Surabaya, Kota Metropolitan Terbesar Kedua di Indonesia

Surabaya, Kota Metropolitan Terbesar Kedua di Indonesia
info gambar utama

Kawan GNFI tentu tahu bahwa Surabaya adalah kota metropolitan terbesar setelah Jakarta. Dalam sejarahnya, hari jadi Surabaya ditetapkan pada tanggal 31 Mei 1293 tepat saat pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Raden Wijaya memenangkan pertempurannya dengan Pasukan Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan.

Kejadian demi kejadian terus diabadikan. Tercatat pada era pra kolonialisasi. Kebudayaan dan religi Islam mulai merambah daerah Surabaya dengan cepat di abad ke-15. Sunan Ampel sebagai Walisongo terkemuka, mendirikan sebuah masjid dan pesantren di daerah Ampel.

Dokumen VOC yang tercatat di tahun 1620 menggambarkan Surabaya sebagai daerah yang makmur dan berpengaruh. Pada masa penjajahan Hindia Belanda, Surabaya berperan sebagai ibukota Karesidenan, yang meliputi wilayah Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang saat ini. Surabaya diberikan status kotamadya (gemeente) saat mencapai tahun 1905.

Sebelum tahun 1900, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah. Namun akibat adanya pembangunan fasilitas pelabuhan modern Tanjung Perak, daerah pemukiman baru mulai berkembang termasuk Darmo, Gubeng, Sawahan dan Ketabang. Hingga 21 tahun kemudian tepatnya di tahun 1926 Surabaya diangkat sebagai Ibukota Provinsi Jawa Timur, sejak saat itulah kota Surabaya tumbuh menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia Belanda setelah Batavia (nama lama Jakarta).

Saat ini, wilayah Surabaya dihuni oleh lebih dari 3 juta jiwa dengan total 31 kecamatan dan 154 kelurahan yang tersebar di empat area besar Surabaya yang mengikuti lintas arah mata angin. Alasan Surabaya menjadi kota metropolitan terbesar setelah Jakarta tidak jauh dari kontribusi ekonominya yang pesat. Para investor dan pengusaha banyak mengembangkan perusahaan besar yang terkemuka seperti Maspion, Unilever hingga Pakuwon. Salah satu pelabuhan Tanjung Perak juga memiliki andil besar dalam komoditas ekspor-impor Indonesia.

Keragaman etnis dan kondisi penduduk yang berhubungan dengan sejarah juga menjadi faktor utama mengapa saat ini Kota Surabaya menjadi pilihan kedua masyarakat untuk mencari mata pencaharian. Beberapa wilayah dihuni oleh etnis tertentu tidak lain dan tidak bukan akibat adanya kondisi ekonomi dan latar belakang sejarah yang dimuat di dalamnya. Seperti etnis tionghoa yang kental dengan pusat perbelanjaannya di Kampung Pecinan. Atau etnis Arab yang menyisihkan sebagian besar hidupnya di daerah Ampel.

Namun meski Kota Surabaya dinobatkan sebagai kota metropolitan, tradisi dan budaya dalam masyarakat nya tidak lepas dari Surabaya sendiri. Setiap wilayah di Surabaya tentunya memiliki andil besar dalam melestarikan budaya dan adat istiadat yang ada. Terlebih sebagai ibukota dari Jawa Timur, Surabaya juga mengadopsi berbagai tradisi dari kota-kota lainnya sebagai representasi dari Jawa Timur itu sendiri.

Contoh kecil yang bisa dilihat di Surabaya dapat ditemui di Alun-alun Kota yang berisikan Balai Pemuda, perpustakaan hingga pameran seni disana. Wilayah ini tidak jauh dari Kampung Pecinan dan merupakan kawasan kota tua dengan bangunan autentik yang terpampang di sepanjang jalan. Kawan GNFI yang merantau atau berwisata di Kota Surabaya khususnya, dapat sesekali mengunjungi dan menikmati kawasan ini di waktu kapanpun untuk sekadar melihat kota tua, balai pemuda atau sekadar menginap di hotel tua yang bersejarah.

Kota Surabaya tentu tidak lepas dari tokoh masyarakat yang terkemuka. Salah satu alasan mengapa Surabaya wajib dinikmati dan dikunjungi bagi Kawan GNFI adalah kehadiran para tokoh seperti sosok Budi Darma dan jejak H.O.S Tjokroaminoto yang pernah tinggal di Jalan Peneleh. Hal ini menjadi salah satu alasan terbesar pula mengapa Kota Surabaya kental dengan kehadiran tokoh-tokoh terkemuka tidak lepas akan falsafahnya atas keberanian menghadapi bahaya yang akan datang. Sehubungan dengan sebutannya sebagai Kota Pahlawan, Surabaya melatarbelakangi perjuangan arek-arek Suroboyo melawan penjajah untuk memperjuangkan hak kemerdekaan Indonesia.

Sampai saat ini, Surabaya memancarkan pesona sejarah dan budaya yang berpadu dalam gemerlapnya kehidupan kota metropolitan. Sejarah dengan pengorbanan tumpah darah yang terukir tak menjadikan Kota Surabaya sebagai kota dengan masa lalu yang kelam dan menyeramkan. Justru, gemerlap antar harmoni masa lalu dan masa kini lah yang menjadikan Surabaya sebagai kota istimewa yang menjunjung tinggi nilai pengorbanan atas ikon kepahlawanan para pemuda.

Sumber:

(Sejarah Kota Surabaya)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nadira Hamamah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nadira Hamamah.

NH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini