Peran Penting Gizi Ibu dan Pola Asuh Anak dalam Mencegah Stunting di Daerah Lahan Basah

Peran Penting Gizi Ibu dan Pola Asuh Anak dalam Mencegah Stunting di Daerah Lahan Basah
info gambar utama

Kesehatan ibu dan anak adalah salah satu aspek paling penting dalam masyarakat yang perlu diperhatikan secara serius. Kondisi kesehatan mereka sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan tempat mereka tinggal. Salah satu lingkungan yang seringkali diabaikan. Namun, memiliki dampak besar terhadap kesehatan ibu dan anak, adalah permukaan lahan basah.

Permukaan lahan basah mencakup daerah-daerah seperti rawa, hutan mangrove, dan daerah pesisir yang dapat memberikan manfaat ekosistem yang penting. Namun, dampak perubahan lingkungan, urbanisasi, dan degradasi ekosistem di daerah ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan ibu dan anak.

Di Indonesia, salah satu permasalahan kesehatan anak yang perlu mendapat perhatian serius adalah stunting. Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik anak terhambat, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, termasuk kerentanan terhadap penyakit dan dampak kognitif.

Produsen Mobil Vietnam, VinFast, Berencana Investasi 1,2 Miliar Dolar di Indonesia

Kaitan antara kondisi lahan basah dan stunting belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada bukti bahwa perubahan lingkungan yang merusak ekosistem di daerah-daerah ini dapat mempengaruhi ketersediaan pangan, kebersihan air, dan kualitas udara, yang semuanya berdampak pada kesehatan ibu dan anak.

Dalam artikel ini akan digali lebih dalam tentang hubungan antara kesehatan ibu dan anak dengan permukaan lahan basah, dan bagaimana permasalahan stunting menjadi sebuah isu yang perlu diperhatikan dalam konteks ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kaitan ini, diharapkan kita dapat mengambil tindakan yang lebih proaktif untuk melindungi kesehatan ibu dan anak serta menjaga ekosistem lahan basah yang penting bagi kesejahteraan kita semua.

Menurut data yang dikumpulkan oleh WHO pada tahun 2018, Indonesia termasuk ke dalam negara dengan angka prevalensi kejadian stunting tertinggi se- South East Asian Region setelah Timor Leste dan India. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Prevalensi angka stunting di Indonesia berada pada angka 21,6 persen di tahun 2022.

Pencegahan Stunting

Faktor penyebab stunting bermula selama masa kehamilan, dimana terdapat beberapa faktor yang berkontribusi. Pertama, defisiensi gizi pada ibu hamil dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Selain itu, pola asuh yang kurang memadai, seperti kurangnya pemberian ASI eksklusif dan pola pemberian makan yang tidak optimal, juga dapat berperan dalam terjadinya stunting. Selain faktor gizi dan pola asuh, aspek lingkungan juga memiliki peran penting dalam risiko terjadinya stunting.

Penanganan kejadian stunting merupakan salah satu prioritas dari pembangunan nasional yang dijelaskan dalam RPJMN 2020-2024 dengan target menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024. Salah satu upaya untuk pengendalian kejadian stunting adalah dengan pemberdayaan masyarakat di mana dapat menciptakan kemandirian masyarakat dalam mencegah dan menangani kasus stunting.

Bagaimana caranya?

  • Konsumsi tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
  • Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil.
  • Pemenuhan gizi.
  • Pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan.
  • Pemberian makanan pendamping ASI mulai anak usia 6 bulan sampai dengan usia 2 tahun.
  • Memberikan imunisasi dasar lengkap dan juga vitamin.
  • Memantau pertumbuhan dan perkembangan balita di posyandu.
  • Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pembukaan Piala Dunia U-17 2023: Sejarah Terukir, Kejutan Tercipta

Peranan Penting Gizi Ibu dan Anak

Pencegahan stunting juga dapat dilakukan dengan pemenuhan nutrisi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan selama kehamilan. Selama hamil seorang ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayinya.

Ibu hamil perlu mengonsumsi makanan yang bergizi seperti karbohidrat (padi-padian, sagu, jagung), lemak (mentega dan minyak), protein (daging, tahu, tempe, ikan), dan vitamin (sayur dan buah).

Hal lain yang penting bagi ibu hamil adalah mengonsumsi air minum dengan kualitas yang baik dan terhindar dari paparan patogen tinja terutama bagi ibu yang tinggal disekitar lahan basah. Mengonsumsi air dari kualitas yang baik merupakan salah satu bentuk pencegahan agar bayi yang dilahirkan ibu tidak mengalami stunting.

Keadaan sanitasi dan lingkungan fisik termasuk sumber air minum juga sangat mempengaruhi status gizi balita terutama yang tinggal disekitar lahan basah. Jika keadaan sanitasi dan lingkungan fisik tidak bersih maka balita akan lebih berisiko terkena penyakit seperti infeksi cacing yang akhirnya dapat menjadi penyebab stunting. Oleh karena, itu ibu hamil dan balita sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan serta minum dari sumber air yang bersih.

Peranan Penting Pola Asuh Anak

Pola asuh anak juga memegang peranan terhadap pencegahan kejadian stunting. Pola asuh anak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pola asuh pemberian makan dan pola asuh perawatan kesehatan dasar. Pola asuh pemberian makan berkaitan dengan pemilihan dan cara makan, sedangkan pola asuh perawatan kesehatan dasar berkaitan dengan perhatian ibu terhadap kesehatan anak.

Pola pengasuhan yang kurang memadai terutama dalam mengontrol penyediaan makanan dan kesehatan, bisa menjadi salah satu faktor yang menghantarkan anak pada permasalahan gizi, salah satunya yaitu stunting.

Penyebab utama kejadian stunting dari faktor pola asuh anak sebagian besar juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu, imunisasi yang tidak lengkap, kurang terpantaunya pertumbuhan anak secara rutin, serta pemberian ASI yang kurang optimal khususnya pada pemberian ASI non-eksklusif.

Hal ini dapat menunjukkan pentingnya peran dan pola asuh ibu sedari awal dalam memberikan perhatian lebih terkait kebutuhan pangan dan kesehatan untuk dapat meningkatkan status gizi anak ke tingkat yang lebih baik ke depannya.

Puncak Gagoan, Pesona Tebing Curam Nan Indah dari Kabupaten Solok

REFERENSI:

  • Aditya, R., Tobing, S. L., Armanza, F., Halimah, Unsandy, B. T., & Ariyani, N. A. (2023). Upaya Pencegahan Stunting Ibu Hamil Melalui Kelas Ibu Hamil dan Demo Masak di Puskesmas Alalak Selatan. Jurnal Pengabdian Inovasi Lahan Basah Unggul, 3(1), 120-129.
  • Fitri, R., Huljannah, N., Rochmah, & Nurul, T. (2022). Program Pencegahan Stunting di indonesia: A Systematic Review. Jurnal Media Gizi Indonesia, 17(3), 281-292.
  • Hanifa,F., & Intan Mon, N. (2021). Hubungan Sanitasi Lingkungan, Berat Lahir dan Panjang Lahir dengan Stunting pada Anak Usia 25-72 Bulan. Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia, 11(3), 163-170.
  • Putri, A. A., Rahma, D., Fadila, S. I., & Fevria, R. (2023). Analisis Kasus Gizi yang Mengancam Kesehatan Masyarakat Indonesia (Stunting). Prosiding Seminar Nasional Biologi, 3(1), 738-744.
  • Rosuliana, N., E., Ainun, F., Ilmi, N., Qonaa’ah, A., & Astuti, F. (2022). Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kasus Stunting Pada Anak Usia 12-59 Bulan. Jurnal Ilmu Kesehatan, 10(2), 173-179.
  • Setyowati, H. (2022). Hubungan Pola Asuh Ibu dan Pengetahuan Ibu Tentang Stunting Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Pandeglang, Banten dan Tinjauan Menurut Pandangan Islam. Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(11), 938-951.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini