuan diraciknya Wedang Uwuh yaitu sebagai minuman penghangat yang disajikan oleh para Raja Mataram untuk menjamu tamunya.

Sebenarnya nama Wedang Uwuh pun cukup menarik perhatian. Pasalnya kata 'Uwuh' disini memiliki arti 'sampah', namun sampah yang dimaksud merupakan campuran rempah-rempah yang diracik dan diperas untuk diseduh air sarinya saja. Hal tersebut berkaitan dengan proses penyajian Wedang Uwuh pun cukup mudah. Hanya dengan mencampur rempah-rempah dan merebusnya selama 15 menit hingga berwarna merah kecoklatan. Setelah itu, Wedang Uwuh bisa langsung disajikan tanpa harus disaring.

Menariknya lagi, adanya pemaknaan antara rempah dan Sumbu Filosofi dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta loh Kawan GNFI. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta memiliki keterikatan dengan nilai-nilai filosofis dalam memaknai kehidupannya. Berangkat dari ungkapan berbahasa Jawa Sangkan Paraning Dumadi, keberadaan Sumbu Filosofi diartikan sebagai garis imajiner yang melambangkan tahapan kehidupan manusia dari lahir hingga kembali ke Sang Pencipta. Dalam hal ini rempah mencerminkan keragaman budaya dan kerjasama lintas batas. Sedangkan SUmbu Filosofis sebagai alat yang digunakan sebagai simbol keterhubungan, kemajuan, dan perubahan.

Maka tak heran jika masyarakat Yogyakarta, khususnya daerah Imogiri masih tetap melestarikan kebudayaannya. Tingginya tingkat kepedulian terhadap nilai filosofis yang tertanam dalam diri masyarakatnya memberikan dampak positif terhadap kemajuan kebudayaan. Hingga saat ini, Wedang Uwuh semakin laris diperjualbelikan di pasaran untuk pengobatan tradisional ataupun hanya sekedar minuman penghangat. Jika Kawan GNFI berjalan-jalan di Jalan Malioboro dan mengunjungi Pasar Beringharjo, akan menemukan banyak Wedang Uwuh dijual dengan kemasan yang ekonomis dan praktis. Sehingga dapat dibawa pulang sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta. Proses menyajikannya pun akan lebih mudah karena tidak perlu meracik. Hanya tinggal merebusnya dengan air, maka Wedang Uwuh sudah dapat disajikan. Dampak dari berlalunya pandemi Covid-19 pun membangkitkan kepedulian masyarakat secara umum untuk lebih peduli terhadap kesehatan dengan mengonsumsi ramuan tradisional.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini