Eksistensi kearifan lokal : Desa Budaya Pampang suku Dayak Apokahan & Dayak Kenyah

Eksistensi kearifan lokal : Desa Budaya Pampang suku Dayak Apokahan & Dayak Kenyah
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023
#PekanKebudayaanNasional2023
#IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Di tengah hiruk pikuk pertambangan Batubara dan perkebunan kelapa sawit yang semakin melejit di Bumi Kalimantan tak menyurutkan semangat bagi Desa Budaya Pampang untuk terus mempertahankan eksistensinya sebagai kearifan lokal aset unggulan bagi para wisatawan.

Salah satu contoh eksistensi dari Budaya Pampang di tengah derasnya budaya para pendatang yang masuk dari luar wilayah imbas dari pertumbuhan ekonomi di bidang pertambangan maupun bidang perkebunan kelapa sawit adalah dengan terus mempertahankan hal-hal yang masih melekat dikebudayaan mereka. Seperti gotong royong, merayakan hari raya keagaman, panen raya serta kesenian yang masih bisa kawan GNFI lihat hingga sekarang.

SEJARAH DESA BUDAYA PAMPANG

Desa Pampang merupakan tempat tinggal suku asli Dayak sejak tahun 1960. Sebelum merantau ke Desa Pampang, tempat tinggal asli Suku Dayak berada di dataran tinggi Apo Kayan di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Suku Dayak yang saat itu berdomisili di Kutai Barat dan Malinau memilih untuk merantau dengan cara berpindah-pindah selama bertahun-tahun, mereka singgah ke beberapa tempat dan berladang hingga akhirnya sampai di Kampung Pampang.

Masyarakat Suku Dayak melakukan hal tersebut sebagai bentuk rasa nasionalisme mereka terhadap Indonesia dengan tidak ikut serta ke wilayah Malaysia. Penduduk asli Desa Pampang adalah Suku Dayak Apokahan dan Dayak Kenyah. Pada tahun 1991, pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menetapkan Desa Pampang sebagai Desa Budaya.

Dari mulai keelokan, keaslian hingga kebudayaan. Bukan suatu hal yang berlebihan jika Desa Budaya Pampang menjadi aset wisata unggulan bagi para wisatawan. Pemerintah berharap melalui Desa ini bisa membantu dalam upaya melestarikan dan memelihara adat istiadat budaya masyarakat Dayak.

Wisatawan bisa banyak belajar dan mengamati mengenal Kalimantan, khususnya Suku Dayak. Dari mulai rumah adat, seni rupa hingga tarian yang memukai mata. Di sisi lain, pemerintah mendukung penuh agar warga Desa budaya Pampang meningkatkan potensi dalam membuat cindera mata sebagai buah tangan.

PERTUNJUKAN SENI DESA BUDAYA PAMPANG

Setiap hari minggu, Desa Pampang mengadakan pagelaran seni yang diadakan di Rumah Adat Suku Dayak yaitu Rumah Adat Lamin, Rumah Adat ini penuh dengan ornamen-ornamen melengkung dengan perpaduan warna hitam, putih, merah, dan kuning khas Kalimantan. Rumah Adat Lamin memiliki aula yang luas, biasanya digunakan untuk tempat berkumpul warga dan acara pentas seni.

Pentas seni tersebut menampilkan pertunjukan tari-tari tradisional khas Suku Dayak. Uniknya sebelum pertunjukan tari dimulai, akan ada penjelasan mengenai makna tarian tersebut.

Tari-tarian yang ditampilkan dari mulai Tarian Nyelama Sakai atau penyambut tamu, Tarian Kancet kemudian Tarian Enggang terbang yang diperagakan gadis-gadis Suku Dayak dengan hiasan kepala berlambang Burung Enggang.

Kemudian Tari Pemung Tawai yang dibawakan oleh ibu-ibu. Antusias semakin atraktif dari Tari Anyam Tali hingga Tari Hudoq Aban, hingga tarian Pampaga yang menggunakan instrumen bambu, diperagakan oleh 12 orang penari, beberapa orang diantaranya memainkan bilah bilah bambu, bambu tersebut akan menimbulkan irama.

Semakin lama irama bambu akan semakin cepat, para penari yang menari di atas bambu harus mempercepat langkahnya mengikuti alunan irama tersebut. Hingga tari penutup leleng yang mengundang wisatawan untuk ikut menari.

Ditutup dengan interaksi langsung maupun berfoto dengan warga Desa Pampang.Wisatawan bisa berfoto bahkan melihat perempuan bertelinga panjang, ini salah satu tradisi Suku Dayak. Kecantikan perempuan di etnis Dayak tidak dinilai dari rupa melainkan dari telinganya.

Tradisi menindik itu dinamakan telingaan aruu. Sayangnya, tradisi ini perlahan mulai ditinggalkan. Selain perempuan bertelinga panjang, laki-laki Suku Dayak juga memiliki tradisi rajah tubuh/tato yang menunjukkan strata atau kedudukan sosial. Selain itu, wisatawan juga dapat menyewa pakaian adat khas Suku Dayak untuk berfoto-foto.

Desa budaya Pampang juga menyediakan tempat untuk Kawan GNFI yang ingin membeli buah tangan selama berkunjung. Semua oleh-oleh yang dijual merupakan hasil karya kerajinan masyarakat Suku Dayak. Ada banyak jenisnya, mulai dari gantungan kunci, patung-patung kecil, tas, dan berbagai macam atribut lainnya khas Dayak.

Jika kawan GNFI sedang berkunjung ke kota Samarinda, ada baiknya untuk menyempatkan diri mengunjungi objek wisata Desa Pampang.


REFERENSI :

https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/607/desa-budaya-pampang#:~:text=Di%20Desa%20Pampang%20ini%2C%20Suku,raya%20keagamaan%2C%20dan%20panen%20raya

https://osc.medcom.id/community/desa-dayak-pampang-samarinda-3421#:~:text=Atraksi%20utama%20dari%20dari%20Desa,remaja%20desa%20yang%20masih%20sekolah

(Penulis pernah tinggal di Samarinda selama 11 tahun)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SB
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini