Kebo - Keboan, Ritual Adat Desa Alasmalang Banyuwangi

Kebo - Keboan, Ritual Adat Desa Alasmalang Banyuwangi
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Dalam merasakan esensi kearifan wilayah secara menyeluruh sampai mampu menembus skat dinding – dinding indra penglihatan manusia dimuka bumi, semua tahu bahwa komposisi keindahan alam, suku, budaya sampai bahasa merupakan elemen yang melekat dari keindahan suatu daerah yang menyebar diseluruh penjuru negeri. Banyuwangi merupakan daerah paling timur Jawa Dwipa, secara geografis memiliki besaran wilayah paling luas diantara daerah lain yang ada di Provinsi Jawa Timur. Tiap sudut Banyuwangi menyajikan corak yang khas untuk mendeklarasikan kepada semua orang bahwa Banyuwangi merupakan daerah yang potensial sebab mampu menyajikan ragam keindahan dalam setiap kaki melangkah dan setiap sorot mata memandang.

Ragam keindahan kali ini tertuju pada lumbung budaya yang berkisah tentang Ritual Adat Kebo – keboan yang dilaksanakan di Desa Alasmalang, Kabupaten Banyuwangi. Desa Alasmalang sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang ada di Banyuwangi yang masih berkomitmen mempertahankan tradisi yang turun – temurun berupa ritual adat dari leluhur mereka. Ritual ini rutin dilakukan dalam setiap tahunnya oleh masyarakat desa setempat diawal bulan suro dalam penanggalan kalender jawa. Makna “Kebo” dalam Bahasa Indonesia berarti kerbau, dimana kerbau merupakan salah satu jenis fauna yang popular dalam dunia pertanian. Bagaimana tidak, tenaga kerbau memiliki peranan vital sebab hadirnya mampu memberikan kemudahan secara signifikan bagi petani dalam melakukan aktivitas membajak sawah.

Awal tercetusnya Ritual Adat Kebo – Keboan bermula dari Mbah Buyut karti seorang sesepuh setempat yang hidup di medio 1725 an. Beliau diyakini sebagai cikal bakal tercetusnya Desa Alasmalang dan sebagai orang yang pertama kali melaksanakan ritual tersebut. Sebagian besar masyarakat memelihara kerbau dan pada saat itu hewan ternak banyak yang mati tanpa sebab ketika terjadi pagebluk. Kemudian Mbah Karti bersemedi dan mendapati wangsit bahwa bencana pagebluk bisa sirna ketika mengadakan selametan. Sehingga tujuan dilaksanakannya ritual adat ini adalah sebagai bentuk Syukur manusia kepada sang pencipta atas rejeki dan hasil panen yang berlimpah serta sebagai ikhtiar masyarakat setempat agar panen dikemudian hari membawa hasil dan berkah. Menurut Maulfi Saiful dan Vina (2020) dalam pelaksanaan ritual Adat Kebo – keboan terbagi menjadi beberapa tahapan, yakni prosesi pembukaan, prosesi inti atau ider bumi, dan terakhir prosesi penutup.

Pada tahapan pertama, terdapat ritual yang dilaksanakaan tujuh hari sebelum menjelang dilaksanakannya prosesi inti dan dilakukan di empat punden. Punden dianggap sebagai tempat yang sakral sebab nantinya juga diletakkan sesaji makanan dimana dalam proses penyajiannya tidak diperkenankan siapapun untuk mencicipi karena hal ini nantinya ditujukan untuk roh penunggu desa. Setelah itu dibacakan lantunan doa yang dilakukan oleh pengampu adat.

Berikutnya tahapan kedua yakni ider bumi, dalam tahap ini masyarakat melaksanakan punjer yang dilaksanakan di perempatan Dusun Krajan Desa Alasmalang. Masyarakat desa Alasmalang menggelar tikar di depan rumah masing – masing kemudian menyajikan ingkung ayam dan makanan lainnya, atau biasa disebut sebagai slametan. Pada proses ini terdapat 4 pranata acara, pertama petaunan berupa sambutan dan pada bagian akhir dilakukan makan tumperng Bersama. Kedua arak – arakan, dimana masyarakat didandani menyerupai kerbau kemudian diarak menuju empat penjuru desa. Ketiga goyang, prosesi arak – arakan berakhir dengan ditandai turunnya Dewi Sri dari tandu dan memberikan benih padi kepada petani untuk ditenam. Tahap keempat petaunan penutup. Pada tahapan ini dilakukan Kembali selametan selepas shalat isya.

Akhir dari prosesi ritual adat adalah prosesi penutup. Pada prosesi ini seluruh mekanismenya sama persis dengan prosesi pembukaan, yakni terdapat ritual yang ditujukan kepada alam dan roh leluhur yang dipercayai menjaga Desa Alasmalang. Pada tahapan ini bertujuan untuk memberi pertanda kepda para roh leluhur Desa Alasmalang bahwa ritual adat kebo – keboan pada tahun tersebut telah selesai dilaksanakan. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi turut berkomitmen dalam menjaga warisan budaya tak benda ini dengan memasukkan Ritual Adat Kebo – keboan dalam Festival Banyuwangi yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini