Angklung Dog Dog Lojor: Alat Musik Onomatopoaie Buhun yang Memukau!

Angklung Dog Dog Lojor: Alat Musik Onomatopoaie Buhun yang Memukau!
info gambar utama

Angklung Dogdog Lojor: Alat Musik Onomatopoaie Buhun yang Memukau!

Oleh Fabian Satya Rabani

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Salah satu seni tersohor dari Jawa Barat adalah angklung. Alat musik dari bahan bambu yang dimainkan dengan cara digoyang-goyangkan ini sudah mendunia. Setiap angklung memiliki nada berbeda sebagaimana tangga nada yang kita kenal.

Namun, pernahkah kawan mendengar angklung dogdog lojor? Jenis angklung ini unik dan berbeda dengan angklung yang kita kenal selama ini.

Angklung Dogdog Lojor Berasal dari Banten

Angklung Dogdog Lojor merupakan salah satu kesenian yang dimiliki masyarakat Banten yang berada di Tatar Sunda. Angklung jenis ini merupakan kekayaan khas seluruh masyarakat Kasepuhan Adat Banten Kidul.

Dalam bahasa Sunda, angklung dan dogdog adalah nama-nama alat bebunyian atau alat musik. Penamaan alat musik angklung dan dogdog ini didasarkan pada bunyi yang dikeluarkan yang menyerupai suara-suara alam sekitar atau onomatopoaie.

Nama alat musik tradisional ini berasal dari dua kata dalam bahasa Banten, yakni dogdog dan lojor. Dogdog adalah nama alat musik yang bila dipukul menimbulkan bunyi "dog dog", sedangkan kata lojor dalam bahasa Sunda Banten artinya panjang.

Jenis dan Simbolisasi Dogdog

Alat musik yang mirip dengan angklung tersebut memiliki 7 jenis nama sesuai bentuknya yang beragam. Ketujuh jenis dogdog tersebut diketahui merupakan simbolasi dari makhluk yang hidup dan bersinergis dengan alam. Ketujuh dog dog itu meliputi :

  • dog dog indung untuk menggambarkan suara katak,
  • dogdog ringkung dan gimping sebagai suara hujan dan suara angin,
  • dogdog trolok menggambarkan suara air,
  • dog dog dongdong sebagai suara ungas,
  • sedangkan dog dog reyol satu dan reyol dua lebih bersifat sebagai pengiring.

Simbolisasi tersebut dilengkapi dengan dominasi warna hitam dan cerah dari pakaian para penabuh alat musik bambu itu. Berdasarkan kepercayaan adat setempat simbol hitam merupakan penggambaran dari bersatunya bumi dengan alam, sedangkan warna putih atau cerah sebagai bentuk langit yang menaungi di atasnya.

Sedangkan jenis pakaian yang digunakan oleh pemain angklung dogdog lojor yaitu laki-laki memakai baju kampret khas masyarakat kasepuhan, celana pangsi yang diselaraskan dengan baju, serta mengenakan iket atau totopong (ikat kepala) bermotif batik, sedangkan wanita memakai kebaya, samping, dan selendang.

Sejarah Angklung Dogdog Lojor

Pada masa lampau, kesenian ini adalah alat perlengkapan upacara adat, seperti acara turun nyambut, tebar (benih), ngaseuk atau tandur, sapangjadian, prah-prahan, mapag parebeukah, mabay, mipit atau dibuwat (panen), nyimbur, ngunjal, nutu, nganyaran, hingga seren taun. Kesenian ini dapat juga dipertunjukkan untuk keselamatan sesudah membuat rumah, menempati pemukiman atau tempat yang baru, kenduri khitanan dan pernikahan, dan ritual malem opatbelasan.

Pada upacara adat Seren Taun, Angklung Dog dog Lojor wajib dimainkan atau dipertunjukan. Seren taun merupakan sebuah upacara adat panen padi masyarakat Banten yang dilakukan setiap tahun sejak tahun 1368. Tahunn 2023 ini adalah pelaksanaan Seren Taun ke-655. Pertunjukkan tersebut dianggap sebagai kelengkapan berbagai kepentingan adat, terutama yang berkaitan dengan ritual siklus penanaman padi dan siklus hidup masyarakat adatnya.

Komunitas Kasepuhan Banten

Komunitas Kasepuhan Banten Kidul tersebar di wilayah pegunungan Halimun-Salak dan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Lebak. Kasepuhan Ciptagelar yang merupakan kasepuhan adat terbesar, selanjutnya Kasepuhan Sirnaresmi, dan Kasepuhan Ciptamulya yang masuk ke dalam wilayah provinsi Jawa Barat.

Ketika diselenggarakan acara seren tahun di kasepuhan yang masuk ke wilayah provinsi Banten, grup angklung dogdog lojor dari Kasepuhan Ciptagelar dan dari Sirnaresmi selalu ikut andil memeriahkan jalannya kegiatan upacara, seperti di kasepuhan Cisungsang dan kasepuhan Cisitu.

Seperti dijelaskan oleh kemendikbud.go.id, dalam pertunjukan angklung dogdog lojor di Kasepuhan Ciptagelar terdapat sebuah repertoar pertunjukan yang diberi nama “ngadu dogdog”. Ngadu dogdog merupakan ungkapan ekspresi jiwa dari penggarapnya ingin menyampaikan unsur-unsur estetis. Bentuk penampilan ngadu dogdog ini, idenya dan konsep dimulai dari adanya harapan dapat dikomunikasikan melalui adegan-adegan teatrikal. Dalam pertunjukannya, menggunakan 2 set angklung yang dibagi menjadi 2 kelompok. Melalui repetoar Ngadu Dogdog para penonton diajak untuk aktif terlibat, dan bukan hanya sebagai penonton pasif.

Angklung dogdog lojor warisan para leluhur masyarakat adat Banten ini perlu terus dilestarikan. Angklung dogdog lojor merupakan salah satu seni budaya yang berharga dan luhung dalam khazanah budaya Nusantara. Selain menjadi hiburan, di adalamnya mengandung makna harmonisasi antarmanusia, antara manusia dengan alam, dan antara manusia dengan Sang Penciptanya.

Dalam masarakat sekarang ini, pertunjukkan angklung dogdog lojor perlu sentuhan kreatif para seniman dan budayawan agar menjadi seni yang menarik bagi generasi muda. Ruang-ruang apresiasi dan publikasi perlu ditingkatkan. Angklung dogdog bisa menjadi alternatif kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Baik jika diadakan kompetisi kreasi angklung dogdog lojor di kalangan masyarakat dan pelajar yang didukung oleh Kemendikbud.

Penulis adalah siswa SMA Talenta Bandung

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FR
KO
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini