Mengenal Silek Harimau, Seni Bela Diri Khas Ranah Minang

Mengenal Silek Harimau, Seni Bela Diri Khas Ranah Minang
info gambar utama

Halo kawan GNFI! Silek Harimau merupakan seni ilmu bela diri yang diwariskan secara turun temurun di Sumatera Barat. Silek Harimau, seperti namanya mengambil filosofi dari gerakan harimau sebagai teknik dasar gerakannya. Silek Harimau dikenal dengan gerakannya yang indah tetapi juga mematikan. Menurut buku berjudul Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karya Mid Djamal (1986), Silek Harimau pertama kali diciptakan oleh Datuk Suri Dirajo pada tahun 1119 di daerah Pariangan. Pada awalnya Silek Harimau hanya diajarkan kepada para pengawal raja, tapi sering berjalannya waktu Silek Harimau mulai diajarkan secara diam-diam di masa penjajahan untuk mempertahankan diri.

Masyarakat Minangkabau khususnya para lelaki memiliki kebiasaan untuk pergi merantau sebagai pembuktian bahwa mereka telah mandiri dan dewasa, sehingga Silek menjadi salah satu bekal bagi para lelaki di ranah Minang ketika mereka akan pergi merantau nanti. Dahulu, Silek diajarkan di Surau (Masjid) pada anak laki-laki Minang sejak mereka usia dini dan diajarkan pada malam hari setelah mengaji. Surau, selain menjadi tempat ibadah juga menjadi tempat untuk belajar agama, pengembangan karakter yang baik dan juga tempat untuk belajar ilmu bela diri sehingga ketika mereka pergi ke perantauan mereka sudah memiliki bekal pemahaman agama yang baik dan juga bisa menjaga diri mereka dari berbagai ancaman.

Dahulu, para ahli Silek diberi julukan sebagai Pandeka (Pendekar). Gelar ini dikukuhkan oleh para petinggi adat atau biasa disebut juga sebagai niniak mamak, akan tetapi gelar ini sempat dibekukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Silek dibedakan menjadi dua yaitu Panjago Diri (Pembela Diri) dan Parik Paga Dalam Nagari (Sistem Pertahanan Negeri) yang perlu dimiliki agar masyarakat Minangkabau bisa mempertahankan dirinya dan negerinya dari berbagai ancaman.

Pakaian Silek berwarna hitam dan celana yang digunakan bernama galembong yang dibuat longgar untuk memudahkan para pesilat melakukan gerakan yang lincah. Pada bagian kepala terdapat kain yang disebut sebagai deta dan berbentuk seperti sapu tangan yang diikatkan ke kepala menyerupai telinga harimau. Adapun senjata yang digunakan bernama Karambiak (Kerambit) yang menyerupai kuku atau taring harimau dan senjata ini dinilai sangat berbahaya dan mematikan. Orang Minang menganut filsafah "Alam Takambang Jadi Guru" yang konsepnya diambil oleh para pendiri silek menjadi gerakan-gerakan silek. Silek dan beberapa unsur kebudayaan lain yang ada di Minangkabau merupakan satu kesatuan yang filosofis sehingga pepatah-pepatah yang ada dalam upacara adat bisa digunakan ketika ingin mengajarkan dan menerangkan tentang silek.

Silek Harimau memiliki konsep yang sering disebut sebagai Tagak jo Langkah (Berdiri dan Langkah) yang menjadi ciri khas dari permainan silek. Posisi berdiri adalah pelajaran pertama yang diajarkan dalam silek yang biasa disebut sebagai bukak langkah (Sikap Pasang). Caranya adalah dengan berdiri secara serong dan posisinya selalu melindungi alat vital. Langkah-langkah yang ada pada silek mirip dengan langkah berjalan, akan tetapi posisinya sedikit merendah.

Pada zaman sekarang dimana teknologi sudah semakin maju dan canggih, Silek Harimau sendiri sudah banyak ditinggalkan bahkan tidak dilestarikan lagi. Banyak juga ditemukan pada masyarakat Minangkabau yang tidak tahu tentang keberadaan Silek Harimau itu sendiri. Ilmu bela diri yang seharusnya dimiliki dan dilestarikan oleh masyarakat Minang justru kalah dengan ilmu bela diri dari luar negeri dan hanya segelintir orang yang minat untuk belajar Silek Harimau. Sedikitnya perguruan yang ada di wilayah-wilayah di Sumatera Barat juga menjadi pemicu hampir punahnya Silek Harimau ini. Oleh karena itu, Silek Harimau memang seharusnya dilestarikan kembali agar tidak dilupakan oleh masyarakat Minangkabau.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini