Puncak Gagoan, Pesona Tebing Curam Nan Indah dari Kabupaten Solok

Puncak Gagoan, Pesona Tebing Curam Nan Indah dari Kabupaten Solok
info gambar utama

Keindahan bentang alam Kabupaten Solok, Sumatra Barat bisa dinikmati dari berbagai sudut. Salah satunya dari Puncak Gagoan yang berada di ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut.

Walau cukup tinggi, mencapai Puncak Gagoan tidak sulit. Obyek wisata yang populer sejak tahun 2015 itu bisa diakses dengan kendaraan roda maupun roda empat. Pengunjung bisa mencapai Gagoan lewat Bukittinggi atau Padang Panjang.

Dedikasi Ritno Kurniawan untuk Desa Nyarai, Rangkul Pembalak Liar Jadi Pemandu Wisata

Meski bisa menggunakan kendaraan roda empat, sangat direkomendasikan menggunakan sepeda motor. Hal ini karena jalur yang dilalui cukup sempit. Sehingga bila tetap memaksa bisa saja membuat mobil terbaret.

“Mobil tetap bisa sampai di puncak. Tetapi, kalau ramai pengunjung, terutama yang menggunakan sepeda motor, susah berputar arah karena area puncak Gagoan sempit,” kata Arlis, warga Paninggahan yang dimuat Kompas.

Gamang

Arlis mengungkapkan nama Gagoan diambil dari bahasa Minangkabau yakni tagagau yang berarti gamang. Penamaan itu cukup tepat karena kondisi gamang atau takut jatuh saat berada tempat wisata itu.

Saat berada di puncak Gagoan yang luasnya sekitar 100 meter persegi, kemudian menengok ke bawah (sisi barat), tebing batu cadas yang sangat curam dan lembah yang gelap terlihat jelas.

“Rasanya seperti mau jatuh saja. Jadi saya tidak berani berlama-lama di tepi. Jika harus berfoto, sebentar saja, lalu mengambil latar berbeda,” kata Yuda Iskandar warga asal Solok.

Festival Ekonomi Syariah dan Ekonomi Digital Digelar di Bukittinggi, Hadirkan PADI Reborn

Walau begitu, kegamangan bukan yang dicari pengunjung, melainkan kesempatan menikmati keindahan bentang alam Kabupaten Solok yang tersaji sejak perjalanan hingga berada di puncak.

Sejak melewati perkampungan terakhir di Paninggahan menuju puncak Gagoan, rimbun pepohonan menghiasi kiri dan kanan jalan. Mendekati puncak, pepohonan berganti hijau rumput yang menutupi perbukitan.

“Udara yang semula hangat berganti segar dan menjadi lebih dingin,” paparnya.

Swadaya

Arlis menjelaskan pengelolaan puncak Gagoan masih dalam bentuk swadaya masyarakat. Hal ini membuat akses dan fasilitas pendukung masih sangat terbatas. Saat ini, akses masih beberapa jalan semen yang sempit.

“Perbaikan fasilitas sepenuhnya dari tiket dan parkir. Setiap hari, begitu kunjungan ditutup, kami langsung ke toko bangunan membeli semen dan gotong royong memperbaiki jalan pada malam hari. Pemerintah daerah pernah kemari dan menjanjikan perbaikan jalan dan fasilitas,” kata Arlis.

Fasilitas yang tersedia untuk pengunjung baru sebatas mushola serta toilet laki-laki dan perempuan. Kebutuhan air untuk mushola dan toilet diambil dari saluran resmi perusahaan daerah air minum setempat.

Mengenal Lebih Dalam Tentang Sitinjau Lauik: Tanjakan Adsense dari Sumatera Barat

Pengunjung yang lupa membawa perbekalan tidak perlu khawatir karena ada warung semi permanen untuk berjualan makanan dan minuman. Biasanya wisatawan akan memesan mie rebus untuk menghangatkan badan.

Arlis mencatat sejak populer berkat media sosial, jumlah pengunjung Gagoan pada hari biasa sekitar 50 orang. Pengunjung tidak hanya berasal dari Kabupaten Solok tetapi daerah lain Sumbar.

“Kami berharap rencana perbaikan akses dan fasilitas lain bisa segera terealisasi. Dengan begitu, pelayanan kepada pengunjung bisa lebih maksimal. Ke depan puncak Gagoan bisa menjadi obyek wisata favorit,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini