Kegunaan Pantun Sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia

Kegunaan Pantun Sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia
info gambar utama

Budaya Pantun pada awalnya hanya sebuah tradisi lisan dari masyarakat Batawi yang gemar menyampaikan pesan secara berbalas menggunakan pola larik bebas, dengan isi, berupa suatu ungkapan perasaan dengan nilai etika dan ajaran-ajaran agama islam.

Sampai pada akhirnya Pantun menjadi Warisan Budaya Takbenda yang diakui oleh UNESCO. Tepatnya pada tahun 2020 tanggal 17 Desember. Pada sidang sesi ke-15 UNESCO yang diadakan di Kantor Pusat Paris, Prancis.

Tentu saja untuk sampai pada posisi ini bukan lah suatu hal yang mudah untuk bangsa Indonesia. Hingga pada tahun 2020 ditengah-tengah kasus covid-19 yang menyerang Indonesia, UNESCO memberikan kabar gembira untuk Indonesia dengan mengakui pantun sebagai Warisan Budaya Takbenda.

Berbicara mengenai pantun, sangat identik dengan gaya bahasa orang betawi.

Karena orang betawi memiliki ciri khas bahasa atau dialek yang pengungkapannya terkenal dengan asal ceplas-ceplos, tidak lupa dengan logatnya yang keras dan juga pelafalan dari "a" menjadi "e.

Serta cenderung menyukai pembicaraan yang langsung pada intinya tanpa bertele-tele.

Kebiasaan berpantun sering kita lihat pada saat pelaksanaan pernikahan orang betawi di jakarta.

Orang Betawi menyebutnya dengan tradisi palang pintu, tradisi ini memiliki arti, sebagai acara penyambutan pihak pengantin pria dengan kesenian pencak silat dan berbalas pantun.

Bertujuan menanyakan kesanggupan dari mempelai pria dalam memenuhi persyaratan untuk menikah. Dengan penyajian berbalas pantun yang dilakukan dengan spontan, lugas dan berlarik bebas.

Tidak sampai disana, sekarang pun banyak program acara di televisi yang menggunakan pantun sebagai media hiburan-nya.

Seperti komedian Bang Sapri yang terkenal candaanya berupa Pantun yang ada di acara Peksbuker di ANTV. Bang Sapri sering berbalas pantun dengan para pemain Peksbukers, dan pada saat Bang Sapri menyampaikan pantun, seperti "masak aerrr" para penonton serempak membalas dengan mengatakan "biar mateng"

Selain itu apapun pantun dari Bang Sapri yang akan disampaikan, penonton selalu membalsnya dengan kata "cakep".

Bukan hanya di bidang hiburan saja pantun digunakan. Pantun juga sering digunakan oleh anak sekolah maupun kuliah sebagai media pembelajaran. Seperti pada kegiatan presentasi.

Para siswa dan siswi biasanya menggunakan pantun untuk pembukaan dan juga penutup presentasi. Hal ini bertujuan agar para pendengar tertarik untuk fokus mendengarkan materi yang akan disampaikan hingga selesai.

Karena diperlukan kesan pesan yang seru saat pembukaan presentasi supaya, presentasi dapat berjalan dengan lancar dan tidak membosankan bagi para pendengar.

Contoh pantun pembukaan presentasi seperti:

ke tanjung pinang naik kapal selam

sambil menunggu di pinggir dermaga

kalau ada yang mengucapkan salam

yuk dijawab dengan lantang dan penuh tenaga

jalan jalan ke andara

pulangnya beli goodtime

terima kasih atas perhatiaan anda

see next time

Selain itu berbalas pantun dengan teman dapat melatih kreativitas siswa dan siswi dalam mengolah kata menjadi suatu baris yang berpola ab-ab.

Serta dapat melatih kecepatan siswa dalam membalas pantun temannya, jadi mau tidak mau dia harus berpikir lebih cepat untuk menyiapkan balasan pantun. Dan ini semua dilakukan secara spontan.

Tentu saja ini membawa pengaruh ke ranah positif untuk generasi penerus bangsa dalam menjaga kelestarian budaya pantun di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Karena perbuatan yang sering kita lakukan sampai pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Tentu saja hal ini akan membuat keberadaan pantun selalu berdampingan dengan masyarakat.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini